Jurnalisme telah mengalami berbagai perkembangan dari masa ke masa. Perkembangan ini membawa kemajuan sekaligus kekurangan pada saat bersamaan.
Berbicara mengenai perkembangan jurnalisme, biasanya akan dimulai dari sejarah kemunculannya. Namun, tulisan ini tidak akan membahas bagaimana sejarah jurnalisme dari awal hingga saat ini. Rasanya akan jadi sangat membosankan, terlebih lagi tulisan yang membahas itu sudah sangat banyak.
Kisah mengenai Julius Caesar dan sebuah papan pengumuman yang disebut 'Acta Diurna' dapat kamu cari di internet. Itu merupakan awal bagaimana jurnalisme muncul dan berkembang di dunia ini.
Tulisan ini akan menelisik perkembangan jurnalisme yang terjadi saat ini, khususnya pada konteks multimedia. Jurnalisme pun telah menjelma dalam berbagai wujud. Merujuk pada hal tersebut, lalu apa saja yang menjadi perbedaan dari era sebelumnya?
Era Multimedia
Salah satu perubahan yang paling kentara dari jurnalisme, yaitu ada pada 'kemasannya'. Pada era serba teknologi dan serba internet ini, produk jurnalistik pun juga mengambil tempat di sana. Sekarang, produk jurnalistik pun tidak harus terbit dalam bentuk fisik.
Praktik jurnalisme yang terjadi internet dapat kita sebut dengan jurnalisme online. Tentunya, sebagian besar aktivitas jurnalisme sudah berada di internet. Kamu juga pasti tahu bahwa produk-produk jurnalistik telah mengalami perpindahan dari media offline ke online.
Koran tidak lagi dicetak dengan menggunakan kertas, radio sudah dapat diakses secara streaming, siaran berita TV dapat diakses dari YouTube, dan hanya butuh beberapa detik saja untuk sebuah berita dapat sampai ke tangan kamu. Perubahannya tidak hanya sampai di situ saja. Disadari atau tidak, kita telah masuk ke era baru, yaitu era multimedia.
Pada era ini, produk jurnalistik tidak hanya sekadar dapat diakses secara online. Interaktivitas pengguna atau pembaca juga merupakan hal yang penting. Kamu dapat membaca tulisan saya sebelumnya mengenai definisi dan praktik multimedia. Tulisannya dapat kamu akses di sini: "Memahami Definisi Multimedia, Ternyata Bukan Sekadar Penggunaan Banyak Media"
Secara singkat, keberagaman media atau medium yang tersedia digunakan untuk menciptakan sebuah integrasi. Sehingga, penyajian sebuah informasi atau berita menjadi lebih lengkap. Hal tersebut juga didukung oleh elemen media yang beragam. Oleh karena keragaman tersebut, pembaca akan mendapatkan pengalaman yang lebih kompleks.
Produk jurnalistik yang dikemas secara multimedia menandakan sebuah perkembangan. Dahulu para jurnalis hanya memikirkan isi berita, panjang tulisan, dan tata letak pada halaman koran. Sekarang, jurnalis juga harus memikirkan bagaimana sebuah konten berita dapat terintegrasi di berbagai media.
Selain itu, masyarakat pun dapat memberikan tanggapan secara langsung melalui kolom komentar.
Minim Verifikasi
Kecepatan dalam proses produksi sebuah berita adalah sebuah keunggulan. Hal ini tidak mungkin terjadi pada masa lampau. Namun, kecepatan ini dapat menjadi bumerang bagi produsen dan konsumen.
Ada satu tahapan dari proses produksi berita yang sering terlewati, yaitu tahap verifikasi. Padahal, tahapan tersebut merupakan yang paling penting. Sebelum sampai ke tangan pembaca, berita harus dipastikan terlebih dahulu kebenarannya.
Media justru sering menghadirkan misinformasi dan disinformasi kepada publik. Fenomena tidak hanya disebabkan oleh kelalaian proses produksi. Tuntutan pekerjaan jurnalis yang semakin banyak, juga dapat menjadi salah satu penyebabnya.Â
Namun sayangnya, masih banyak media yang tidak punya budget lebih. Hasilnya, sumber daya yang ada dipaksa untuk punya banyak keahlian, namun tidak diiringi oleh imbalan yang setimpal. Kualitas dari sebuah konten berita pun menjadi sangat buruk.
Persaingan antar media yang begitu cepat juga dapat meluputkan proses verifikasi. Banyak media yang ingin selalu menjadi yang tercepat. Mereka tidak terlalu peduli dengan kelengkapan dan korelasi isi berita. Persaingan tersebut membuat proses verifikasi hanya dilakukan ala kadarnya saja.
Jurnalisme Warga
Hal ini dapat terjadi karena faktor dari kemunculan perangkat yang punya banyak fungsi. Sehingga, ini memampukan masyarakat untuk dapat memproduksi berita hanya dengan sebuah ponsel pintar.
Permasalahan yang muncul seiring berkembangnya jurnalisme warga, yaitu mengenai status mereka. Sudah jelas bahwa mereka bukanlah seorang jurnalis profesional. Pengetahuan mengenai kode etik jurnalistik mungkin tidak mereka punya.
Berbagai situs pun menghadirkan ruang dan kesempatan untuk masyarakat dapat bebas menulis. Tulisan tersebut jelas dapat diakses oleh siapapun. Oleh karena itu, kamu juga harus berhati-hati ketika membaca sebuah berita di internet. Perhatikan terlebih dahulu sumber dan situsnya.
Kamu juga dapat menonton sebuah video pendek yang menjelaskan bagaimana kira-kira perkembangan jurnalisme di masa depan. Silakan ditonton di bawah ini:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H