"Hey, Sam!" sahabatnya ternyata datang, tumben mengetuk pintu.
"Kenapa kamu tidak membalas chatku?" Sam mengeluh. Mukanya serius. "Aku telpon juga kamu tadi. Kenapa tidak diangkat? Aku sudah tidak penting lagi buat kamu? Atau ... kamu ketemu cewek?"
Tommy mendengus dan menghempaskan dirinya ke kasur yang empuk. Dia berbaring membelakangi Sam.
"Ah, benar dugaanku. Kamu gak pernah biasanya gini. Beneran nih, gegara cewek? Siapa, Tom?" Sam semakin mendesak. Dia duduk di kasur Tommy, sengaja menghadap ke wajahnya. Tommy tidak bisa mengelak. Wajah Sam yang chubby itu membuatnya gemas.
"Ah, tahu apa kamu!" dengus Tommy lagi.
"Aku paham kamu, Tom," Sam tertawa. "Ayo, buka chatku. Rugi loh, ada banyak info tentang Kimaya!"
Tommy langsung terduduk dan membuka HPnya lagi. Ada puluhan notifikasi dari nomor Sam. Dia menengok ke Sam sebelum membukanya.
"Ah, ternyata Kimaya, nih?" Sam tergelak. "Kenapa kamu mudah ditebak, Tom? Kamu tidak beda dengan cowok lain."
Tommy melempari bantalnya ke arah Sam. "Buka dulu chatku," Sam mengingatkan sambil menjauh dari kasur.
"Ada apa dengan Kimaya?" Tommy masih menggumam dan belum berani membuka chat Sam. Dilihatnya Sam tertawa sambil keluar dari kamarnya. Sam paham, Tommy ingin sendiri.
Sam mengirim beberapa pesan, foto dan juga titik lokasi di mana Kimaya akan membuat event bersama teman-teman kuliahnya. Dia juga bilang kalau beberapa teman barunya sangat mengenal Kimaya dan Mona. Dia ingat, Tommy menyebut nama Kimaya di hari pertama magang dan sampai saat terakhir magang. Sam tahu, Kimaya istimewa, hanya Tommy sepertinya belum menyadari hal itu.