Biar jangan salah paham, namun boleh mengartikan dalam imajinasi dan analisa lain. Kata tersandera, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah sudah disandera dan arti lainnya adalah dapat disandera. Dan dalam koteks tulisan ini, secara politis menurut Umbu TW Pariangu Dosen Fisipol Universitas Nusa Cendana (mediaindonesia.com 27/03/2019), konsolidasi demokrasi potensial tersandera jika, pertama, aktualisasi demokrasi masih sebatas prosedural-normatif tetapi tidak diikuti komitmen praktis untuk mengimplementasi dan menegakkannya.
'testing the water', ketika sejumlah Ketua Umum partai (tentu saja partai pendukung pemerintah dan lingkaran 1 Presiden) dijadikan alat politik untuk menjadi corong penguasa untuk menggelontorkan isu  paket politik tunda Pemilu, kira-kira begitu istilah Erros Djarot dalam tulisannya yang dimuat melalui www.law-justice.co (19/03/2021) sekaligus ada penggalan Judul yang cukup menarik dalam pendapat dan pemikirannya "The Beginning of The End"
Sebenarnya hal ini sudah beberapa minggu dan sebagian pengamat dianggap sudah di setting sejak lama, dam menjadi pembicaraan di masyarakat, mulai tingkat elit hingga masyarakat yang mengikuti perkembangan politik indonesia.
Saya bukan seorang pengamat politik, namun dari banyak berita yang berseliweran, diskusi on-air atau off-air saya memilih untuk mengikuti jalan pikiran seorang budayawan Erros Djarot, bagi saya lebih sederhana dan mudah dicerna dan blak-blakan.
Sama dengan mas Erros, saya pun memiliki pertanyaan yang sama entah ada apa yang dalam benak pembisik di lingkaran satu Pak Presiden, sehingga isu tersebut dihembuskan dan menjadi santer, serta tentunya menjadi pembicaraan di ruang publik.
Erros sanggup membuka alam bawa sadar saya, bahwa memang benar dalam kancah politik tingkat pat gulipat, pasti banyak yang membacanya berbeda, bahwa pernyataan Ketua Umum partai-partai ini diduga keras tidak murni datang dari kubu partainya. Lalu siapa yang sutradara dan menjadikan aktor-aktor utama di balik itu semua? Ini bebas ditebak dan sudah banyak analisis para pengamat politik bahkan masyarakat awam yang terang-terangan atau malu-malu untuk menyebutkannya.
Biasanya sang sutradara, perlu duduk bersama dengan para aktor untuk mengarahkan dan bersepakat dan mengatur alur cerita agar tontonan nantinya menjadi menarik atau bahkan kontrovesial bagi pendengar atau penontonnya nanti, 'testing the water' lah.
Nah justeru mereka-mereka ini yang perlu dianalisa keinginanannya untuk tetap berada, dan mempertahankan pengaruhnya di lingkaran pemerintah berikutnya, atau paling tidak untuk posisi tertentu dalam pemerintahan yang strategis
Namun saya ingat kata Erros, "Maklum, dalam ruang kekuasaan, masalah tekan menekan lewat mereka yang 'bermasalah', merupakan salah satu menu politik praktis yang sangat populer". Saya sepakat dengan hal ini. Bahwa mulai sutradara dan aktor yang bermain memiliki agenda tersendiri.
Tentang istilah ''The Beginning of The End'. Erros Begitu pun mengingaktkan rekam ulang peristiwa kejatuhan Gus Dur dari kursi kepresidenan. Dan menurutnya, gambaran peristiwa ini pun sempat memunculkan pertanyaan; legacy apa lagi yang ingin dibangun oleh Pak Jokowi lewat manuver politik yang rawan dan penuh 'jebakan batman' yang bisa membuka kemungkinan terjadinya drama politik yang berjudul 'The Beginning of The End'.