Mohon tunggu...
Valens Riyadi
Valens Riyadi Mohon Tunggu... -

Administrator Fotografer.net. Certified trainner dan consultant Mikrotik. Mengelola ISP Citra.net. Bekerja sehari-hari sebagai network engineer, programmer, system analyst, dan kadang-kadang menyalurkan hobi memotret. Saat ini dipercaya menjadi Kabid NIR untuk APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Jaringan Indonesia)

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Hal-hal yang Menunjang Bobolnya ATM

26 Januari 2010   19:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:14 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari belakangan ini, kita dihebohkan dengan masalah bobolnya banyak rekening nasabah bank. Disinyalir, bobolnya rekening tersebut dilakukan dengan menggunakan skimmer. Bank Indonesia sempat merilis rekening yang dibobol berjumlah ratusan dengan totalerugian 5 milyar rupiah. Sebagian dari kita tentu kemudian beranggapan, wah, berarti teknologinya bobol. Tapi, harus diketahui bahwa teknologi kartu ATM dengan pengaman pita magnetis ini juga digunakan dibanyak negara. Teknologinya sama, jelas bahwa teknologi ini bukan ciptakaan bangsa kita sendiri. Memang ada teknologi pengamanan kartu dengan menggunakan chip, tetapi di negara maju sekalipun, masih banyak yang menggunakan pita magnetik. Lalu, mengapa sampai bisa bobol? Menurut saya pribadi, ada banyak sebab: 1. Selama ini bank banyak merahasiakan dan tidak mau terbuka bisa ada kasus seperti ini. Bank cenderung dengan mudah menyalahkan nasabah. Saat melapor ke customer service, ataupun ke call center, nasabah pasti akan dituduh lalai terlebih dahulu, sebelum dilakukan pengecekan di back end bank. Pengecekan ini sendiri kemudian dilakukan secara sepihak oleh bank, sehingga nasabah hanya bisa pasrah terhadap keputusan akhir bank. Tidak ada prinsip keseimbangan dan keterbukaan. Ketertutupan ini juga menciptakan gunung es ketidaktahuan nasabah atas potensi masalah. Nasabah tidak tahu bahwa ada potensi penjebolan rekening dengan cara tertentu. Daripada kasus yang terjadi diproses polisi, terekspos media, bank biasanya memilih jalan non legal. Syukur2 kalau bisa melimpahkan kesalahan ke nasabah sehingga tidak perlu mengganti. Kalau tidak, ya pokoknya jangan terekspos luas di media. Katanya sih untuk mencegah jatuhnya kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan. 2. Berbelitnya birokrasi pembukaan data bank. Menurut aturan (UU Perbankan), permintaan pembukaan data bank untuk kasus yang berhubungan dengan perbankan, harus dilakukan oleh Mabes POLRI meminta ijin dari Bank Indonesia. Jadi misalnya kita lapor di Polsek setempat, ini akan diekskalasi ke Polres, Polda, Mabes Polri, Bank Indonesia. Ini membuat kasus yang biasa-biasa saja, tidak diblowup oleh media, membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk seorang polisi penyidik bisa mendapatkan data yang cukup dari pihak bank untuk melakukan penyelidikan. Banyak penyidik yang kemudian "mules" duluan untuk menghadapi panjangnya birokrasi ini, sehingga untuk kasus-kasus yang "kecil" dan tidak populer, tidak jarang mandeg dan tidak pernah ada kelanjutannya. Ini tentu membuat angin segar untuk pelaku kejahatan. Kemungkinan untuk terungkapnya suatu kasus menjadi kecil. 3. Ketidakseriusan bank untuk mengamankan perangkatnya sendiri. Banyak ditemui ATM yang tidak dilengkapi kamera. Kalaupun ada kamera, kualitas kameranya tidak terlampau baik. Dan biasanya, CCTV yang ada di ATM tidak dipantau secara real time oleh bank pemilik ATM tersebut. Hal ini membuat pelaku bisa cukup leluasa memasang alat skimmer dan spycam di dalam bilik ATM dan mengeruk data kartu+pin dalam jumlah yang banyak. Jika CCTV benar-benar dimanfaatkan dan dijaga 24/7, mustahil pelaku bisa memasang alat skimmer. Jangan2 justru jadwal jaga petugas bank yang dipantau secara realtime oleh pelaku skimmer melalui spycamnya. Bank bisa saja berdalih telah berupaya semaksimal mungkin menjaga keamanan ATM nya. Tapi pepatah di dunia security berbunyi "polisi selalu membutuhkan keberuntungan untuk menang, maling hanya butuh satu keberuntungan untuk menang". Saat ini sudah jelas, keamanan ATM milik beberapa bank sudah bobol. Mau tidak mau harus diakui ini adalah kelalaian pihak bank dalam mengamankan propertinya. Lengkap sudah penunjangnya. Bank yang tertutup sehingga masyarakat kurang terinformasikan, proses penyelidikan yang sulit dilakukan polisi karena birokrasi yang ruwet, dan kelalaian pihak bank untuk mengamankan ATM nya. Ibarat tak ingin ada jamur, tetapi tersedia media yang lembab dan sulit dibersihkan. Maling mana yang tidak tergiur?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun