Mohon tunggu...
Valencia Tiofanny
Valencia Tiofanny Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Pelajar

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Sejarah | Kehilangan Kebahagiaan

5 November 2018   09:19 Diperbarui: 16 November 2018   00:25 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dina hari ini sedang libur sekolah. Kerjaannya hari ini di rumah hanya mengerjakan PR. Di sekolahnya, ia selalu ceria dan bermain dengan teman-temannya. Sekarang sudah larut malam dan sebentar lagi ayahnya akan pulang.

Tok tok tokk..Suara ketukan pintu yang menarik perhatian Dina. Dina segera berlari menuju pintu dan membuka pintu.

"Ayahhh!! Aku senang sekali Ayah sudah pulang."

"Hai Dina.. Ini Ayah bawakan makanan."

"Makasih Ayah. Ayo, kita makan bersama-sama."

"Iya, Din. Ayah bersih-bersih dulu, ya. Jangan lupa panggilkan Ibumu."

"Baik, Ayah."

Ayah Dina sudah pulang dengan muka yang lesu dan banyak lebam di tubuhnya. Dina yang melihatnya pun bertanya-tanya apa yang terjadi dengan ayahnya. Apakah ayahnya terjatuh? Atau ayahnya bertengkar dengan seseorang? "Mungkin lebih baik aku tanya ayah nanti saja setelah makan malam," pikir Dina.

Ibu Dina merupakan seseorang yang cantik dan juga masih terlihat muda. Sayangnya, ia sekarang sedang terbaring lemah di kamarnya dikarenakan penyakit asma dan demam yang menyerangnya. Ia harus banyak beristirahat karena asmanya akan kambuh jika ia terlalu banyak bergerak atau bekerja. Pusing yang dialaminya juga sangat mengganggu.

Mereka akhirnya berkumpul bersama di meja makan dan makan bersama. Dina berusaha untuk memulai percakapan, "Ayah, tadi aku lihat, tangan Ayah banyak lebamnya. Ayah kenapa? Apakah Ayah bertengkar dengan seseorang? Atau Ayah terjatuh?"

"Mmm.. kalau soal itu, Ayah baik-baik saja kok, Din. Tidak usah memikirkan soal Ayah, itu hanya terbentur saja."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun