Mohon tunggu...
Vadilah Anggraeni
Vadilah Anggraeni Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penulis, dan guru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Kehangatan Orang Dewasa di Lingkungan Anak-Anak

8 November 2024   19:11 Diperbarui: 8 November 2024   21:01 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ngomongin pengasuhan anak sebenarnya bukanlah ngomongin peran siapa dan siapanya yang lebih berpengaruh dalam tumbuh kembang dan perkembangan emosional.

Hanya saja, kebanyakan postingan di sosial media mengenai pengasuhan yang beredar sangat mengagungkan pengasuhan akan kehadiran sosok ayah didalamnya. Mungkin disisi lain agar para ayah juga turut dalam pengasuhan sebagaimana data yang tertera. Indonesia termasuk negara yang persoalan fatherless cukup tinggi. Fatherless di Indonesia menduduki peringkat 3 sebagaimana termuat dalam website narasi tv berjudul Indonesia Peringkat 3 Fatherless Country di Dunia, Mempertanyakan Keberadaan 'Ayah' dalam Kehidupan Anak

Hal ini sedikit membuat diri pribadi agak bertanya-tanya apakah anak yang diasuh hanya dengan ibunya saja atau bahkan tidak diasuh ayah ibunya melainkan kakek, nenek atau sanak saudaranya, tidak dapat bertumbuh kembang secara normal.

Nampaknya akar dari pengasuhan adalah sebenar-benarnya kehadiran peran orang dewasa dalam mendampingi anak. Tidak masalah hanya ibu saja, ayah saja atau bahkan sekalipun kakek nenek, sanak saudara selama tangki kasih sayang diberikan sungguh-sungguh.

Justru yang menjadi masalah dalam permasalahan pengasuhan anak adalah ketika keluarga utuh secara fisik namun keberadaan keduanya tidak memenuhi tangki kasih sayang untuk anaknya.

Siapa yang tidak mengharapkan menciptakan keluarga cemara atau ideal. Utuh saja tidak cukup untuk bisa membuat kenyamanan dalam diri seorang anak. Namun kebesaran akan kasih sayang yang dicurahkan, kehadiran dalam setiap tumbuh kembangnya yaitu mendukung segala kelebihannya, dan tidak menghakimi kekurangan lebih diperlukan.

Namun orang dewasa yang tengah merawat seorang anak itupun tidak terlepas dari bentukan seorang anak yang merekam beberapa trauma-trauma, lelah menghadapi rutinitas sepanjang hari. Sehingga inilah uniknya menjalani kehidupan menjadi orang dewasa. Bahu dituntut selalu kekar, dihadapan anak harus tegar dan hadir sepenuhnya serta memendam dalam-dalam kesakitan yang dirasakan.

Tapi tidak jarang, kondisi saat ini yang dapat bersandiwara secara totalitas sebab anak kecil pun dapat mengakses sosial media yang dimiliki orang dewasa. Postingan berunsur kehidupan orang dewasa kerap bersliweran membuat seorang anak tumbuh lebih cepat dewasa daripada umurnya.

Sebagai bagian penutup tulisan ini, hadir di setiap tumbuh kembang anak secara ikhlas adalah kunci, tidak peduli sebagai ibu atau ayah keduanya yang telah membuat ada seorang anak. Keduanya yang bertanggung jawab. Berbeda cerita jika salah satu orang tuanya meninggal atau mengharuskannya diasuh kakek dan neneknya. Ciptakan tangki kasih sayang secara penuh untuk anak. Siapapun dirimu dianggap oleh sang anak itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun