Mohon tunggu...
Elisabeth Valensia Rosemary
Elisabeth Valensia Rosemary Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

#LifetimeLearner #BookLover

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Coklat di Hari Valentine

25 Februari 2016   13:39 Diperbarui: 25 Februari 2016   14:09 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="lititzchocolatewalk.com"][/caption]Ini tentang sebuah rasa. Sebuah rasa yang membawaku dalam cinta ketika aku duduk di bangku SMA.

Semua bermula dari perkenalanku dengannya di awal masa SMAku.  Ia adalah kakak kelasku, satu tingkat diatasku. Ketika pertama kali aku melihatnya, sosoknya tampak nakal. Perawakannya tinggi, kulitnya sawo matang dan ia memakai kacamata. Kacamata selalu ku identikkan dengan kecerdasan seseorang. Bagiku, kacamata tidak hanya sebuah alat untuk mengatasi kelemahan mata dalam melihat. Tapi lebih dari itu, tersimpan aura kewibawaan ketika seseorang memakai kacamata. Hal itu yang kemudian menarik perhatianku dari sosok kakak kelas misterius itu, ia tampak nakal namun berwibawa.

Semester satu telah kulewati, setengah tahun sudah aku menjalani masa SMA ku. Dalam setengah tahun itu pula, aku mengagumi kakak kelas ku tersebut. Jangan bertanya padaku siapa namanya, karena aku pun belum tahu hingga sekarang. Tak perlu bertanya mengapa, maklumlah karena aku pribadi yang introvert. Selama disekolah, kuhabiskan waktuku untuk belajar dan belajar. Bahkan ketika teman-temanku mengobrol ataupun makan ketika jam istirahat, aku tetap setia memegang buku untuk kubaca. Aku santai saja mendengar tanggapan teman-temanku mengenai diriku. Apapun itu, tanggapan positif dan negatif kuterima dengan lapang dada. Yang penting bagiku, aku tak mengganggu kehidupan mereka. Oleh karena sikapku yang tertutup, aku tidak begitu dekat dengan teman-temanku sehingga aku tak berani untuk mengungkapkan isi hatiku pada mereka.

Tiba - tiba aku teringat akan suatu peristiwa yang membawaku pada sebuah perkenalan dengan kakak kelas misterius itu. Hari itu tanggal 13 Februari, tepat sehari sebelum hari Valentine. Saat itu aku pergi ke supermarket sendirian. Aku berniat untuk membeli keperluan bulananku dan sebungkus coklat kesukaan ku. Jangan berpikir coklat itu akan kuberikan untuk kakak kelas misterius itu, kita tidak saling kenal, bagaimana mungkin aku memberikan sebuah coklat kepadanya secara tiba-tiba, ini akan membuatku sangat malu. Jadi, tentu saja coklat yang ingin kubeli itu untuk kumakan sendiri.

Saat aku akan mengambil sebungkus coklat,  tiba - tiba ada seseorang di sebelahku yang mengambil coklat tersebut. Dalam hati aku merasa jengkel, maklum coklat itu adalah coklat kesukaanku dan hanya tersisa 5 buah pada rak. Spontan aku melihat ke arah orang yang mengambil semua coklat itu, hampir saja aku memasang wajah sengitku ketika akhirnya aku hanya bisa melongo melihat orang tersebut. Aku hanya berdiri mematung ketika kakak kelas misterius itu sudah pergi dengan membawa keranjang berisi coklat kesukaanku. Seketika kakiku mulai melangkah, dan secara tidak sadar, atau pura-pura tidak sadar, aku mengikuti kemana kakak kelas itu pergi. Ternyata ia menuju ke arah kasir. Aku langsung berbaris di kasir tepat di belakangnya.

Ketika gilirannya membayar, ternyata uang yang ia bawa tidak cukup. Lalu ia melihat kepadaku, seakan mengamatiku dari atas hingga bawah. Aku tak tahu apa maksudnya hingga ia berkata, “kamu anak Nusa Bangsa ya?”. Mendengar pertanyaan yang tidak terduga aku langsung menjawab, “ya”. Dan tanpa basa basi ia langsung berkata lagi,”eh, aku boleh pinjem uang kamu ga? Uang yang aku bawa kurang.” Aku hanya termangu melihatnya, namun tanganku bergerak cepat untuk mengambil uang dalam dompet dan menyerahkan uang itu kepadanya. Yang terpikir olehku saat itu adalah, aku menyukai orang ini dan aku perlu membantunya ditambah pikiran-pikiran positif lain seperti mungkin setelah ini aku bisa berkenalan dengannya, kemudian kita berteman akrab dan yang lebih jauh adalah akhirnya kita pacaran. Haha, pikiran yang terlalu muluk untuk anak introvert sepertiku.

Selesai ia membayar, kemudian gantian aku yang membayar barang belanjaanku. Aku merasa kakak kelas misterius itu menungguku. Dan ternyata benar, selesai aku membayar ia datang menghampiriku. Ia mengajakku berkenalan, “hai, tadi kita belum berkenalan. Namaku Adrian. Nama kamu siapa?”. Aku menjawab dengan perasaan bahagia karena keinginanku untuk berkenalan dengannya terwujud, “Namaku Elisa.” Setelah itu ia mengajakku untuk mengobrol, kami mencari tempat yang nyaman untuk mengobrol. Bukan di kafe tempatnya karena uang yang ia bawa sudah habis untuk membayar barang belanjaan tadi. Akhirnya kami memilih taman dekat supermarket untuk mengobrol.

Kami mengobrol tentang banyak hal, terutama tentang pengalaman di sekolah. Untuk pengalaman disekolah, ia memiliki banyak cerita seru yang mengasyikan dan kadang sampai membuatku tertawa karenanya. Aku senang mengobrol dengannya. Setelah sekian lama aku ingin berkenalan dengannya, dan akhirnya terwujud pada hari itu. Aku merasakan perasaan nyaman berada di dekatnya. Ia bagaikan magnet tersendiri bagiku, itulah mengapa aku langsung mengaguminya ketika pertama kali aku melihatnya. Karena atmosfir yang menyenangkan diantara kami, tanpa basa basi aku langsung berkata jujur padanya. Jangan membayangkan bahwa aku akan menyatakan perasaan yang selama ini kupendam padanya, ini bukanlah waktu yang tepat. Aku hanya ingin berkata jujur padanya bahwa coklat yang ia beli itu adalah coklat kesukaanku dan aku bermaksud membelinya tadi, tapi sudah terlanjur diambil semua olehnya. Mendengar hal itu ia hanya tersenyum manis sambil berkata, “maaf ya.” Kemudian ia langsung pamit pulang lebih dulu. Aku mengiyakannya, dan membiarkan ia pergi meninggalkanku di taman tersebut sendiri. Aku tersenyum-senyum sendiri dan merasakan betapa menakjubkannya pengalaman bersamanya tadi.

Keesokan harinya, ia datang ke kelasku pada jam istirahat pertama. Aku datang menghampirinya yang berada di luar kelas. Ia mencariku bermaksud untuk mengembalikan uang yang kemarin dipinjam olehnya. Kami mengobrol hingga bel berbunyi, tanda istirahat telah usai. Sebelum ia kembali ke kelasnya, ia mengeluarkan sebungkus coklat dan memberikannya kepadaku sambil berkata, “ini aku kembaliin coklat yang pengen kamu ambil kemaren.” Aku sangat malu mendengar perkataanya, bukan ini yang kumaksud ketika aku berbicara jujur padanya kemarin. Namun ketika aku melihat sorot matanya, aku menyadari bahwa ia hanya bercanda dan kemudian ia menunjukan senyum jailnya kepadaku lalu berlari menuju kelasnya. Mukaku merah melihat tingkah lakunya yang jenaka.

Sehari setelah itu hingga hari-hari berikutnya aku tak pernah melihat sosok Adrian lagi. Aku mencarinya dalam setiap keresahanku dalam diam. Aku tak berani bertanya dengan kakak kelas mengenai keberadaannya. Ia menghilang di sekolah. Di setiap hariku, aku berharap dapat bertemu dengannya kembali di setiap sudut sekolah bagian manapun, entah di kantin, perpustakaan, ruang-ruang kelas bahkan parkiran motor. Kini, waktu istirahat kuisi dengan mengelilingi sekolah, tidak semua bagian sekolah.

Bisa mati rasa kakiku mengelilingi seluruh bagian sekolah yang terbilang cukup luas. Memang kelihatan berlebihan dengan perubahanku yang drastis, dari siswa yang sibuk membaca buku di kelas ketika istirahat menjadi siswa yang rajin berkeliling sekolah ketika istirahat. Namun itu semua ku lakukan karena ada  satu hal yang menjadi penyebab utama. Penyebab utamanya adalah aku telah terperangkap dalam rasa rindu yang terdalam pada sosoknya. Aku sangat merindukannya walau kami baru berkenalan. Aku merindukan sikap jenakanya, aku rindu untuk kembali mengobrol dengannya. Intinya, aku merindukan setiap pengalaman yang kuhabiskan bersamanya walau itu hanya sebentar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun