PENDAHULUAN
Sastra yang bisa juga disebut sebagai kesusastraan merupakan hasil karya manusia dengan menggunakan media bahasa, baik secara lisan atau tulisan, dengan menimbulkan rasa indah (estetis). Karya sastra dapat membawa manusia kepada pemahaman akan nilai-nilai dalam kehidupan sekaligus mengkomunikasikan antara pengarang dengan pembacanya. Karya sastra memiliki berbagai macam bentuk, salah satunya adalah puisi. Puisi merupakan bentuk kesusasteraan dengan pemilihan kata yang bernilai estetika dan etika untuk mengungkapkan perasaan atau pemikiran dari pengarangnya. Pengarang akan mencurahkan perasaannya ke dalam puisi dengan menggunakan kata-kata estetis yang biasanya tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Puisi yang berkaitan erat dengan pencurahan atau proses kreatif pengarangnya dalam menciptakan karya-karyanya. Karya tersebut dapat diapresiasi melalui kajian dengan menggunakan pendekatan yang berpokok pada sudut pengarangnya, yakni pendekatan ekspresif.
Pendekatan ekspresif merupakan pendekatan yang memandang dari sudut pandang pengarangnya atau pendekatan yang memandang karya sastra sebagai dunia batin pengarang. Menurut Ratna (2004:68), pendekatan ekspresif tidak hanya berupa bagaimana karya sastra itu diciptakan, seperti sebuah studi proses kreatif dalam studi biografis, tetapi bentuk-bentuk apa yang terjadi dalam karya sastra yang dihasilkan. Adapun pemikiran lainnya, yakni menurut Abrams (Dalam Siswanto, 2018:181), pendekatan ekspresif adalah pendekatan dalam kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya pada ekspresi perasaan atau temperamen penulis. Pendekatan ini berkaitan erat dengan perasaan pengarang dan memandang sastra sebagai sarana dalam memahami keadaan jiwa pengarangnya. Selain itu, pendekatan ini juga berfokus pada proses kreatif dan latar belakang biografis dari pengarang sehingga akan berkesinambungan dengan hasil akhir karya sastranya.
Dalam mengkaji sebuah puisi, terdapat dua unsur yang membangun, yakni unsur fisik dan unsur batin. Unsur fisik terdiri atas diksi, kata konkret, majas, citraan, versifikasi, dan tipografi. Unsur batin terdiri atas tema, perasaan, amanat, nada, dan suasana puisinya. Puisi yang akan dikaji dalam artikel ini adalah puisi “Di Kulkas: Namamu” karya Joko Pinurbo.
Joko Pinurbo merupakan seorang sastrawan Indonesia yang lahir pada tanggal 11 Mei, 1962 di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. Beliau memulai kegemarannya dalam menulis puisi sejak SMA dan tersebar dalam berbagai media dan buku antologi bersama. Awalnya beliau menerbitkan karya melalui buku stensilan, seperti Sketsa Selamat Malam (1986) dan Parade Kambing (1986), setelah itu muncul buku puisi Celana (1999) yang memperoleh hadiah sastra lontar 2001. Beliau telah menulis banyak puisi dan mendapatkan berbagai macam penghargaan juga, bahkan sejumlah puisinya diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman dan Belanda. Penulisan puisinya memiliki ciri khas berupa mengandung unsur jenaka dengan tema-tema puisi yang serius sehingga membuat karyanya menjadi menarik. Cara pandangnya dalam menulis terkesan main-main dan jenaka, tetapi puisinya mengangkat hal-hal serius yang telah atau sedang berlangsung di tengah-tengah masyarakat. Joko Pinurbo juga suka memasukkan barang-barang ke dalam puisinya sebagai lambang atau penggambaran dari pemikirannya. Naratif puisinya tergolong ringan, tetapi tetap memiliki makna yang mendalam dan berkaitan dengan realitas kehidupan manusia. Beliau adalah sosok penyair kontemporer yang memiliki kebebasan dalam pemilihan bentuk, rima dan diksi.
Dalam artikel ini memiliki pokok bahasan yang akan difokuskan pada aspek pemilihan kata atau diksi dalam unsur batin yang mencakup makna konkret (makna kata pengimajinasian) dan makna denotasi (makna kata sesungguhnya). Melalui pendekatan ekspresif, pemaknaan puisi akan ditonjolkan melalui sudut pandang pengarangnya yang berkaitan juga dengan latar belakang biografinya. Setelah itu, akan difokuskan pada pemilihan kata atau diksi yang dipilih oleh sang pengarang sehingga makna serta pesan puisi yang sudah dibuat oleh pengarang mampu tersampaikan pada pembacanya dengan baik.
PEMBAHASAN
Adapun pembahasan dalam penerapan pendekatan ekspresif dalam puisi berjudul “Di Kulkas: Namamu” karya Joko Pinurbo, yakni sebagai berikut:
Di Kulkas: Namamu
Karya: Joko Pinurbo
Di kulkas masih ada
gumpalan-gumpalan batukmu
mengendap pada kaleng-kaleng susu.
Di kulkas masih ada
engahan-engahan nafasmu
meresap dalam anggur-anggur beku.
Di kulkas masih ada
sisa-sisa sakitmu
membekas pada daging-daging layu.
Di kulkas masih ada
bisikan-bisikan rahasiamu
tersimpan dalam botol-botol waktu.
Berikut ini adalah pembahasan mengenai aspek pemilihan kata atau diksi dalam puisi tersebut:
Pada bait pertama, sudah terlihat pemilihan kata yang sesuai dengan keunikan dari kepenulisannya, yakni menggunakan nama barang sebagai lambang atau penggambaran dari pemikirannya. Pemilihan kata “kulkas” pada puisi ini bukan hanya sekadar kulkas, tetapi berupa lambang dari pikiran suatu manusia yang tergolong sebagai makna konotasi. Pemilihan kata “gumpalan-gumpalan” memiliki makna denotasi yang bisa juga berarti sekumpulan. Pemilihan kata “batukmu” tergolong makna konotasi yang bisa berarti kenangan. Pemilihan kata “mengendap” termasuk makna denotasi yang bisa berarti berada di dasar. Sesuai dengan keunikan kepenulisannya, penggunaan barang dalam kata “kaleng-kaleng susu” bisa termasuk makna konotasi yang berkaitan dengan memori ingatan seseorang. Jadi, bisa berarti jika Joko Pinurbo menggambarkan adanya sekumpulan memori ingatan terhadap kenangan seseorang yang telah mendasar di pikiran tokoh utamanya.
Pada bait kedua, masih terdapat penggunaan kata “kulkas” sebagai pikiran manusia. Pemilihan kata “engahan-engahan nafasmu” bermakna denotasi yang berarti hembusan napas seseorang. Pemilihan kata “meresap” merupakan makna denotasi yang berarti melekat di dalam sesuatu. Penggunaan kata barang kembali digunakan pada kata “anggur-anggur beku” yang juga bisa bermakna memori ingatan seseorang. Jadi, bisa berarti jika Joko Pinurbo menggambarkan memori memori ingatan terhadap hembusan napas seseorang yang telah melekat di pikiran tokoh utamanya.
Pada bait ketiga, tetap terdapat penggunaan kata “kulkas” sebagai pikiran manusia. Pemilihan kata “sisa-sisa” memiliki makna denotasi yang artinya tetap sama. Pemilihan kata “sakitmu” merupakan makna konotasi yang bisa berarti sebuah kenangan yang menyakitkan. Pemilihan kata “membekas” bermakna denotasi dengan arti yang tetap sama. Pemilihan kata “daging-daging layu” bermakna konotasi yang bisa berarti perasaan seseorang yang telah disakiti. Jadi, bisa berarti jika Joko Pinurbo menggambarkan adanya sisa dari kenangan menyakitkan yang membekas dalam perasaan tokoh utama yang telah disakiti.
Pad bait keempat, juga masih terdapat penggunaan kata “kulkas” sebagai pikiran manusia. Pemilihan kata “bisikan-bisikan rahasiamu” bermakna denotasi dengan arti yang tetap sama. Pemilihan kata “tersimpan” bermakna denotasi juga dengan arti yang tetap sama atau bisa juga berarti terkenang. Pemilihan kata “botol-botol waktu” juga berarti kenangan memori ingatan seseorang. Jadi, bisa berarti jika Joko Pinurbo menggambarkan masih adanya segala bisikan dan perkataan dari seseorang yang tersimpan di dalam kenangan ingatan memori tokoh utamanya.
PENUTUP
Karya sastra memiliki berbagai macam bentuk, salah satunya adalah puisi. Puisi merupakan bentuk kesusasteraan dengan pemilihan kata yang bernilai estetika mengungkapkan perasaan atau pemikiran dari pengarangnya. Karya tersebut dapat diapresiasi melalui kajian dengan menggunakan pendekatan yang berpokok pada sudut pengarangnya, yakni pendekatan ekspresif. Pendekatan ekspresif merupakan pendekatan yang berkaitan erat dengan perasaan pengarang dan memandang sastra sebagai sarana dalam memahami keadaan jiwa pengarangnya. Dalam artikel ini pokok bahasan akan difokuskan pada puisi “Di Kulkas: Namamu” karya Joko Pinurbo berdasarkan pendekatan ekspresif dengan aspek pemilihan kata atau diksi dalam unsur batin yang mencakup makna konkret (makna kata pengimajinasian) dan makna denotasi (makna kata sesungguhnya).
Melalui keempat bait puisi “Di Kulkas: Namamu”, Joko Pinurbo menggunakan kata barang berupa “kulkas” dan barang-barang lain yang merupakan isinya sebagai lambang dari sebuah kenangan. Beliau menggambarkan bagaimana kehidupan seorang manusia yang sedang terjebak di dalam kenangannya sendiri. Oleh karena itu, pemilihan kata dalam pendekatan ekspresif ini menjelaskan jika Joko Pinurbo berusaha menggambarkan perasaannya yang terjebak dalam sebuah ingatan akan kenangan yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Andika, F. (2019). Analisis Kumpulan Puisi Setungkul Benang Karya Ubai Dillah Al Anshori Dengan Pendekatan Ekspresif (Doctoral dissertation).
Kharomah, S. N. (2021). Analisis Unsur Fisik dan Unsur Batin Dua Puisi pada Antologi Puisi Selamat Menunaikan Ibadah Puisi Karya Joko Pinurbo Melalui Pendekatan Struktural (Doctoral dissertation, Tadris Bhs. Indonesia IAIN Syekh Nurjati Cirebon).
Puisi: Di Kulkas, Namamu (Karya Joko Pinurbo). Sepenuhnya. Diakses pada tanggal 8 Juni 2023, dari https://www.sepenuhnya.com/2005/03/puisi-di-kulkas-namamu.html
Sari, L. N. I. (2018). Analisis puisi karya amir hamzah dengan pendekatan ekspresif (Doctoral dissertation).
Zulfahmi, I. Fenomena Sosial dalam Puisi" Pesan Uang" dan" Bercukur Sebelum Tidur" Karya Joko Pinurbo dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H