Seketika masa lalu yang sudah terjadi oleh Manusia, pada suatu ruang, waktu terjadinya maka peristiwa tersebut tidak dapat dilakukan lagi akan tetapi nilai yang terkandung dalam kejadian itu masih ada sampai sekarang, sebuah sejarah yang telah dibuat. Manusia, ruang, dan waktu sudah menjadi unsur - unsur utama dalam sebuah sejarah sebagai penyusun sampai saat ini. Manusia tidak dapat kembali ke masa lalu, tetapi yang sudah dibuat akan mempengaruhi pada masa depan dan keputusan apa saja oleh manusia untuk mengarahkan perubahan untuk masa depan?Â
Jika demikian, manusia hanya bisa memprediksi pada masa lalu dan masa sekarang dan kemungkinan besar bisa selaras dengan tersebut. Keputusan - keputusan yang krusial ini akan membuat sebuah jembatan dan jalan yang benar bagi seluruh dunia, akan tetapi apakah keputusan tersebut mengarahkan suatu kebenaran yang di inginkan? Manusia berpikir secara signifikan bahwa bagaimana masa lalu mempengaruhi dunia seperti pada zaman purba dimana manusia menggambarkan suatu yang di masa depan itu akan terjadi. Termasuk pada masa 1900an, pemadam bakaran akan mempunyai sayap, benar kah?
Semua prediksi dan keputusan oleh manusia akan mengarah kemana? Membawa dampak buruk atau baik di masa depan? Atau ini dapat mengubah kehidupan seluruh dunia? Apakah masa sekarang manusia siap untuk masa depan? Bagaimana manusia mencapai kesuksesan bagi masa depannya?
Sejarah sebagai rekonstruksi kehidupan umat manusia, ini dapat menjadi pengalaman yang akan menimbulkan atau memberi kesadaran bagi orang yang mempelajarinya. Jadi manusia hanya sadar oleh apa yang mereka perbuat di masa lalu. Peneliti, penulis, pengajar sejarah, dan peminat sejarah biasanya bertanya: bagaimana peristiwa itu terjadi, mengapa itu terjadi, dan seterusnya. Jawaban atas pertanyaan ini menghasilkan pengetahuan dan pengalaman baru, serta pelajaran untuk kehidupan sekarang dan masa depan. Selain itu, Bung Karno sering menggunakan istilah "jas merah" untuk mengingat peristiwa masa lalu. Menurut Cicero, orang yang tidak tahu sejarah akan tetap anak kecil (Sartono Kartodirdjo, 1993: 23).Â
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pengalaman dan peristiwa masa lalu sangat penting untuk perencanaan, perkiraan, dan keputusan masa depan. Namun, banyak orang sering lupa bahwa peristiwa masa lalu, atau sejarah, sangat penting bagi bagaimana hal-hal akan terjadi di masa depan. Karena itu, sejarawan mengatakan bahwa sejarah terdiri dari tiga dimensi: masa lalu, sekarang, dan masa depan. Â
Kita dapat melihat bahwa kealpaan terhadap peristiwa yang pernah membawa malapetaka sebelumnya menyebabkan peristiwa berikutnya yang lebih mengerikan dengan model dan cara yang sama pada masa berikutnya. Melupakan dan tidak belajar dari masa lalu membuat masalah ini sudah biasa.Â
Memahami Sejarah menjadi penting di era globalisasi karena semua orang saling terhubung. Pemahaman Sejarah membantu kita memahami dinamika global dan posisi bangsa kita di dalamnya. Dengan pemahaman sejarah, kita dapat bersikap lebih bijaksana dalam menghadapi tantangan dunia dan tidak mudah terpengaruh oleh pengaruh asing yang dapat merugikan kepentingan bangsa kita sendiri. Sejarah juga menjaga warisan budaya bangsa.Â
Dengan memahami Sejarah kita, kita dapat melestarikan dan menghargai budaya dan tradisi yang diwariskan oleh leluhur kita. Kebudayaan yang kuat dan lestari sangat penting untuk melindungi keutuhan bangsa dari ancaman asimilasi budaya asing yang tidak selaras dengan nilai-nilai lokal. Kontribusi Sejarah untuk pendidikan tidaklah mudah.Â
Agar sejarah benar-benar berkontribusi. Pertama, seseorang akan "belajar tentang sejarah" atau bahkan "menuliskan sejarahnya sendiri". Kemudian, seseorang akan "belajar dari sejarah" dan kemudian memperoleh kemampuan berpikir yang lebih baik, yang disebut "belajar untuk (ditulis oleh) sejarah."
Letjen TNI (Purn.) Agus Widjojo, dalam sambutannya di The 5th Jakarta Geopolitical Forum 2021, menekankan bahwa meskipun akses budaya dari peradaban lain semakin luas, penting bagi suatu bangsa untuk melestarikan dan mempertahankan budaya yang dimilikinya. Ia memperingatkan bahwa tanpa pengelolaan yang baik, pengaruh budaya luar bisa mengancam keberadaan budaya lokal dan menyebabkan kehancuran peradaban.
Agus juga mengingatkan bahwa meskipun teknologi dan ilmu pengetahuan dapat memajukan peradaban, mereka juga membawa tantangan, seperti mengaburkan batas negara dan mengikis moralitas manusia. Oleh karena itu, teknologi harus dianggap sebagai alat bantu untuk kemajuan manusia, bukan sebagai pengganti peradaban, dan perlu dikelola dengan bijak untuk meminimalkan dampak negatifnya.
Najwa Shihab, dalam sesi "Mofest Conference: Nurturing Brighter Generation" pada "Mofest 2021," menekankan bahwa generasi muda harus mempersiapkan masa depan sekarang juga, karena masa depan adalah sesuatu yang nyata dan dekat. Ia menjelaskan bahwa dengan percepatan perubahan dunia yang dipicu oleh teknologi, penting untuk memiliki kompetensi seperti inovatif, komunikatif, dan reflektif, serta terus-menerus belajar hal baru.Â
Kreativitas dan kemampuan beradaptasi menjadi kunci utama untuk bertahan dan berkembang. Najwa juga menyoroti pentingnya memiliki mindset digital dan literasi digital di era digital saat ini untuk memanfaatkan teknologi secara efektif dan tidak terjebak dalam informasi yang salah. Ia menutup sesi dengan mengingatkan bahwa memiliki mimpi besar dan bertindak besar, serta memberikan manfaat bagi orang lain, adalah kunci menuju kesuksesan.Â
Keputusan manusia yang diambil di masa lalu mempengaruhi masa kini dan masa depan, sehingga sangat penting untuk melakukan pengambilan keputusan dengan hati-hati. Proses pengambilan keputusan melibatkan berpikir kritis dan antisipasi risiko untuk menganalisis pilihan dan mempertimbangkan konsekuensi. Kepribadian mempengaruhi cara orang membuat keputusan, dengan tipe utama seperti plinplan, impulsif, dan hati-hati.Â
Menyesali keputusan yang salah adalah wajar, tetapi lebih penting untuk menggunakan pengalaman tersebut sebagai pelajaran untuk perbaikan di masa depan. Fokus pada saat ini dan komitmen untuk tumbuh dan memperbaiki diri sangat penting. Disiplin diri adalah kunci untuk mengatasi kesenjangan antara harapan dan kenyataan, yang melibatkan penetapan tujuan, kebiasaan positif, prioritas yang jelas, dan manajemen waktu yang efektif.
Sejarah, budaya, dan proses pengambilan keputusan memengaruhi kehidupan manusia secara signifikan. Sejarah membantu kita belajar dari masa lalu dan merencanakan masa depan dengan bijaksana, sambil melestarikan warisan budaya dan memahami posisi kita di dunia. Meskipun teknologi dan budaya luar berkembang pesat, penting untuk mempertahankan budaya lokal dan menggunakan teknologi sebagai alat bantu, bukan pengganti peradaban.Â
Generasi muda perlu mempersiapkan masa depan dengan keterampilan inovatif dan kemampuan beradaptasi di era digital. Proses pengambilan keputusan melibatkan berpikir kritis dan antisipasi risiko, dengan tipe keputusan yang berbeda berdasarkan kepribadian. Belajar dari kesalahan dan disiplin diri---seperti menetapkan tujuan, membuat rencana, dan membangun kebiasaan positif---adalah kunci untuk mencapai kesuksesan dan memperbaiki masa depan.
Sumber terkait:
Perkembangan peradaban manusia harusnya tidak menghancurkan budaya.
Pentingnya memahami sejarah untuk masa depan
Masa depan adalah milik mereka yang mempersiapkan hari ini
Masa lalu, masa kini, masa depan
Pendidikan Sejarah untuk masa depan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H