Memang ada apa Christie dan Kompasiana? Entalah, ntar bacain sampai selesai baru nyimpulin sendiri. Yang pasti, ini hanya sebuah testimoni tentang seorang penulis aka blogger yang memanfaatkan blog kroyokan “kompasiana” secara baik untuk menyalurkan berbagai “unek-unek”-nya, menulis dengan topik yang beragam, mulai dari kesaksian hidupnya, ide, reportase hingga curhat ..de el el (dll).
Sebelumnya, saya pernah menulis testimoni tentang Christie berjudul Pelajaran Berharga dari Seorang "Christie Damayanti", yang sengaja saya tulis bertepatan pada hari ulang tahunnya, 13 Juni 2013 yang lampau. Mungkin bagi anda yang ingin mengenal dirinya dari sudut pandang yang berbeda, dapat membaca ulang tulisan tersebut.
Lha! Lalu ngapain buat tesimoni lagi? Suka-suka saya dong hahaha. Kesaksian dalam tulisan ini memang sengaja dibuat untuk memenuhi janji saya kepada dirinya dan beberapa sahabat kompasianer pada saat saya diminta membantu sebagai pembawa acara dalam peluncuran bukunya yang ke 5 dan 6, tentang “Keliling Eropa di Atas Kursi Roda”, 20 Desember 2015 , di Kalibata City Square Mall beberapa waktu yang lalu. (Baca : “Mukjizat itu Nyata” : Kupersembahkan Hasil Penjualan Buku-buku Ini untuk Pekerjaan Tuhan)
Eits.. tapi tulisan ini bukan karena sudah lama gak nulis, lalu manfaatin janji sembarang janji untuk ngarepin dapetin kursi istimewa nantinya di belakang supir bajaj ya! Hahaha. Ini janji serius kok, jadi mohon maaf jika pemilihan judul harus seperti ini dan mungkin bahasanya kurang afdol untuk dibaca. Maklum sendi jari sudah mulai rematik ..
Ok Lanjut...... Nah jadi ada apa gerangan si kepiting menulis dibalik batu akik? Pada prinsipnya saya ingin memberikan apresiasi sekaligus kilas balik testimoni (kesaksian) saya tentang Christie sebagai penulis setia kompasiana dan tentu saja memberikan apresiasi yang sama kepada pengelola kompasiana, dengan segala keterbatasannya telah memfasilitasi blog kroyokan ini secara baik untuk dimanfaatkan oleh anak bangsa yang kemudian disebut kompasianer untuk menyalurkan hobi mereka dalam menulis, dan sebagai pewarta warga banyak yang telah berpatisipasi dalam memberikan masukan maupun kritikan kepada penyelenggara negara maupun untuk memotivasi banyak orang. Lha kok jadinya serius? Emang!
Kalau begitu ngebahas Christie aja deh! Hmm sejak pertama ia menulis di Kompasiana, tepatnya 12 November 2010, anda mungkin akan dibuat pusing ketika membaca beberapa tulisan perdananya bahkan hingga periode enam bulan pertama. Benar! Kita dibuat “error” bahkan dirinya sendiri merasa memang sering “error” karena kondisi saraf otaknya setelah mengalami Stroke. Ya, bagi yang gak mengenalnya sebagai Insan Pasca Stroke (IPS) mungkin akan menilainya berbeda saat itu. Kumpulan tulisan awal ini juga anda dapat temukan dalam buku perdananya yang oleh kami gak diedit sama sekali, disajikan seperti tulisan aslinya di kompasiana. (Baca : Launching Buku-ku untuk Tuhan: "Ketika Tuhan Mengijinkan Aku Sakit")
Itulah moment awal ketika ia mencoba menulis sebagai salah satu upaya terapi menuju proses kesembuhan dirinya. Walau dicemooh sekalipun, semangat menulisnya gak pernah luntur untuk menulis di Kompasiana, dan memangg proses dari terapi menulis membuahkan hasil, terbukti sangat berperan dalam pemulihan kesehatannya yang berangsur-angsur membaik. Sejak 12 November 2010 hingga hari ini, ia telah menghasilkan 1,362 tulisan, tentu saja cara dan gaya bahasa yang ia tuangkan dalam tulisannya mengalami perkembangan yang jauh berbeda apalagi semangatnya, mungkin saat ini kita gak lagi dibuat “error” seperti tulisan-tulisan awalnya.
Terapi menulis ini, mengingatkan saya tentang apa yang dialami mantan Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie. Ketika dokter menyatakan ia mengindap "Psikosomatis malignant”, karena hubungan Habibie-Ainun terlalu dekat. Sehingga dirinya tenggelam dalam kesedihan, depresi yang cukup “parah”. Karena itu, menurut tim dokter jika tak berbuat apapun, beliau bisa mengikuti jejak istrinya (meninggal). Maka, dokter pun memberi empat saran. Pertama, Pak Habibie dirawat di rumah sakit jiwa. Kedua, tetap di rumah tapi ada tim dokter dari Indonesia dan Jerman yang ikut merawat. Ketiga, curhat kepada orang-orang yang dekat dengan Habibie dan Ainun. Keempat, dengan menulis.
"Saya pilih menulis, saya pilih yang keempat," ujar pak Habibie. Seperti yang diberitakan tempo tentang alasan pak Habibie menulis buku Habibie & Ainun, (2/2/2013)
Selain manfaat bagi kesehatannya seperti Pak Habibie, gak dapat dipungkiri bahwa melalui tulisannya di Kompasiana, Christie kemudian banyak diundang untuk diwawancarai oleh berbagai media cetak maupun elektronik terkait tulisannya dan juga diundang sebagai nara sumber di berbagai seminar. Bahkan kini ia menjadi motivator dan nara sumber utama weekend spirit, setiap hari sabtu, di salah satu radio swasta di jakarta. Temanya pun beragam, bukan saja mengenai stroke atau kesehatan namun juga tentang Jakarta dan berbagai hobinya termasuk aktivitas sosialnya yang memotivasi banyak orang.
Inilah yang mungkin dinamakan “blessing in disguise” dalam idiom bahasa inggris yang kurang lebih berarti “Berkah yang Tersembunyi”. Dalam keterpurukannya setelah mengalami stroke, melalui menulis di kompasiana ia mendapatkan Berkah yang tersembunyi yang sedikit banyak telah merubah perjalanan kehidupannya hingga saat ini, yang penuh dengan harapan, semangat dan kepasrahan kepada Tuhan penciptanya.
Berbeda ketika awal saya mengenalnya sebagai “preman” proyek, yang tak kenal lelah dalam bekerja, bau dan debu proyek melekat pada pakaian bahkan wajahnya. Sebagai wanita workaholic yang superwoman, bagi saya kadang kelewat batas sebagai seorang wanita yang meniti karirnya sebagai arsitek senior. Hampir setiap hari nekat hingga larut malam hingga dini hari, waktunya dihabiskan untuk menyelesaikan “maha karya”-nya bersama dream tim mereka tanpa memperdulikan kesehatan bahkan keluarga.
Mungkin jika tidak terserang stroke, dunianya bukan di kompasiana. Namun inilah jalan Tuhan yang ia harus lalui, “blessing in disguise” Christie melalui Kompasiana telah membentuk pribadinya yang lebih berguna dan bemanfaat bagi orang lain, khususnya bagi keluarganya. Melalui cinta kasih, kesaksian dan karya-karyanya saat ini, saya bangga terhadapnya. Rencana Tuhan selalu Indah bagi umat-Nya, Proficiat Christie!!
Pengalaman Christie menulis di Kompasiana mungkin juga dialami oleh kompasianer lainnya dalam mendapatkan berbagai manfaat walaupun berbeda, baik untuk dirinya maupun bagi orang lain. Sebenarnya untuk menyalurkan keinginan menulisnya, yang kini telah menjadi hobinya, ia telah memiliki situs pribadi dan banyak situs gratisan lainnya yang dapat dipilih untuk menyalurkan hobi menulisnya, namun ia tetap setia untuk menulis di Kompasiana dan kemudian juga membukukan sebagian dari tulisan-tulisan tersebut, hal inilah yang patut saya apresiasi pula.
Ya sudah! Sampai di sini dulu tulisannya yang saya persembahkan sesuai janji saya kepada kompasianer Christie Damayanti dan beberapa sahabat lain yang mencoba mendorong saya untuk kembali menulis disela-sela kesibukan yang ada (berarti terpaksa dong? Itupun terserah anda hahaha). Besok lagi, mungkin sebulan sekali atau setahun sekali saya menulis... tapi bukan berarti saya gak lagi menghormati dan mencintai kompasiana dimana saya juga belajar dan “dibesarkan” minimal sebagai blogger di sini! (emang manfaat lain gak ada? Adalah! Tapi rahasia! Hahahah, tunggu aja tulisan berikutnya.. entah kapan tapi ya..)
Salam...
Sumber Foto : Koleksi "Preman Proyek"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H