Banyak penelitian dan pengamatan yang mengatakan bahwa Gen Z adalah generasi mudah tertekan secara sosial akibat penggunaan media sosial. Gen Z merasa terdorong untuk menyajikan versi terbaik atau tipe ideal dari diri mereka di media sosial, sehingga memunculkan perasaan kurang puas terhadap diri sendiri apabila mereka tidak sesuai dengan standar sosial media. Mereka merasa cemas tentang apa yang mereka bagikan dan apakah bisa mempengaruhi persepsi orang lain terhadap dirinya. Adanya media sosial membuat seseorang harus tampil sempurna dan semenarik mungkin, seperti pencapaian akademik, kehidupan sosial yang aktif, penampilan fisik yang sempurna, atau gaya hidup yang mewah mengakibatkan dorongan tekanan yang sangat berat. Dengan demikian, mereka harus memperhatikan kesehatan mental sebab banyak yang merasa bahwa eksposur berlebihan di media sosial bisa menambah kecemasan atau stres.
6. Mengatur Batasan Berbagi KontenÂ
Gen Z memilih untuk mengatur batasan konten untuk privasi diri, kontrol sosial, dan kenyamanan pribadi. Akun kedua memberi kebebasan untuk Gen Z dalam membatasi siapa yang bisa melihat jenis konten tertentu. Misalnya, seorang Gen Z Â ingin membagikani foto liburan atau cerita pribadi dengan teman-temannya, tetapi tidak ingin hal tersebut dilihat oleh orang tua atau bos mereka, sehingnga mereka bebas mengunggah apapun tanpa rasa khawatir. Hal ini memberi mereka kontrol lebih besar atas siapa yang dapat melihat sisi-sisi berbeda dari kehidupan mereka, sebab mereka sadar akan dampak jejak digital. Dengan memiliki akun kedua, mereka bisa lebih selektif tentang siapa yang dapat melihat konten pribadi mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H