[caption id="attachment_217616" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi Cyberbullying (annapolis.gov)"][/caption]
Anda mungkin baru mengenal istilah ini, namun mungkin ada yang sudah mengenal istilah "Aspergers".  Kedua istilah ini saling berhubungan. Istilah E-spergers merujuk pada perilaku orang yang menderita  Sindrom Asperger (Aspergers syndrome) di media online (The electronic expression of Aspergers Syndrome).
Seperti yang dijelaskan oleh Urbandictionary.com, orang yang mengidap E-spergers adalah "People afflicted by this condition are prone to making awkward and offensive comments on electronic mediums (such as email, forums, chat) on a consistent and predictable basis"
Dari penjelasan tersebut, maka seseorang yang dicap sebagi E-spergers adalah orang yang secara konsisten dan dapat diprediksi (karena kebiasaannya) menulis komentar-komentar yang aneh, janggal, buruk yang sifatnya menyerang, tidak sopan, menghina dan menyakiti hati.
Karena perilakunya konsisten dan dapat diprediksi inilah, maka E-spergers dapat melakukan segala macam hal termasuk Cyber-Bully (Troll) atau  Cyber-bullying (Trolling). Sehingga orang yang melakukan Cyber-bullying belum tentu dapat dicap sebagai E-spergers.
Untuk memahami E-spergers secara mendalam, mungkin kita perlu mengenal apa itu Aspergers syndrome. Menurut wikipedia.org, Sindrom Asperger, yang juga dikenal sebagai Asperger's syndrome atau  Asperger disorder adalah salah satu gejala autisme di mana para penderitanya memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya, sehingga kurang begitu diterima oleh banyak orang.
Walau memiliki gejala Autisme, Sindrom Asperger sebenarnya dapat dibedakan dari gejala autisme lainnya karena  dilihat dari kemampuan linguistik dan kognitif para penderitanya yang relatif tidak mengalami penurunan. Bahkan menurut McPartland J, Klin A, Dalam buku "Asperger's syndrome" (2006) dan Baskin JH, Sperber M, Price BH. Dalam buku "Asperger syndrome revisited" (2006), mereka yang menderita  Sindrom Asperger  memiliki IQ yang relatif tinggi atau rata-rata. Hal ini berarti sebagian besar penderita sindrom Asperger bisa hidup secara mandiri, tidak seperti autisme lainnya. Sindrom Asperger juga bukanlah sebuah penyakit mental.
Lebih lanjut seperti yang dijelaskan melalui wikipedia.org, para penderita sindrom Asperger sering kesulitan memahami ironi, sarkasme, dan penggunaan bahasa slang, apalagi memahami mimik muka/ekspresi orang lain, dan cernderung berbahasa dengan gaya formal. Mereka juga tergolong sulit bersosialisasi dengan orang lain dan cenderung menjadi pemalu, tergantung tingkat keparahan penyakit atau perkembangan si penderita sendiri.
Dari pemahaman inilah, kita mungkin dapat mengenal E-spergers. Seperti yang dijelaskan secara ringkas melalui Urbandictionary.com, mereka yang berkomentar (atau bahkan menulis) pada media online (khususnya media sosial) adalah orang yang tidak memiliki (secara sadar) filter untuk  memahami (menyadari)  "what to say and what not to say online."
Namun demikian jangan terburu-terburu menilai mereka yang biasanya menulis komentar-komentar keras dan kasar, Karena unsur penting dari penderitanya adalah konsisten dan dapat diprediksi (sudah terbiasa).
Walau bukan penyakit mental, mereka yang mengidap penyakit ini perlu diterapi secara khusus. Hal ini dilakukan agar mereka dapat memperbaiki cara berkomunikasi dengan ingkungannya dan dapat diterima dalam pergaulan.