Mohon tunggu...
Valencia Yuniarti S.
Valencia Yuniarti S. Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Interested in media and communication studies

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Kritis dalam Menyikapi Kemudahan dari Praktik Jurnalisme Masa Kini

3 Maret 2021   09:54 Diperbarui: 3 Maret 2021   12:44 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Pixabay dari Pexels

Jurnalisme telah mengalami berbagai perkembangan dari masa ke masa. Perkembangan ini membawa kemajuan sekaligus kekurangan pada saat bersamaan.

Berbicara mengenai perkembangan jurnalisme, biasanya akan dimulai dari sejarah kemunculannya. Namun, tulisan ini tidak akan membahas bagaimana sejarah jurnalisme dari awal hingga saat ini. Rasanya akan jadi sangat membosankan, terlebih lagi tulisan yang membahas itu sudah sangat banyak.

Kisah mengenai Julius Caesar dan sebuah papan pengumuman yang disebut 'Acta Diurna' dapat kamu cari di internet. Itu merupakan awal bagaimana jurnalisme muncul dan berkembang di dunia ini.

Source: gim-bi.com
Source: gim-bi.com
Sejak peradaban masyarakat informasi dimulai (tahun 1979), kita dapat melihat berbagai transformasi bentuk jurnalisme. Mulai dari koran, radio, dan televisi yang menjadi kebutuhan publik hingga berkembangnya jurnalisme online dan multimedia.

Tulisan ini akan menelisik perkembangan jurnalisme yang terjadi saat ini, khususnya pada konteks multimedia. Jurnalisme pun telah menjelma dalam berbagai wujud. Merujuk pada hal tersebut, lalu apa saja yang menjadi perbedaan dari era sebelumnya?

Era Multimedia

Salah satu perubahan yang paling kentara dari jurnalisme, yaitu ada pada 'kemasannya'. Pada era serba teknologi dan serba internet ini, produk jurnalistik pun juga mengambil tempat di sana. Sekarang, produk jurnalistik pun tidak harus terbit dalam bentuk fisik.

Praktik jurnalisme yang terjadi internet dapat kita sebut dengan jurnalisme online. Tentunya, sebagian besar aktivitas jurnalisme sudah berada di internet. Kamu juga pasti tahu bahwa produk-produk jurnalistik telah mengalami perpindahan dari media offline ke online.

Koran tidak lagi dicetak dengan menggunakan kertas, radio sudah dapat diakses secara streaming, siaran berita TV dapat diakses dari YouTube, dan hanya butuh beberapa detik saja untuk sebuah berita dapat sampai ke tangan kamu. Perubahannya tidak hanya sampai di situ saja. Disadari atau tidak, kita telah masuk ke era baru, yaitu era multimedia.

Pada era ini, produk jurnalistik tidak hanya sekadar dapat diakses secara online. Interaktivitas pengguna atau pembaca juga merupakan hal yang penting. Kamu dapat membaca tulisan saya sebelumnya mengenai definisi dan praktik multimedia. Tulisannya dapat kamu akses di sini: "Memahami Definisi Multimedia, Ternyata Bukan Sekadar Penggunaan Banyak Media"

Secara singkat, keberagaman media atau medium yang tersedia digunakan untuk menciptakan sebuah integrasi. Sehingga, penyajian sebuah informasi atau berita menjadi lebih lengkap. Hal tersebut juga didukung oleh elemen media yang beragam. Oleh karena keragaman tersebut, pembaca akan mendapatkan pengalaman yang lebih kompleks.

Produk jurnalistik yang dikemas secara multimedia menandakan sebuah perkembangan. Dahulu para jurnalis hanya memikirkan isi berita, panjang tulisan, dan tata letak pada halaman koran. Sekarang, jurnalis juga harus memikirkan bagaimana sebuah konten berita dapat terintegrasi di berbagai media.

Foto oleh freestocks.org dari Pexels
Foto oleh freestocks.org dari Pexels
Perilaku pembaca sebagai konsumen konten berita pun telah berubah. Sebelumnya, mereka harus membeli sebuah koran untuk membaca berita. Namun, sekarang kamu dapat membaca berita secara gratis di internet secara real time. Kegiatan menonton berita TV pun tidak harus di jam-jam tertentu saja. Kamu dapat mengakses siaran berita kapan saja dan di mana saja melalui YouTube.

Selain itu, masyarakat pun dapat memberikan tanggapan secara langsung melalui kolom komentar.

Minim Verifikasi

Kecepatan dalam proses produksi sebuah berita adalah sebuah keunggulan. Hal ini tidak mungkin terjadi pada masa lampau. Namun, kecepatan ini dapat menjadi bumerang bagi produsen dan konsumen.

Ada satu tahapan dari proses produksi berita yang sering terlewati, yaitu tahap verifikasi. Padahal, tahapan tersebut merupakan yang paling penting. Sebelum sampai ke tangan pembaca, berita harus dipastikan terlebih dahulu kebenarannya.

Media justru sering menghadirkan misinformasi dan disinformasi kepada publik. Fenomena tidak hanya disebabkan oleh kelalaian proses produksi. Tuntutan pekerjaan jurnalis yang semakin banyak, juga dapat menjadi salah satu penyebabnya. 

Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
Tuntutan pekerjaan jurnalis tidak lagi hanya untuk menulis berita. Pada era multimedia ini, para jurnalis juga diminta untuk memiliki skill foto, video dan menyuntingnya. Ini juga mengindikasikan bahwa sebenarnya perkembangan jurnalisme juga menuntut perkembangan sumber daya manusianya.

Namun sayangnya, masih banyak media yang tidak punya budget lebih. Hasilnya, sumber daya yang ada dipaksa untuk punya banyak keahlian, namun tidak diiringi oleh imbalan yang setimpal. Kualitas dari sebuah konten berita pun menjadi sangat buruk.

Persaingan antar media yang begitu cepat juga dapat meluputkan proses verifikasi. Banyak media yang ingin selalu menjadi yang tercepat. Mereka tidak terlalu peduli dengan kelengkapan dan korelasi isi berita. Persaingan tersebut membuat proses verifikasi hanya dilakukan ala kadarnya saja.

Jurnalisme Warga

Foto oleh Rachel Claire dari Pexels
Foto oleh Rachel Claire dari Pexels
Kemudahan dalam mengakses berita juga diiringi dengan kemudahan dalam memproduksi berita. Praktik jurnalisme warga diperkirakan telah muncul pada tahun 1988. Namun, trend dari jurnalisme warga baru berkembang sekitar tahun 2010.

Hal ini dapat terjadi karena faktor dari kemunculan perangkat yang punya banyak fungsi. Sehingga, ini memampukan masyarakat untuk dapat memproduksi berita hanya dengan sebuah ponsel pintar.

Permasalahan yang muncul seiring berkembangnya jurnalisme warga, yaitu mengenai status mereka. Sudah jelas bahwa mereka bukanlah seorang jurnalis profesional. Pengetahuan mengenai kode etik jurnalistik mungkin tidak mereka punya.

Berbagai situs pun menghadirkan ruang dan kesempatan untuk masyarakat dapat bebas menulis. Tulisan tersebut jelas dapat diakses oleh siapapun. Oleh karena itu, kamu juga harus berhati-hati ketika membaca sebuah berita di internet. Perhatikan terlebih dahulu sumber dan situsnya.

Kamu juga dapat menonton sebuah video pendek yang menjelaskan bagaimana kira-kira perkembangan jurnalisme di masa depan. Silakan ditonton di bawah ini:


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun