Mohon tunggu...
Vahlefi Rahmat Fatihah
Vahlefi Rahmat Fatihah Mohon Tunggu... Mahasiswa - https://www.kompasiana.com/vahlefirahmatfatihah8590

mahasiswa universitas bengkulu

Selanjutnya

Tutup

Money

Penerepan Sistem Barter pada Era Modern

7 Desember 2021   11:18 Diperbarui: 7 Desember 2021   11:28 1507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sebelum dunia mengenal alat tukar uang, pada zaman dahulu, masyarakat melakukan kegiatan tukar - menukar untuk mendapatkan barang yang diinginkan. Kegiatan tukar - menukar ini lazim disebut sistem barter. karena kepercayaan masyarakat menurun dengan alat tukar uang maka negara - negara maju cenderung menggunakan sistem barter pada saat berbelanja pada negara - negara berkembang misalnya negara amerika.Menarik,bukan? 


Penerapan Sistem Barter pada Era Modern

Penerapan sistem barter ini sangat sederhana. Cukup menukar satu barang dengan barang yang dimiliki orang lain. Transaksi tukar-menukar tersebut selayaknya harus disepakati oleh kedua belah pihak, sehingga barang tersebut memiliki nilai yang berbeda-beda dalam transaksi dalam masyarakat.Walaupun barter adalah warisan lama dalam sistem perdagangan, bukan berarti menggunakan sistem barter sudah tidak digunakan lagi. Sistem barter secara tradisional masih sering dijumpai di beberapa daerah di Indonesia seperti Pasar Terapung Lok Baintan (Kalimantan Selatan) dan Pasar Flores (Nusa Tenggara Timur). 

Di era saat ini, penerapan barter lebih modern, kompleks, dan variatif. Hal yang dibarterkan bukan lagi barang untuk kebutuhan pangan, melainkan barang-barang sandang hingga aktiva perusahaan baik yang berwujud dan tidak berwujud. yang perlu kamu ketahui adalah barter memiliki beberapa sifat, yaitu: 

Pihak yang mau melakukan pertukaran harus memiliki barang untuk ditukarkan; 

Pihak yang akan melakukan pertukaran harus saling membutuhkan barang yang akan ditukarkan dan penukarannya dilakukan dalam waktu bersamaan; 

Nah, akibat mengutamakan asas manfaat, dalam  pelaksanaannya, sulit untuk mencari orang yang mau menukarkan barang miliknya. Misalnya, bila kamu membutuhkan sekarung beras tetapi tetangga kamu hanya memiliki seekor sapi, relatif tidak mungkin kalau tetanggamu mau menukarkan seekor sapinya hanya untuk mendapatkan sekarung beras darimu. 

Dengan demikian, jalan terbaik adalah dengan memotong seekor sapi tersebut menjadi beberapa bagian kecil. Masalahnya, berapa banyak potongan yang sapi yang harus diberikan tetanggamu sehingga bisa senilai dengan sekarung beras? Jawabannya, tergantung kesepakatan!Selanjutnya Perlu kamu ketahui, ada tiga jenis transaksi barter yang umum dilakukan oleh masyarakat di dunia, di antaranya: 

Barter Langsung

Barter langsung memungkinkan kedua belah pihak antara pemberi dengan penerima melakukan kegiatan menukar barang secara langsung. 

Barter Alih

Barter alih adalah momen saat suatu negara menerima barang hasil kegiatan barter namun negara penerima hasil barter tidak bisa memanfaatkan hasil barter dengan baik. Akhirnya, hasil barter tersebut dialihkan ke negara lain yang bisa memanfaatkannya. 

Barter Imbal Beli

Barter imbal beli memerlukan kerjasama saat ingin membeli barang atau jasa yang sedang dibutuhkan. 

Nah, di bawah ini adalah contoh penerapan barter di era modern, antara lain: 

Di era sekarang ini, sistem barter secara tidak sadar juga banyak dilakukan. Seperti contohnya saat kamu menukarkan sepatu dengan tas. Bahkan di pasar tradisional sekalipun masih banyak ditemukan sistem barter.Biasanya barter ini terjadi antara para pedagang yang masing memiliki barang sisa yang tidak terjual. Barang sisa yang tidak terjual tersebut kemudian ditawarkan kepada pedagang lainnya untuk ditukarkan. Contohnya pedagang sayur yang memiliki sisa sayur belum terjual menawarkan kepada penjual ikan untuk ditukarkan.Kesepakatan yang terjadi di antara keduanya membuat sistem barter itu terasa sangat menguntungkan. Dengan demikian, pedagang sayur bisa membawa pulang ikan, begitu juga dengan pedagang ikan bisa membawa pulang sayur. 

Tukar tambah atau trade in, yaitu menukar barang baru dengan barang lama. Lalu apa yang membedakan dengan barter tradisional? Tukar tambah diibaratkan menambah sejumlah nilai umumnya berupa uang terhadap selisih antara barang yang lama dengan yang baru. Tukar tambah ini lebih sering terjadi pada barang-barang elektronik seperti tv, handpone, laptop dan barang elektronik lainnya. Buat kamu yang ingin mendapatkan barang baru tetapi anggaran kamu masih belum memadai, opsi yang bisa kamu ambil adalah dengan menggunakan tukar tambah. Jangan khawatir, praktik ini sudah banyak terjadi di berbagai toko dan berbagai platform penjualan, kok. Menukarkan kewajiban atau utang perusahaan menjadi saham (debt to equity swap). Hal ini mungkin yang paling berbeda dengan konsep barter tradisional. Utang dan saham adalah aktiva yang tidak memiliki wujud. Saat sebuah perusahaan mengonversi utangnya menjadi saham, tindakan ini harus mendapatkan persetujuan dari pemberi utang. Selama masing-masing pihak setuju, cara ini lazim dalam kegiatan bisnis antar perusahaan. Salah satu contohnya adalah yang dilakukan oleh PT Hanson International Tbk (MYRX). Perseroan pernah melakukan negosiasi dengan pemberi utang yakni Bank Victoria untuk menukar pinjamannya sebesar Rp20,5 miliar dengan 25 persen kepemilikan sahamnya di PT Putra Asih Laksana. 

Pengambilalihan aset sebagai bentuk penyelesaian utang. Hal ini umumnya terjadi dalam kredit dengan agunan, karena memiliki sifat yang sama yaitu masing-masing pihak mempunyai barang yang akan dipertukarkan dan menyetujui nilai penukarannya. Sistem kredit dengan agunan merupakan turunan dari sistem barter. Umumnya, dalam sistem kredit dengan agunan, penerima pinjaman juga dapat menukarkan utang yang dimiliki dengan aset yang dijaminkan sebagai bentuk penyelesaian. 

Walau sudah ada sejak zaman dulu, nyatanya barter masih sering terjadi dalam sistem ekonomi dengan sedikit mengalami perubahan dalam penerapannya. Bahkan, barter adalah salah satu opsi Indonesia untuk mendapatkan alat utama sistem pertahanan (alutsista) negara lain.Pada tahun 2017 , Indonesia dan Rusia sepakat melakukan barter terhadap pembelian alutista berupa pesawat tempur Sukhoi SU-35 yang ditukarkan dengan nilai ekspor Indonesia ke Rusia. Nilai pembelian pesawat SU-35 sebesar US$1,14 miliar ini memberikan potensi ekspor ke Rusia sebesar 50 persen dari nilai pembelian tersebut, atau setara sebesar US$570 juta. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun