Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Sebaiknya Jangan Golput, Jika Ingin Negara Ini Makmur dan Utuh

31 Januari 2022   12:06 Diperbarui: 5 Februari 2022   19:15 5469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi apolitis juga dapat merujuk pada situasi di mana orang mengambil posisi yang tidak memihak sehubungan dengan masalah politik. Collins English Dictionary mendefinisikan apolitis sebagai "netral secara politik; tanpa sikap, isi, atau bias politik".

Nah ini ada hubungannya tapi bisa saja menjadi salah satu pemikiran seorang yang memilih untuk Golput dalam Pemilu dan Pilkada di Indonesia.

Kita cukupkan dulu beberapa istilah ini, entar panjang lagi penjelasannya. Dan gak gak dibaca hehehe.

Jadi begini, saya sangat menghormati Masyarakat yang memiliki Hak Memilih dan biasanya nanti ditetapkan dalam kelompk Pemilih Tetap, apapun alasan mereka. Saya hargai, namun... (ntar ngajarin lagi). Cuman usul kok, jika anda ingin negara ini maju dan berjalan lebih baik lagi, yuk mari terlibat dalam Pemilu dan Pilkada.

Kenapa? Jika anda yang kebanyakan juga adalah profesional dan cerdas. Gak menunaikan hak ini, maka anda ikut (secara gak langsung, gak nuduh), membiarkan Pemimpin atau wakil rakyat yang terpilih  nanti justru dapat menghambat atau gak memperhatikan dapil (daerah pemilihan) dimana anda dan keluaga anda tinggal. Dia hanya mementikan diri sendiri dan kroni-kroninya dengan agenda tersendiri.

Kalau belum sampai anti pati, dan udah stuck. Anda sebenarnya yang cerdas ini, bisa lho memberi pemahaman minimal kepada keluarga, tetangga atau warga terdekat. Atau ngetweet atau kemukakan pendapat anda di Kompasiana, Blog pribadi atau dimana saja. 

Agar pemilih kita menjadi cerdas (ini juga bukan mengenarilisasikan), ini cuman istilah aja. Jangan tersinggung. Nah agar mereka dapat menentukan pilihannya dengan pertimbangan logis bukan hanya menggunakan faktor emosional.

Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum, pada Pemilu Legislatif (Pileg) 2014 angka partisipasi pemilih mencapai 75,11% dan yang Golput mencapai 24,89%. Sementara partisipasi pemilih pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 sebesar 69,58%, 30,42% pemilih yang terdaftar memilih Golput.

Berkaca pada Pilpres 2014, tinggi lho ini jumlah golputnya. Kalau diatas 50%, bisa saja dilakukan pemilihan ulang.  Saya gak mau bicara pemerintahan siapa pada saat itu, tetapi atas dasar statustik ini, memang terbukti perjalanan kepemimpinannya terjadi gangguan di sana sini, sekalipun sosoknya tenang dan bisa merebut hati rakyat pada akhirnya.

Nah, di Pemilu 2019 dengan sumber yang sama, pemerintah menargetkan angka partisipasi pemiliki mencapai 77,5%. Artinya, akan ada sekitar 22,5% peserta yang tercatat di Daftar Pemilu 2019 tidak menggunakan hak pilihnya (Golput). 

Untuk itu, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo pada waktu itu meminta agar dapat  melibatkan organisasi masyarakat (ormas) guna mendorong partisipasi pemilih pada pemilu pada saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun