Mohon tunggu...
Valdi Hiroki
Valdi Hiroki Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Angka Perceraian di Sumenep Masih Tinggi

25 Desember 2015   20:59 Diperbarui: 26 Desember 2015   00:17 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di beberapa daerah di Sumenep masih banyak pasangan yang menikah pada usia muda. Hal ini menyebabikan pasangan rentan dalam hal perceraian dikarenakan pasangan muda belum siap menghadapi kesulitan dalam pernikahan dan ego masing-masing yang tinggi.

4. Pernikahan tanpa cinta

Untuk kasus ini umumnya dikarenakan tuntutan orang tua yang mengharuskan anaknya menikah dengan calon yang sudah ditentukan biasanya masih ada hubungan kerabat. Sehingga, setelah menjalani kehidupan rumah tangga seringkali tidak mengalami kecocokan karena tidak ada faktor cinta didalamnya.

5. Adanya pihak ketiga

Faktor ini merupakan faktor umum yang bisanya menjadi penyebab terjadinya sebuah perceraian. Banyaknya kaum laki laki yang bekerja di luar kota, menjadi TKI dan nelayan yang pergi melaut dalam waktu yang lama menyebabkan timbulnya orang ketiga pada keluarga akibat ketidakpuasan istri.

Dampak yang ditimbulkan dari perceraian ini juga tidak bisa dianggap remeh. Dampak terbesar adalah anak. Anak korban perceraian biasanya menjadi lebih agresif, dan kurangnya kasih sayang orang tua membuat anak mencari perhaian dengan cara negatif contohnya merokok, minum minuman keras, menggunakan narkoba dan lain lain. Selain itu menyebabkan maraknya budaya carok di Sumenep karena kaum suami merasa harga diri mereka diinjak-injak.

Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingginya angka perceraian di Sumenep. Pertama, memberikan penyuluhan tentang hakikat pernikahan dan dampak dampak yang ditimbulkan dari perceraian dengan kerja sama dari tokoh agama. Memberikan penyuluhan kepada santri Pondok Pesantren dan MAN di daerah daerah tentang dampak perkawinan dini. Pemerintah juga harus mendorong masyarakat untuk bisa membuka lapangan kerja baru agar ekonomi masyarakat menjadi lebih stabil. Yang terakhir pemberian reward pada pasangan yang berhasil dimediasi atau gagal bercerai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun