Mohon tunggu...
R.A. Vita Astuti
R.A. Vita Astuti Mohon Tunggu... Dosen - IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

Edukator dan penulis #uajy

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Kenyataan Tiba

11 Maret 2024   21:13 Diperbarui: 11 Maret 2024   21:16 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertaruhan Kimaya

Tommy merasa menyesal tidak mengucapkan goodbye secara baik-baik dengan Kimaya, partner magang yang mulai disukainya. Dia yakin pada perasaannya ketika ada pesaing, si Kevin. Kenapa juga anak itu suka pada Kimaya? Kim buat aku saja. Kim and Tom, bagus, kan? Cocok, kan? Jodoh, kan? Batinnya berharap.

Pagi itu Tommy memutuskan untuk ke rumah kontrakan Kimaya. Dia pernah mengantar cewek itu ketika lembur dan pulang dini hari. Walau waktu itu gelap, Tommy yakin bisa kembali menemukan rumah Kimaya yang khas, ada dua pintu gerbang dan teras di tengah layaknya drop off hotel.

Pukul 7.00 tepat Tommy sudah masuk ke pekarangan rumah itu. Tapi tiba-tiba saja dia merasa tidak enak. Apakah aku datang terlalu pagi? Tapi perasaannya tidak bisa menunggu lagi.

"Hey, Tom," sapa Kimaya meriah. Rambutnya masih dibalut handuk tapi segera dia lepas, rambut keritingnya tergerai indah dan basah. Kimaya memakai kaus ukuran besar berwarna salem dan celana pendek pink gelap. Terlihat segar di mata Tommy.

"Pagi benar kamu muncul?" Kimaya bingung. Dia tidak merasa ada janjian apapun dengan Tommy semalam. Kebetulan hari ini dia pengin keramas karena pesta semalamm banyak bau rokok yang menempel di rambutnya. Habis ini aku mau santai-santai, pikirnya.

Baca juga: Pintu Terbuka

Tommy yang bersandar di pintu mobilnya dengan kacamata hitamnya berusaha menikmati pemandangan indah di depannya. Kimaya masih berdiri di anak tangga teras teratas. Bunga yang disiapkannya masih ada di dalam mobil, akan dia berikan ke cewek itu di waktu yang tepat.

"Sudah mandi? Apa rencanamu hari ini, Kim?" Tommy sudah belajar dari telpon semalam bahwa bicara dengan Kimaya harus diatur benar.

Baca juga: Kenal Lebih Baik

Apa urusanmu, Tom? Batin Kimaya.

"Kamu sendiri ke sini pagi-pagi ngapain?" Kimaya tidak mau menjawab apapun sebelum pertanyaan pertamanya tadi dijawab Tommy.

"Aku mau mengajak kamu keluar, kalau kamu mau?" Tommy masih berhati-hati.

"Keluar? Pagi-pagi? Ada apa?" Kimaya masih ingin menahan diri, dia ingin kepastian mau ke mana arah Tommy. Dia tidak mau terjebak.

"Mau mendiskusikan sesuatu ..." Tommy menggaruk-garuk kepalanya, sesulit ini mengajak Kimaya pergi?

Tiba-tiba di pintu gerbang ada suara keras, suara cowok.

"Kim!!! Aku datang!!!"

"Adian???" Kimaya tidak kalah keras suaranya, bukan mengimbangi suara Adian, tapi dia beneran terkejut. Tommy juga sedikit melompat kaget dengan suara-suara keras itu.

Mona yang barusan mandi, memakai style yang sama dengan Kimaya, berlari keluar. Dia sedikit tercengang ada cowok keren berkacamata hitam bersandar di mobil, menatap Kimaya. Lalu dia menyadari suara Adian, yang pernah dia rindukan. Lalu mencari-cari asal suara itu.

Adian dengan gagah berjalan memasuki gerbang. Taksi di belakangnya terlihat barusan meninggalkannya. Dia membawa satu tas gym dan ransel serta satu dus indomie dengan rafia pink. Sungguh pemandangan aneh dibanding dengan ketampanan Adian.

Kimaya masih terpaku di tempat sama, di ujung atas tangga teras. Terpana karena serangan bertubi dari Tommy dan kemunculan Adian.

Sedikit berlari, Adian mendapati Kimaya. Tas gym dan dus indomie dia taruh di tangga. Setelah tangannya bebas, dipeluknya Kimaya tanpa tahu ada Tommy di dekat situ. Kimaya pun otomatis membalas pelukan erat Adian.

"Datang nggak bilang-bilang?" teriak Kimaya di dekat telinga Adian. Cowok itu senang karena suara Kimaya masuk ke telinganya dan langsung menyentuh hatinya, hangat. "Kan bisa dijemput?"

"Kamu mau jemput?" Adian melepaskan pelukannya, kaget dengan keramahan Kimaya yang tidak dia duga. Dia hanya melihat cewek itu mengangguk keras. Dipeluknya lagi Kimaya.

"Uhuk, uhuk," Tommy membatukkan dirinya untuk mendapat perhatian dari tamu asing dan situasi baru yang tidak dia sangka ini.

"Eh, iya, ini ada Tommy, teman magangku," Kimaya memperkenalkan Tommy kepada Adian, dan juga Mona yang ada di sampingnya. Tapi Kimaya tidak menyebut apapun tentang Adian.

Adian dengan ringan mengulurkan tangannya dan hanya berkata hello, tanpa menyebut namanya sendiri. Suara cicit Mona di belakangnya mengalihkan perhatiannya dari Tommy.

"Itu dus buat kamu, Mona!" Adian merangkul Mona dan menyerahkan dus, serta membawa tasnya masuk ke rumah. 

"Apaan nih isinya?" Mona yang berbunga-bunga dirangkul Adian mencoba manja.

"Apalagi kalau bukan mie instant?" jawab Adian. Berdua tertawa meriah.

Kimaya kembali menghadapi Tommy. Saat ini dia lebih siap dan lebih tenang.

"Eh, Tom, sorry banget ya, aku nggak bisa keluar sama kamu," jawabnya cepat. Dia tidak ingin ada Tommy dan Adian di satu lapak.

"Cowok tadi siapa?" Tommy merasakan kecemburuan di hatinya. Dia tidak tahu hubungan Kimaya dan Adian bagaimana. Tapi melihat usia Adian seperti sebaya dengan mereka, dia merasa terancam. Apalagi Adian terlihat akrab dengan Kimaya dan Mona. 

"Yah itu, aku ada tamu, jadi aku nggak bisa keluar sama kamu," Kimaya semakin tegas dan tenang. "Sorry, ya."

Walaupun Tommy ingin sekali ngobrol dengan Kimaya, dia tetap tahu diri. Segera pamit dan membawa mobilnya keluar dari pekarangan rumah Kimaya. Dilihat dari spionnya, Kimaya sudah tidak ada lagi di teras, langsung masuk ke rumah.

---

"Kamu datang dari Jogja?" Kimaya langsung duduk di depan Adian. Masih tidak percaya cowok ini ada di depannya. Adian terlihat manis, pakai kaus dan kemeja yang tidak dikancingkan dan celana pendek warna terang. "Kamu seperti turis."

"Iya, dan aku belum makan. Lapar. Subuh sudah di bandara," Adian merajuk. Kimaya tertawa karena kegagahan Adian tadi lenyap.

"Ayok cari nasi kuning di sebelah," ajak Kimaya. Mona menghilang entah ke mana.

Berdua berjalan keluar dari gerbang sambil saling berbagi cerita, lama tidak berjumpa. Kimaya sering tertawa karena Adian punya tebakan lucu yang belum pernah dia dengar. Tak terasa mereka sampai di warung makan dekat rumah Kimaya. Mereka tidak menyadari mobil Tommy ada di seberang.

Tommy sebenarnya ingin langsung pergi. Namun pikiran yang berkecamuk membuatnya menghentikan mobil di depan rumah Kimaya, menunggu perasaannya tenang kembali. Tapi malah dia dihadapkan pemandangan yang membuat hatinya terbakar.

Dia melihat Kimaya berjalan beriringan dengan Adian dan cewek itu memukul-mukul lengan Adian dengan akrab. Tiba-tiba saja Adian melepaskan kemejanya dan menunjukkan lengannya yang kokoh berotot. Kimaya seperti mengagumi lengan cowok itu. Dada Tommy bergemuruh. Kimaya belum pernah memperlakukan dia seperti itu, batinnya.

Tidak itu saja, Kimaya meraih kemeja yang dipegang Adian dan membawakannya dengan melipatnya di lengannya. Adian tetap berceloteh sambil menunjukkan otot-otot besarnya. Dia memakai kaus tanpa lengan, semakin mendukung badannya yang bagus. 

Adian sibuk memesan makanan dengan dibantu Kimaya. Mereka tidak berhenti saling berbicara dan tertawa. Sebentar saja, Adian membawa satu kresek kecil berisi bungkusan nasi kuning. Kemeja tetap dipegang Kimaya. Mereka kembali ke rumah dengan candaan yang sama.

Tommy merasa pusing. Adian pasti bukan saudara, dia yakin itu.

+++

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun