Pada tahap pertama, gagal gak ada reaksi apapun pada boneka jelangkung. Saya pun berpikir, aneh banget nih permainan. Main di kuburan kek, atau di kamar mayat sekalian hehehe. Tapi yak arena solider dan kepengen tahu, jadi ikutan aja.
Sang pawang kembali mengucapkan mantra tapi dengan syarat semua harus percaya dan ikut memanggil di dalam hati, dan berkosentrasi.
Eh...... entah beberapa kali mantara itu memanggil dan dalam hati kami juga memanggil, bunerannnnn.... Datang!! Dan Boneka Jelangkung Jadi berat. Makanya saya tebelin cara Tionghoa di atas. Dan mungkin karena beratnya, kami berdua yang memegangnya kadang harus memegangnya sekuat kami agar masuk ke babak berikutnya. Yaitu pertanyaan sang pawang pada roh yang menurut semua orang (saya juga) udah masuk di dalam boneka.
Pertanyaan pertama soal nama, saya udah gak inget lagi sempat nulis nama apa gak. Tapi karena teman yang bersama saya memegang boneka jelangkung ketakutan, bonekalnya dilepas. Akhirnya semua bubar, lari tunggang langgang. Saya gak tau panitia inti yang empunya ide, tapi beberapa lari juga. Dengan kendaraan kami kembali ngumpul di tempat tongkrongan yang cukup jauh jaraknya dari tempat Jelangkung event, diselenggarakan.
Semua pada ngos-ngosan, padahal naik kendaraan masing-masing atau semobil bagi yang bawa mobil. Entah ngos-ngosan karena ketakutan karena lari dari rumah kost tersebut ke parkiran kendaraan. Yang pasti secara psikologis saya pasti ikutan lari juga dong. Sekalipun membawa kendaraan sendiri dan ditumpangi teman. Â Sempet jatuh pula sebelum tiba di kendaraan, emang semua gara-gara isenk kena batunya.
Eh, tapi kalo ditanya merinding" lah iyalah merinding. Boneka yang tadinya ringan kemudian jadi berat. Sungguh! Beratnya gak beraturan. Artinya kadang seperti hilang dan datang lagi, gak tau berapa roh yang masuk. Jadi semenjak itu berubahlah pikiran saya bahwa roh setan itu bisa di panggil. Sekalipun tau roh setan itu ada dimana-mana entah menyerupai apapun juga, tapi saya memang berusaha gak takut dan emang gak terlalu percaya dalam pengertian akan menganngu diri saya pribadi.
Nah, dari cerita ini ada dua hal yang saya ingin sampaikan.
Yang pertama, ritual jelangkung yang dalam sejarah jawa katanya juga digunakan sebagai ritual menolak bala. Untuk tujuan tersebut, ritual ini dilakukan bukan oleh anak kecil, melainkan orang yang sudah dewasa. Â Dan pada saat itu, Â di kota pelajar saya saya memempuh pendidikan emang sering dimainin secara rame-rame oleh kelompok anak sekolahan. Â Dan memang gak menjadi hal yang aneh. Bahkan sampai di sekolah, kita ngebahas, akan diadakan lagi. Tapi, saya gak mau, saya mau ikut cara saya. Nah cerita ini ada di bagian lain. Di tunggu aja
Yang Kedua, roh jelangkung itu rasanya ada, dan secvara logikanya ada, gimana caranya bonekanya jadi berat coba? Entah seperti film Jelangkung. Â So.. untuk permainan berbau mistis yang satu ini, saya percaya tapi dalam kondisi tertentu mungkin seperti saat itu kami semua diminta kosentrasi dan terlibat dalam memanggil sang roh. Disertai kondisi rumah atau bisa juga alam terbuka tapi jauh dari kendaraan. Penerangan, hilir mudik orang atau keramaian. Sayapun gak tau masih dimainin gak sama anak-anak, dan katanya bukan di jawa, tapi ada Versi Minangkabau. Saya belum pernah tau itu.
Jadi kesimpulanya, rohnya kembalinya gimana? Saya gak tau! Ikutan kaget kali pas kami bubar tiba-tiba hehehe. Â Yang pasti gak ada yang tau, dan untungnya kami gak diganggu si roh tersebut setelah kejadian itu, sekalipun kembali bermain di rumah yang sama.
Nah itulah pengalaman mistis juga kan? Sekalipun diawali dengan isenk anak-anak yang kurang kerjaan. Wei.. kangen sama mereka jadinya hehehe