Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lika-liku Laki-laki yang Berliku-liku

28 Agustus 2012   04:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:14 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_209031" align="aligncenter" width="424" caption="Ilustrasi (intelligentwomenreadromance.files.wordpress.com)"][/caption]

Siang itu si imin (nama samaran) menghampiri istrinya yang sedang terbaring di rumah sakit. Bukan karna sakit, tapi lagi menunggu kelahiran bayinya yang pertama. Wajahnya sumringah, "mesem-mesem dewe", gak sadar kalo istrinya lagi kesakitan menunggu persalinan.

"Ma, lahirnya pas 17-an aja, biar rame ulang tahunya nanti." Pinta Imin sambil membenahi kumis lebatnya yang panjang sebelah.

"Mudah-mudahan ya pak! Tapi saya takut!"

"Jangan takut sayang! Merdeka atau mati!" Katanya. Gak nyadar, kata "mati" itu membuat wajah sang istri memerah, mengkerut semua kulitnya, tanduknya berdiri dan memarahinya

"Enak aja kamu! Bisanya punya 'bedil', tapi berjuang gak mau. Saya ini penuh perjuangan. Sembilan bulan harus berjuang. Nah kamu? Bisanya teriak merdeka atau matu!" Sambil membuang muka ke kiri, ke kanan, ke atas dan ke bawah, sang istri menyuruhnya kembali ke kantor.

Ya...namanya juga mau jadi ayah, semuanya dipikirkan dan dipersiapkan dengan matang, terencana, terpercaya dan ter ter lainnya...

Setelah menengok istrinya, Imin yang kebetulan hari itu "bolos" ngantor bersama temannya, menyempatkan diri untuk berbelanja beberapa kebutuhan.

"Min, emang mau nyiapin apa lagi buat si kecil nanti. Ntar juga kalo dia gede gak bisa dipake tuh barang-barang yang ente beli," kata teman kantornya ketika menemani Imin di salah satu toko serba ada dan serba lengkap (Torseba Sleng).

"Kudu dipersiapin dong! Masalah ntar dia gede, bisa dikoleksi jadi barang kenangan. Atau bisa  juga dipakai adiknya entar!" Jawab Imin dengan PDOD (percaya diri over dosis).

Lalu Iminpun mengajak temannya itu menghampiri salah satu counter Hand Phone, yang katanya tercanggih dan TERAJANA (terpercaya dijamin merana).

"Neng mau beli HP tercanggih keluaran baru buat anak saya!" Sambil memandang pelayan cantik berkontak lens ala Suster Ngesot.

"Anak bapak usia berapa?" Tanya pelayanan itu

"Belon juga lahir neng. Tapi saya mau kasih kejutan buat dia entar." Dengan percaya diri Imin memandangi satu per satu jejeran HP yang dipajang dengan begitu rapih. Tanpa sadar, banyak orang memandangnya keheranan. Maklum saja suara Imin agak keras, kupingnya mungkin rada terganggu pada masa kecilnya. Konon ceritanya, Imin dulunya senang sekali nyelam di laut dan di malam hari.  Karna sering bermain bersama ubur-ubur  itulah, maka banyak telur ikan bersarang di kupingnya.

Imin adalah gaya orang tua zaman sekarang. Bermodal Credit Card walau gaji bisa sulap sana dan sini, tetap saja confidence, eh maksudnya kompiden (kompeni independent). Menjajah diri sendiri tanpa perlu dijajah orang lain, dengan angsuran dan cicilan utang yang membuatnya kadang migrant berat di akhir bulan.

"Min, sadar dong ente! Masak beliin HP buat calon bayi? Yang bener aja, emang begitu lahir dia bisa gunain tuh HP?" Tanya kawanya dan sedikit memberi saran.

"Ah tau apa lu! Bayi sekarang canggih! Dari dalam perut ibunya udah sering dengerin music dari youtube, mungkin juga udah apal sama Angry Birds atau Angry Mama atau Angry Papa. Dah pokoknya, kudu siapin. Ane gak mau kalah sama ortu yang laen. Intinya dia harus bisa gunain IPAD atau tablet  PC sedini mungkin!" Mata Imin berbinar-binar, mungkin membayangkan Zuckerberg, bapak kos FB yang dikaguminya itu.

"Serah ente aja Min. Ane cumin ingetin aja!" Kata si teman, sambil berlalu darinya mencari udara AC segar untuk dinginin otak biar gak ketularan Imin.

"Ini pak ada. Yang pake nama Galaxy nih! Biar anak bapak besok bisa jadi kosmonot, buat ngeliat kampung bapak dari bulan! Kata seorang pengunjung took yang mengidap penyakit "Usil Berat."

"Oh ya neng! Yang ntuh aja! Bagus itu, bisa omong sendiri kan Hp nya?" Tanya Imin dengan serius

"Jangankan omong sendiri pak! Bisa nyusuin sendiri kok" Lagi-lagi si usil bin jahil itu nyeletuk lalu berlalu dengan penuh senyum.

Tanpa ambil pusing, Imin sepakat untuk sebuah Galaxy canggih sambil mengeluarkan Credit Card nya.

"Ini neng, ada 7 Credit Card. Cobain satu persatu ya, biasanya kadang suka error mesinnya. Pasti ada yang bisa. Unlimited Fund kok! Gaya Imin bener-bener membuat si pelayanan tekagum-kagum.

Pembelianpun selesai, dari 7 CC yang diberikan, ternyata CC ke 6 yang bisa digunain. Iminpun menenteng hasil belanjaannya, sambil berjalan menuju temannya yang melambai dari kejahuan.

"udah dapet Min? Mudah-mudahan cocok ya entar. Mudah-mudahan bayinya suka dan gak rewel!"

"Pastilah! Ini akan sangat membantu bayi rewel. Makanya ente baca dong artikel di internet yang banyak. Biar tau manfaatnya!"

"Iya deh Min, yang waras ngalah!" Jawab temannya singkat.

Maka pulanglah Imin dengan banyak impian, menjadi ayah yang super canggih, melek tekno, terdepan diantara ortu zaman sekarang. Bagi Imin, Teknologi bisa menyelesaikan semua masalah.  Gak ada urusan soal Migran akhir bulan, yang penting anaknya gak ketinggalan Zaman.

Imin gak sadar, dia sendiri gak bisa gunain Blackberry, setiap auto lock. Imin harus bolak-balik service HP dekat kantornya. Bahkan namanyapun digantinya, BLACKMARRY. Kebetulan sang istri kulitnya gelap, dan namanya Marry.

Selamat ya Imin! Anda layak dapat Meteor (temennya bintang kejora...)

134612752560576834
134612752560576834

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun