Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Angie 'Ngambek' Karena Dikorbankan?

30 April 2012   02:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:57 2032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_185144" align="aligncenter" width="479" caption="Angelina Sondakh dikawal ketat petugas saat menuju ruang tahanan KPK, Jumat (27/4/2012) - (harianjogja.com)"][/caption]

Ketika Angelina Sondakh (Angie) lebih memilih untuk menentukan pengacaranya sendiri ketimbang memanfaatkan advokasi Partai Demokrat, banyak orang boleh berspekulasi bahwa telah terjadi sesuatu antara Angie dengan partai yang membesarkannya itu.

Tidak tertutup kemungkinan, Angie bisa juga "bernyanyi" di pengadilan untuk memperingan hukuman yang bakal dijatuhkan kepadanya. Seperti apa yang dilakukan oleh M Nazaruddin ketika "bernyanyi" tentang Anas Urbaningrum dalam persidangan dan kemudian ikut menyeret Angie menjadi tersangka hingga ditahan sekarang ini.

Memang semua perlu bukti yang cukup untuk menyeret petinggi PD lainnya ke Pengadilan Tipikor, tidak mudah tetapi bisa, tergantung pengembangan kasus oleh KPK sendiri.

Membaca  ucapan Angie kepada pengacaranya, Nasrullah, bahwa dia merasa dikorbankan. Paling tidak sedikit memberikan isyarat adanya perang batin bagi Angie sendiri. Kalau memang Angie sudah merasakan seperti itu, maka dapat dimaklumi ketika saat ini ia lebih memilih pengacara sendiri ketimbang memanfaatkan ahli-ahli hukum dari partai yang sedang berkuasa sekarang ini.

Masyarakat bisa menyimpulkan sendiri, ketika Nazaruddin mencecar Angie di pengadilan terkait Kongres Demokrat yang memenangkan Anas. Angie selalu menjawab tidak tahu atau tidak pernah. Saat itu, dia adalah saksi kunci, dan kalau saja ia mau ('jujur?') bisa menyeret petinggi demokrat yang lain, terutama Anas sendiri.

Masyarakat juga bisa berhitung  jumah kasus yang melibatkan Nazarudin. Selain kasus proyek wisma atlet, setidaknya terdapat 31 kasus yang melibatkan namanya dengan total kerugian negara diperkirakan mencapai Rp 6,7 triliun. Jumlah yang cukup besar bila dibandingkan aliran dana yang diduga diterima Angie yang disebut sebesar Rp. 5 miliar.

Dari angka-angka tersebut, masyarakat dapat menghitung sendiri apa yang diakui Nazarudin tentang sejumlah dana yang dikeluarkan untuk kemenangan Anaz pada kongres PD di Bandung yaitu sebesar Rp 30 miliar dan USD 5 juta.

Sehingga kalau Angie merasa dikorbankan hanya dengan jumlah Rp. 5 miliar, dan itupun dibagi-bagikan, maka wajar saja kalau dia juga merasa kecewa saat ini. Apalagi untuk menyelamatkan petinggi lain di PD.

Lalu apakah kemudian dengan semudah itu Angie dapat berbalik arah dan mengakui apa yang diakui juga oleh Nazar? Tidak semudah itu. Angie akan berhadapan dengan dakwaan tambahan karena telah memberikan kesaksian palsu (sumpah palsu).

Semua menjadi tidak mudah bagi Angie. Dia telah masuk dalam "perangkapnya" sendiri. Hasil pemeriksaan dan kesaksiannya pada persidangan Nazarudin menjadi bukti dalam  pengembangan kasus maupun pada persidangan berikutnya yang menghadirkan dia sebagai tersangka.

Angie mungkin saja bisa tenang dengan vonis yang dijatuhkan Majelis Hakim kepada Nazarudin yang terhitung cukup minim. Dengan begitu, dia bisa berhitung tentang hukuman yang bakal diterimanya. Dua tahun? Bisa saja, namun diperkirakan tidak akan sama seperti yang dijatuhkan kepada Nazarudin dalam kasus pertamanya.

Semua boleh menunggu apa yang terjadi ke depan, dengan hadirnya keluarga untuk mendukung Angie tanpa hadirnya kawan-kawan sperjuangannya di PD pada awal-awa ditahan di rutan KPK. Angie dapat saja membuat kejutan lain atau tetap bertahan dengan sikapnya selama ini dan menerima hitung-hitungan hukuman minimal yang bakal diterimanya.

Namun yang pasti keadaannya saat ini dan sikapnya untuk memilih pengacaranya sendiri, bisa menunjukan sesuatu yang berbeda dari biasanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun