Apapun tu hakekat dari terisolasi, tetapi esensinya adalah keterasingan
Bagi kami orang Timur, keterasingan adalah sajak tanpa teriak,dimassa leluhur hingga hari ini
Suara-suara cahaya dari Timurpun tak searah duka akar rumput.Mungkinkah mereka hanyala  timur tanpa frasa
Tatanan kehidupan semakin sulit,psikologi sosial terus merasuk jiwa
Tangis,perih, diabaikan begitu saja,hingga mengalir tergesa-gesah
Mereka hanya mampu berdoa di tengah lautan dan hutan belantara.Hingga tak harap ibah  siapapun
Momentum maraknya pandami Covid-19 , mengharuskan kami berserah diri hadapi virus mematikan tersebut
Virus hayalan ini ada ataupun tidak,kami tak paham itu
Andai saja,tak ada informasi virus hayalan tersebut,  kami tidak akan  mengingat nama itu
Entahlah.....
Sebelum adanya pandami itu,kami juga sakit-sakitan.Bahkan  segala  penyakit telah diderita.
Anggapan kami, kematian adalah nasib, tanpa bapakisme  beritahu,kami lebi paham...
Untukmu bapakisme...
Mohon ..
Tak boleh gangu aktivitas kami di kampung-kampung...
Andaikan bapa tahu,sehari tidak bekerja dilautan dan hutan,maka dapur kami sunyi tanpa suara
Pertanyaanya adalah...
Bisakah,bapa ikhlas beri kami sesuap nasi dua kali  sehari....
Bagaimana,bisa atau tidak pak....??
Saya percaya,pertanyaan itupun sederhana,bahkan kelas Negara yang besar mampu dijawab.
Tapi dugaan sementara,jawaban yang panjang isinya,dipastikan miskin tindakan.
Duhai bapa..
Biarkan orang miskin berjalan sesuai hati nurani
Karena kepercayaan kuno mereka adalah, hasil keringat lebi berkah
Daripada pemberian palsu demi asas manfaat yang besar
Mari merefleksi...
Agats,Kabupaten Asmat Provins Papua
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI