Ya lagi-lagi karena saya bukan orang jawa, saya nanya apa itu jelangkung, kata mereka. Pokoknya seru, isenk manggil setan. Hah? Setan! Sungguh saya gak percaya. Tapi karena modal kompak, gak mau kecewain teman-teman, jadinya ya ikut aja apa mau mereka.
Sampai di salah satu kost teman sekolah, yang kebetulan ruang tamunya besar, tapi lingkungan rumahnya emang rada gelap dan jauh dari penduduk, kesannya ya serem juga sih. Tapi ya, karena gak pernah takut (ini sungguh) saya nongkrong di teras rumah, sementara gerombolan yang menyiapkan Jelangkung dipersiapkan rombongan lainnya.
Nah, sementara semua udah siap. Saya hanya lihat sebuah boneka kayu seperti orang-orangan sawah. Dalam hati mau diapain nih boneka.
Saya udah lupa, tapi kurang lebih sama kali ya. Wong saya gak ikut mempersiapkan bahan-bahannya. Namun sekilas Bahannya ada sebuah gayung air yang umumnya terbuat dari tempurung kelapa yang didandani pakaian dan bergagang batang kayu da ada kapur serta papan tulis kecil. Â Eh ada dupa juga, jadi aromanya mengesankan suasana mistis. Ya pokoknya seperti itulah yang saya inget, mungkin seperti gambar jelangkung yang bisa diggogling serta agak miriplah seperti film Jelangkung bagi yang pernah nonton.
Nah sekarang sampai pada skenarionya nih. Salah satu si badenl sahabatku, menjelaskan maksud dan tujuannya. Tibalah pada menentukan siapa yang akan memegang dan menjadi pawang (pemimpin ritual), yaitu dua orang yang memegang boneka jelangkung, dan pawang yang membaca mantra.
Entah maksudnya apa, mungkin karna masih muda dan emang pemberani, saya ditugaskan memegang boneka Jelangkung dengan salah satu teman saya. Dan si empunya ide yang jadi pawangnya.
Saya tentu nanya-nanya dong, buat apain pake kapur segala. Katanya ntar arwah orang mati dipanggil dan sang arwah bisa ditanya pertanyaan apa saja, tapi jawabannya tergantung sang arwah.
Tak lama, acara dimulai. Raung tamu dan seisi kost yang juga ikutan. Mematikan semua lampu, Hanya tersisa nyala dari dupa dan kalo gak salah beberapa lilin, sekedar penerangan ala kadarnya.
Mulailah sang pawang mulai beraksi. Ucapanya kira-kiranya seperti ini (saya benerin setelah intip sebuah artikel buat penyegaran ingatan, udah puluhan tahun lalu, jadi wajar). Ok lanjut...
Jelangkung jelangsat, Di sini ada pesta, Pesta kecil-kecilan, Jelangkung jelangsat, Datang tidak diundang, Pergi tidak diantar.
Sang pawang mengucapkan beberapa kali.