Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tidak Harus Narkoba, 'Traffic Psychological' Banyak Menyebabkan Kecelakaan Lalu Lintas

28 Januari 2012   15:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:21 1138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berapa angka kecelakaan di Indonesia ? Pada tahun 2010, beberapa media pernah melaporkan bahwa di Indonesia kecelakaan lalu lintas menjadi pembunuh nomor dua   setelah penyakit TBC. Setiap tahun rata-rata 28.000 nyawa melayang di jalan raya.

Pada tahun 2004, WHO menyebutkan, terdapat tiga faktor utama peyebab terjadinya kecelakaan, pertama adalah faktor manusia, kedua adalah faktor kendaraan, dan yang ketiga adalah faktor jalan. Dari ketiga faktor ini, faktor Manusialah yang merupakan faktor dominan penyebab kecelakaan. Ditandai dengan kesengajaan, kelalaian dan ketidaktahuan manusia terhadap aturan lalu lintas yang berlaku di jalan.

Berbicara faktor manusia seperti di atas, dapat digambarkan sebagai masalah psikologis pengemudi atau pengguna jalan,  dan dalam masalah yang lebih luas kadang dibahas juga sebagai 'Traffic Psychological' atau psikologis berlalu-lintas.

Menurut Wikipedia, psikologi lalu lintas terutama berkaitan dengan studi tentang perilaku pengguna jalan dan proses psikologis yang mendasari prilaku mereka, serta mempelajari hubungan antara perilaku mereka dengan masalah kecelakaan. Psikologis lalu lintas juga dikenal sebagai psikologi transportasi atau kadang juga disebut sebagai psikologi mobilitas.

Sebenarnya belum ada kerangka teoritis yang baku dalam psikologi lalu lintas, namun dalam beberapa model penilitian menjelaskan dan meneliti beberapa hal yang terkait langsung dengan perilaku berlalu lintas seperti persepsi, perhatian (kosentrasi), kognitif, masalah sosial, motivasi dan emosional sebagai penentu perilaku berlalu lintas.

Terlepas dari konsep dasar dari teori psikologi lalu lintas, apabila kita berbicara masalah mengemudi kendaraan atau pengguna jalan, kita juga akan menyinggung masalah perilaku dan psikologis seseorang.  Bagaimana tidak, banyak sekali kecelakaan yang terjadi dewasa ini bukan saja disebabkan karena faktor teknis, kesehatan fisik, penyalahgunaan narkoba namun juga akan bersinggungan dengan masalah psikologis seseorang.

***

Mungkin banyak contoh kasus yang dapat ditunjukan bahwa keadaan psikologis seseorang dapat mempengaruhi cara atau perlilakunya mengemudi namun jangan dilupakan bahwa kondisi lalu lintas sebaliknya dapat juga mempengaruhi dan membentuk psikologis seseorang.

Sebut saja di Yogyakarta, anda mungkin sering melihat banyaknya kendaraan beroda dua yang digunakan masyarakat dan mahasiswa. Pada saat anda mengendarai mobil di sana, anda mungkin akan merasa berbeda dengan daerah asal anda. Kondisi psikologis anda harus dalam keadaan baik, paling tidak dapat mengatur emosi anda ketika melihat banyak motor yang meghalangi laju mobil yang ada kemudikan. Merekan mungkin akan memenuhi seluruh ruas jalan yang ingin anda lewati, untuk menghindari atau melewati,  anda harus membunyikan klakson mobil sebagai tanda 'meminta permisi'.

Kata teman saya, ternyata berkendaraan di Yogyakarta lebih sulit dibandingkan kota besar di Indonesia. Masak sih ?  Bagi saya mungkin yang telah terbiasa, akan menggap hal ini biasa-biasa saja. Namun bagi mereka yang belum terbiasa, kondisi lalu lintas berikut perilaku pengguna jalan memancing emosi bahkan menyebabkan 'stress' ringan. Kalo saja hal ini tidak bisa ditanggunglangi, maka dapat menjadi berbahaya.

Bagaimana dengan di Jakarta yang begitu padat dengan bemacam-macam jenis kendaran serta langganan macet dimana-mana ? Bagi pengemudi yang tidak biasa dengan kondisi seperti ini, secara langsung akan mempengaruhi kondisi psikologi mereka.  Kadang ada yang mengakui, mengalami stress karena masalah kemacetan Jakarta. Namun bagi mereka yang sudah terbiasa, hal ini mungkin sudah merupakan hal biasa, sehingga kondisi psikologisnya jauh lebih baik dari pada pendatang baru di ibu kota negara ini.

Melihat contoh di Jakarta, kita mungkin dapat menarik kesimpulan bahwa kondisi lalu lintaslah lebih banyak mempengaruhi psikologis seseorang. Namun ketika melihat kondisi lalu lintas di Yogyakarta, kita akan lebih banyak melihat faktor psikologis pengendaralah yang memperparah kondisi lalu lintas yang kemudian memiliki efek domino terhadap kondisi psikologis pengendara yang lain.

***

Tanpa menutup mata terhadap jumlah kendaraan, infrastruktur, dan pengamanan jalan raya sebagai faktor-faktor lain yang mempengaruhi masalah lalu lintas. Saya akan lebih menyoroti pada perilaku para pengemudi itu sendiri dalam artian lebih berbicara masalah psikologi lalu lintas dengan batasan pengertian di awal.

Sebagai contoh nyata saja, saya akan menyoroti kekasih saya sendiri, daripada mengambil contoh kasus yang tidak nyata. Dia memiliki kebiasaan mengemudi yang menurut penilaian saya, agak 'ugal-ugalan'. Bukan saja itu, kesiapan psikologisnya juga kadang labil, dengan emosi yang sering meluap-luap ketika berkendaraan. Belum lagi kebiasaanya menerima telepon bahkan membaca/mengirim SMS selama nyetir.

Saya sendiri yang kadang juga bisa "ugal-ugalan', dibuatnya menjadi tidak percaya diri, ketiga bersama-sama menelusuri jalanan di Jakarta. Tidak pandang waktu, siang atau malam., selagi mendapat peluang untuk melalui kendaraan lain (nyalip) walau lebarnya hanya 'seukuran mobil'  dengan tantangan yang datang berlawanan dari depan.  Christie akan tetap memacu mobilnya dengan kecepatan yang menurut hitungannya wajar (bukan ukuran saya). Nah, apalagi dalam keadaan jalanan yang sepi, mobil akan dipacu dalam kecepetan tinggi, serasa mau terbang saja.

Terkait kondisi emosi, sering kali saya mendengarkan geraman, bahkan umpatan ringan yang keluar dari mulutnya ketika ingin menegur dan memarahi pengguna jalan yang lain. Heran saya, ngapain juga ngabisin energi untuk hal beginian. Apalagi belum tentu mereka yang dimarahi mendengar dan ketakutan dengan geramannya.

Contoh kasus Christie seperi ini,  bagi saya  adalah merupakan maslaah psikologis berlalu-lintas yang perlu ditangani secara serius. Walau sepintas terlihat seperi "jagoan meong', bukan berarti hal ini harus dibanggakan, dipuja-puji dan ditertawakan. Justeru harus ditegur, biar perlu ditangani secara serius oleh psikiater (saya serius nih). Dan apalabila belum juga mengalami perubahan, ijin mengemudinya harus dicabut karena dapat membahayakan pengguna jalan yang lain.

Kalau hal ini saya katakan kepadanya, dia mungkin akan berkata berbeda. Bahwa apa yang dilakukannya adalah biasa saja dan wajar-wajar saja. Saya bisa-bisa dikatakan lebay atau berlebihan.

Disinilah persoalannya, ketika pengemudi seperti Christie ini tidak merasa berbuat salah dan selalu merasa benar telah memahami disiplin berkendaraan yang baik. Padahal, menurut ukuran dan penilaian saya, cara berkendaraan yang ditunjukanya sudah membahayakan dirinya sendiri apalagi orang lain.

Saya tidak tahu berapa banyak orang seperti Christie, memiliki psikilogis berlalu lintas yang mengkhwatirkan. Jangankan mengkonsumsi narkoba, secara sadar saja mereka sudah dapat membahayakan orang lain.

Pada akhirnya, saya ingin mengajak anda melihat bahwa masalah lalu lintas dengan kejadian kecelakaan yang terjadi tidak selalu disebabkan karena masalah pengendara mengkonsumsi 'barang haram' saja. Namun lebih dari pada itu, jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi lebih banyak terkait masalah disiplin berkendaraan dan disiplin pengguna jalan lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun