Di sinilah permasalahannya, ketika seseorang ingin menujukan keberadaanya melalui media sosial untuk dapat diakui oleh orang lain. Mereka akan berusaha melakukan apapun agar harga diri mereka, image mereka menjadi baik diamata orang banyak, teruatama teman-teman maya mereka.
Banyak sekali ekspresi dari seorang pembohong patologis ini, mulai dari penampilan foto, pengakuan diri mereka tentang status, strata sosial, pendidikan maupun pekerjaan. Mereka berbuat semua itu agar dihargai orang, disanjung dan dipuja-puji oleh orang lain. Mereka tidak akan ragu untuk membuat kebohongan-kebohongan yang lain untuk menutupi jejak kebohongan sebelumnya. Hal ini dilakukan dengan sengaja, agar orang menjadi lupa pada image yang lama kemudian menilai mereka dalam penampilan dan keberadaan yang baru.
Perlu diingat bahwa pembohong patologis ini adalah pembohong yang penuh dengan perhitungan agar kebohongannya tidak mudah diketahui orang. Merekapun dapat terlihat sopan dan lembut. Apabila anda berhubungan dengan mereka, anda juga akan sulit menilai mereka.
Mungkin mereka tidak berbahaya, namun dalam keadaan tertentu mereka dapat juga merugikan kenyamanan hidup anda. Bukankah banyak sekali wanita yang terjebak dengan pria hidung belang di dunia maya ? Mereka ini adalah salah satu dari  pembohong patologis yang sering memikat wanita khususnya dari penampilan dan keberadaan status sosial mereka yang mereka ciptakan sendiri.
Salah satu tips yang mungkin dapat anda gunakan, ketika anda mengenal seorang asing di dunia maya, berusahalah kemudian untuk mengenal juga teman-temannya, terutama teman mereka dalam kehidupan nyata atau paling tidak orang yang pernah bertemu dengan mereka. Mungkin tidak penting bagi orang lain yang hanya sekedar berkenalan kemudian berlalu, namun akan menjadi penting bagi mereka yang ingin membina hubungan pertemanan dalam jangka panjang.
Berbohong mungkin sudah bawaan manusia. Namun kebiasaan untuk terus melakukan kebohongan adalah merupakan gangguan mental yang perlu diwasapadai, apalagi tindakan seperti ini dapat merugikan diri sendiri atau bahkan orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H