Sebagai agama yang menekankan kasih sayang dan cinta terhadap segala sesuatu, Islam sangat adaptif dalam segala bidang kehidupan. Islam adalah pandangan hidup yang komprehensif yang mengatur semua aspek kehidupan individu dan sosial. Kedalaman nilai-nilai filosofis Pancasila dan pengejawantahannya terhadap ajaran Islam memperkuat identitas keagamaan kita sebagai negara Indonesia.Â
Bung Karno berharap bahwa agama yang beradab adalah agama yang menghormati semua orang yang menganut agama yang ada saat ini. Warga negara Indonesia dan umat beragama selalu mengingat nilai-nilai Pancasila dalam menjalankan kehidupannya.Â
Agama dan Pancasila adalah dua hal yang melekat pada nilai-nilai sosial budaya Indonesia. Kedua pernyataan ini tidak bertentangan, karena nilai-nilai agama terkandung dalam Pancasila.Â
Pancasila yang menjadi falsafah bangsa dan sumber nilai-nilai yang terkandung dalam konstitusi merupakan hasil ijtihad atau nalar independen para pemimpin Muslim selama perjuangan kemerdekaan. Banyak ulama dan tokoh yang menyatakan bahwa Pancasila adalah anugerah terbesar dari umat Islam dan tokoh-tokoh Islam untuk Republik ini.Â
Kita tentu ingat sejarah terbentuknya Pancasila yang awalnya bernama Piagam Jakarta. Dokumen ini merupakan bagian penting dari sejarah Indonesia dan tetap relevan hingga saat ini. Persatuan dan keutuhan bangsa merupakan hal yang sangat penting, seperti halnya menghormati hak-hak seluruh warga negara Indonesia, apapun keyakinan agamanya. Banyak yang percaya bahwa semangat besar umat Islam ini memiliki nilai kebangsaan yang sangat tinggi.Â
Terdapat persamaan antara rumusan nilai-nilai Pancasila dengan Perjanjian Hudaibiyah pada masa Nabi Muhammad SAW. Nabi ingin menunaikan ibadah haji ke Mekah. Kaum Quraisy Mekkah pada waktu itu belum memeluk Islam, sehingga mereka beranggapan bahwa kedatangan kaum muslimin dari Madinah bertujuan untuk menyerang kaum Quraisy.Â
Mengarah pada kesimpulan dari perjanjian Hudaybi. Nabi Muhammad dan kaum Quraisy di Mekah melakukan negosiasi alot untuk mencapai kesepakatan. Nabi Muhammad (saw) sangat lembut dan bijaksana dalam melakukan negosiasi.Â
Bahkan sahabat Nabi Muhammad pun menganggapnya terlalu lembut dan toleran. Tidaklah sulit bagi umat Islam Madinah untuk menaklukkan kaum Quraisy dalam waktu singkat dengan cara kekerasan, karena jumlah umat Islam yang banyak dan pasukan perang yang terlatih pada waktu itu.Â
Namun, Nabi Muhammad (SAW) lebih suka bersikap lemah lembut, sabar, dan pantang menyerah dalam bernegosiasi. Ketika perjanjian hendak dimulai dengan kalimat "Bismillahirrahmanirrahim", kalimat ini tidak disetujui oleh Suhail dengan alasan bahwa nama "rahman dan rahim" bukanlah sebuah nama yang dikenal kaumnya dari kaum Quraisy.Â
Maka kalimat itu diubah menjadi "bismikallahumma" (dengan nama-Mu ya Allah). Patut dicatat bahwa ketika perjanjian hendak disetujui oleh kedua belah pihak, Suhail menolak ungkapan "Muhammad Rasulullah" karena orang Quraisy saat itu tidak mengakui bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Oleh karena itu, kalimat tersebut diubah menjadi "Muhammad bin Abdullah".Â
Nabi Muhammad dikenal dengan sikap lembut dan kesabarannya. Ini adalah kualitas penting yang harus dimiliki seorang pemimpin.
Sikap lembut dan kesabaran Nabi Muhammad pada akhirnya membawa hikmah besar. Pelajaran besar yang dapat dipetik adalah bahwa dakwah Islam dapat dengan mudah menyebar ke seluruh pelosok dunia Arab. Jika kekerasan dan kekerasan digunakan dalam negosiasi saat itu, tentu akan berdampak negatif pada penyebaran Islam.Â
Perundingan Pancasila dilakukan oleh tokoh-tokoh Islam saat itu. Meski jumlahnya mayoritas, namun semangat persatuan dan kesatuan membuat umat Islam tidak ragu untuk menyerah demi mencapai persatuan sebagai anak sesama bangsa. Jika kita melihat Pancasila dari perspektif Islam, kita dapat melihat bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sejalan dengan ajaran Islam.
Sebagai negara Pancasila, Indonesia juga memfasilitasi dan mewadahi pelaksanaan kegiatan keagamaan bagi setiap warga negara, sekaligus menjamin kebebasan setiap warga negara untuk menjalankan keyakinan dan keyakinannya masing-masing, tanpa ditentukan oleh negara.Â
Pancasila tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama. Hal ini karena didasarkan pada lima sila Pancasila yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Nasionalisme, Demokrasi, dan Keadilan Sosial. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus berupaya menjelaskan dan meningkatkan pemahaman bahwa nilai-nilai Pancasila tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama manapun. Pancasila dapat dilihat sebagai jalan tengah yang mengakomodir nilai-nilai agama dalam konteks kenegaraan.Â
Agama memiliki pengaruh yang kuat dalam membentuk perumusan berbagai undang-undang dan peraturan di Indonesia. Sangat tepat bagi suatu bangsa dan negara yang menganut falsafah Pancasila memiliki pemahaman seperti itu.Â
Pancasila memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mengekspresikan keyakinannya. Setiap orang dihormati dan dihargai serta diberi kesempatan untuk mengamalkan keyakinan atau agamanya. Yang tidak diperbolehkan adalah pemaksaan, yaitu merendahkan dan memusuhi orang lain. Sesuatu yang lain tidak diperbolehkan di negara ini.
Islam mengenalkan konsep hidayah, yang artinya tidak ada paksaan dalam beragama. Hanya Tuhan yang bisa memberikan hidayah. Seorang manusia, bahkan seorang nabi, hanya bertindak sebagai pembawa atau pemberi peringatan. Bukan urusan atau wewenang sesama manusia untuk mendikte apakah seseorang menjadi Muslim atau menolak agama. Tugas seorang Muslim atau bahkan seorang misionaris adalah untuk menyampaikan atau hanya memberi peringatan.
Kesimpulan dari saya bahwa Pancasila sebagai dasar negara atau ideologi negara tidak bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam. Sebagai agama yang berupaya membawa rahmat dan berkah bagi seluruh umat manusia.Â
Islam memberikan tuntunan bagi seluruh aspek kehidupan umatnya, baik individu maupun sosial. Kedalaman nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam Pancasila, yang mencerminkan ajaran Islam, harus memperkuat posisi kita sebagai negara Indonesia yang religius. Bung Karno bercita-cita untuk menciptakan agama yang beradab yang menghormati semua pemeluk agama yang ada.Â
Sebagai warga negara Indonesia dan umat beragama, kita harus selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan kita sehari-hari, dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H