Univertitas Jember melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) resmi menerjunkan kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kolaboratif Membangun Desa (UMD) periode II tahun ajaran 2022/2023. Salah satu kelompok yang diterjunkan yaitu kelompok KKN Kolaboratif UMD 208 yang bertempat di Desa Sukosari, Kecamatan Sukowono, Kabupaten Jember. Upacara penerjunan dilakukan oleh LP2M pada hari Senin (12/7/2023) di Lapangan Alum-Alun Jember. KKN kolaboratif kelompok 208 dilaksanakan oleh beberapa universitas, diantaranya Universitas Jember, Stikes Harapan Bangsa, Universitas Islam Jember, dan ITS Mandala.
Kegiatan KKN Kolaboratif 208 ini dimulai dengan melakukan observasi dan survey kepada perangkat desa untuk mengetahui potensi yang terdapat di desa Sukosari oleh Sukat Tandika, selaku Kepala urusan perencanaan. Sukat Tandika menjelaskan bahwa desa Sukosari memiliki 3 Dusun.Â
"Terdapat tiga dusun di Desa Sukosari diantaranya dusun Srino, Sasi, dan Patemon dengan total seluruhnya 17 Rw." Dusun srino dibagi menjadi Srino Pandian, Srino Sumber Preng, Srino Gumok Lebun, Srino Karyo, Srino Srino. Pada dusun Sasi dibagi lagi menjadi Sasi Gumuk Losok, Sasi Sumber Kotong, Sasi Mumbul, Sasi Murti, Sasi Tanggor. Sedangkan pada dusun patemon dibagi menjadi Krajan Barat, Krajan Timur, Kidul Sawah, Sumber Bubuh, Sumber Tengah.
Desa Sukosari Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember merupakan Desa yang terletak di Jember bagian Utara dengan luas wilayah 531.888 km2. Sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani dengan hasil komoditas terbesar tembakau.Â
Asep Prayogo selaku Kepala dusun Srino menjelaskan, "Hasil pertanian terbesar di desa Sukosari memang tembakau, namun setelah dipanen dijual kepada pabrik rokok atau cerutu notabene dijual dengan harga murah, sedangkan harga jual dari rokok sendiri sangatlah mahal." Hal inilah yang sangat merugikan petani tembakau. "Penanaman tembakau juga tidaklah mudah, artinya perlu perawatan khusus agar diperoleh hasil tembakau yang optimal, seperti kadar air pada tanaman tidak boleh terlalu banyak dan adanya hujan secara terus menerus menyebabkan gagal panen." Ujarnya. Â
Tembakau merupakan jenis tanaman yang ditanam pada musim penghujan, jika terlalu banyak kandungan air dalam tanah maka bibit tembakau akan mudah membusuk. Pada masa-masa dewasa atau masa pertumbuhan, tanaman tembakau dapat mendapatkan hasil yang kurang baik karena terlalu banyak curah hujan.Â
Harganya juga akan menurun karena disebabkan oleh intensitas cahaya yang kurang atau cuaca panas yang kurang. "Harga satu kwintal tembakau bisa sampai 23 juta sekali panen, dan sekali panen pastinya akan lebih dari 1 kwintal." Pungkasnya. Jika panen berhasil dan mendapatkan tembakau berkualitas tinggi akan untung besar, akan tetapi perawatan tanaman tembakau cukup sulit dan masih dimungkinkan untuk terjadi maraknya gagal panen akibat dari adanya Tobacco Mosaic Virus (TMV) dan curah hujan yang tinggi.
Sebelum tembakau sampai di pabrik untuk diolah dan dipasarkan terdapat pengeringan yang dilakukan oleh petani tembakau dengan melalui proses perajangan terlebih dahulu kemudian di peram dan di jemur dengan mengandalkan panas matahari.
Kunjungan dilakukan oleh kelompok KKN kolaboratif 208 kepada petani tembakau pada hari Kamis (20/7) di belakang balai desa Sukosari. Rahman selaku petani tembakau mengemukakan "Semenjak adanya kelompok tani, penyediaan pupuk dengan kualitas yang bagus makin sulit didapatkan, bukan masalah mahalnya tetapi memang stok pupuk dengan kualitas tersebut yang tidak ada."
Rahman menjelaskan, pupuk Za merupakan salah satu jenis pupuk yang mengandung Nitrogen yang dibutuhkan tanaman tembakau. Ada dua jenis pupuk Nitrogen, yakni Za kandungan Nitrogen 21 persen dan urea kandungan Nitrogen 46 persen. Dijelaskan olehnya, tanaman tembakau membutuhkan pupuk ZA bukan urea, karena kandungan nitrogennya sedikit. "Karena kalau nitrogen terlalu banyak malah justru jelek terhadap tanaman tembakau, fase vegetatifnya akan lebih lama," pungkasnya.
Minat pemuda terhadap pertanian semakin menurun. Hal ini dikemukakan oleh Asep Prayogo "Anak muda jaman sekarang minat untuk jadi petani berkurang, mayoritas memiliki lahan pertanian tetapi banyak yang disewakan." Ujarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H