Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Memperoleh Perlakuan (Hak) Istimewa Sosial, Tanpa Diskriminasi

17 Januari 2022   02:04 Diperbarui: 21 Januari 2022   13:30 3592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua itu agar menjadi nyaman dan terbuka untuk mengakui, mengkritik, dan menerima hak istimewa saya sendiri dan karena faktor pribadi sendiri boleh dikatakan hal mudah terlepas dari hak istimewa bawaan tadi. Semua itu tidak terjadi sekaligus.

Saya harus menjadi diri saya sendiri adalah cara terbaik untuk membantu saya untuk memahami hak istimewa sosial saya sendiri. Minimal sehubungan dengan pekerjaan saya dengan klien yang saya  layani dan dunia pada umumnya. 

Rasanya hak istimewa sosial dapat saya rasakan melalui penghargaan, penghormatan, ucapan terima kasih yang tulus dan perlakuan yang sedikit istimewa, semua oleh karena prestasi, usaha, sikap dan perilaku serta tutur kata  untuk memberikan yang terbaik bagi orang lain.

Memikirkan hak istimewa sosial ketika berada di lingkungan diluar mereka yang mengenal saya dan diluar bidang pekerjaan dan layanan saya. Tentu saya gak harus menuntut lebih, siapa sih saya? 

Boleh jadi di tempat dimana saya berkarya, asal daerah saya, saya mendapat perlakuan hak istimewa sosial tersebut. Sehingga perlu kesadaran diri. 

Kadang saya bersama teman saya yang adalah mantan anak pejabat di republik ini, masih mempertahankan kebiasaan untuk lebih dulu dilayani dibandingkan orang lain. Minimal misalnya antri. 

Karena pintar bersilat lidah, entah gimana caranya, ia mampu bnerbuat curang, merugikan orang lain dan menguntungkan diri sendiri. Ini tantangan! Bukan saja datang dari diri teman saya tersebut, tapi pelayan publik yang didekatinya. Entah dengan amplop dibawa meja, saya gak tahu. Tapi saya tahu ia pintar dalam berdiplomasi.

Hak istimewa sosial bagi saya sebenarnya gak terpikirkan, saya patuh pada aturan apapun di publik area. Sekalipun ke rumah sakit dalam keadaan sempoyongan. 

Saya harus tetap antri, entah di UGD maupun di poli. Jika dibayangkan di daerah asal saya, yang nota bene keluarga saya kebanyakan dokter dan pejabat. So pasti langsung ditangani cepat dan meyingkirkan orang yang lebih dulu dari saya. Apakah itu adil?

Lalu bila saya di daerah lain, bisa disebutkan asing. Bagaimana saya harus mengkedepankan hak istimewa sosial saya? Ini keseimbangan hidup dan saya sudah harus belajar, sebuah tantangan adalah latihan yang berkelanjutan.

Itu adalah sesuatu yang telah menjadi bagian dari kesadaran saya sehari-hari. Tapi itu adalah konsep yang sulit untuk dihadapi - dan yang tidak saya dapatkan dengan mudah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun