"Dia Kimaya!!!" suara Tante Nuk masih sekeras tadi, tubuhnya bergetar hebat. Kak Maya langsung membawa ibunya masuk ke rumah dan menutup pintu di depan wajah Kimaya.
Kimaya tercenung. Dia tidak mengira pengaruhnya sebesar ini pada keluarga almarhum Yuda. Setetes air mata menitik. Kesedihan berubah menjadi penyesalan. Dia memutuskan untuk pergi dari situ dan segera kembali ke Denpasar.
"Kim!!!" suara teriakan Kak Maya terdengar di belakangnya.
"Kak, maafkan saya ..." suara Kimaya tercekat ketika melihat wajah Kak Maya basah berurai air mata.
"Maafkan Mamaku, ya? Dia masih mengira kamu penyebab Yuda pergi ..." bisik Kak Maya karena napasnya tersengal kesedihan dan isak tangis.
"Saya? Penyebab Yuda pergi???" satu petir lagi menyambar jantung Kimaya yang serasa berhenti berdetak selama beberapa detik.
"Setelah pentas musik terakhir di perpisahan SMP itu, Yuda cerita kalau kecewa kamu nggak datang menonton. Lalu dia bilang ingin ke Bali - karena mendengar kamu baru keluar kota, berlibur. Dia selalu bilang, Kimaya pasti ke Bali, dia pengin merayakan ultah di sana ... di hotel di Bali itu dia pergi, selamanya, tanpa ketemu kamu," cerita Kak Maya dengan cepat.Â
"Tapi lupakan semuanya, bukan salahmu, Kim. Yuda saja yang terlalu menuntut. Dia juga tidak jaga diri menyopir dengan ngebut dan langsung berenang ..." tambah Kak Maya.Â
Kimaya hanya ingat, penyebab Yuda meninggal adalah tenggelam di kolam renang karena kram perut ketika kolam penuh dan tidak ketahuan.
"Hanya Mama yang sangat kehilangan dan menyesal tidak bisa mencegah keinginan Yuda, Mama butuh orang lain buat disalahkan, dan paling gampang, nyalahin kamu, Kim," lalu Kak Maya hanya menepuk bahunya dan kembali masuk ke rumah untuk menenangkan Tante Nuk.
---