So, bagi kalian yang gak masuk dalam nominasi kali ini. Saya mengapresiasi kualitas konten kalian. Mungkin belum saatnya, tapi jangan putus asa. Karena dengan kelebihan kalian menyajikan konten yang mengagumkan itu, di depan terbuka banyak peluang bisa menjadi penulis handal.Â
Bahkan kalo ada yang kepengen jadi freelance LN dan dalam negeri  ada banyak sekali penawaran bagi penulis. Paling baik lagi ya, sesekali sajikan dalam bahasa inggris minimal. Luamayan. Eh tapi freelance bagi penulis bahasa Indonesia cukup banyak juga. Silahkan cari saja. Tapi rumahnya di sini, di Kompasiana ok? hehehe
Bukan itu saja, dari kebiasaan kalian mengungkapkan isi pikiran dan wasan yang cakep itu, kalian akan bisa survive dalam pekerjaan maupun usaha sampingan. Semua upaya  gak ada yang sia-sia, tertunda mungkin,  namun pasti ada hasilnya.
Tapi inget, kalo merasa bosen apalagi udah masuk pusaran konflik di kompasiana, itu hal biasa. Gak rame rasanya, tapi dalam batas-batasan norma dan etika ya. Semua itu mengajarkan kita untuk saling menghormati pendapat/opini orang lain. Sekalipun keras, bahkan dinilai jelek. Â Jangan juga cepat mutung ya.... Duh sok tua aja, maen nasehatin. Ada kompasioner yang lebuh tua aja gak gini-gini amat, So sorry
Jadi ketika pengen voting para nomine, jadi kebingungan juga. Tapi karena diberi hak untuk melakukan voting, ya gak ada salahnya memilih satu dari semua yang terbaik. Maunya sih milih semua hehehe.
Ya tulisan ini gak begitu panjang, tapi izinkan saya memberikan apresiasi yang terbaik buat penulis-penulis komaspaian. Baik senior maupun muda yang bersemangat,
Bagi pendatang baru, ada nih pengalaman, Sekalipun anda seorang akademisi, peneliti bahkan tak jarang ada yang mantan wartawan, kadang kalah "bersaing" dalam konteks positif ya. Â Penyajian tulisan dengan bahasa gaulnya bloger milenial yang cerdas. So, mari kita sama-sama belajar dari yang muda dan berpikiran maju dan berwasan luas.
Terutama nih, dalam penyajian konten. Dulu saya selalu mikirnya akademis banget. Udah capek-capek cari refrensi dan olah data, eh gak ada yang baca dan komen. Sebel! Itu di awal-awalnya menulis tuh. Tapi syukurlah kami punya kelompok  penulis yang setiap kali berdiskusi soal penyajian konten, isu yang diangkat termasuk gaya bahasa penyajian artikel dengan ciri khas masing-masing. Saya sempat di bilang kalo mau nulis cara begitu suruh bagi hand out aja di kampus hahaha, Asem...
Setelah berbenah diri. Cara menyajikan konten dan bahasanya ya gini ini dari dulu, nulis nyercos aja. Â Kalo lagi gak ngomel, nulisnya sering banyak typo (jujur banget), Entar giliran ada temen yang protes, baru deh dibenahi typonya. Â hahaahaha.
Ini karna sekali nulis gak pernah koreksi lagi, mengalir aja, kalo dah selesai ya udah posting. Â Tapi kalo giliran kepengen serius ya serius lah, prosedurnya lain lagi. Biasalah itu, tergantung moody-nya.Â
Sebuah catatan, sejauh saya di kompasiana, gak suka terlibat dalam pusaran konflik , coba cek deh. Kadang di protes, kritik pedas pula, Â Tapi ya ta diemin aja sampe mereka diam sendiri. lagian saya menghargai semua pendapat siapapun. Salah dan benar biar pembaca yang menilai dan admin yang menghukum kalo melanggar aturan hahaha. Â