Esok harinya Kimaya sudah melupakan taruhan kemarin di japok. Hari-hari berlalu seperti biasa. Dia memnag tidak pernah bertemu dengan Adian, cowok tampan yang dijadikan taruhan. Jadi mudah saja bagi Kimaya untuk tidak ingat apapun pada taruhan tersebut.
"Hey, Kim, ke kantin yuk, aku lihat Adian menuju ke sana," sahut Vanah yang ikut menciptakan taruhan.
"Adian?"
"Iya, cowok yang harus jadian sama kamu sebelum kita lulus! Supaya kamu menang taruhan!" Vanah ternyata lebih bersemangat.
"Oh, itu."
"Kamu ini imana, sudah nyiapin duit satu juta buat kalah, ya? Kok nggak ada usaha dan strategi sama sekali?" Vanah semakin gemas. Kemudian dia meninggalkan Kimaya yang masih tercenung.
Kimaya lebih siap mencari strategi mengumpulkan duit sejuta daripada menang taruhan untuk menarik perhatian Adian, cowok populer di sekolah. Dia yakin pasti kalah dengan kondisi wajah, tubuh dan prestasinya yang biasa saja.
Di lain tempat, Nishi berdebar karena merasa tidak enak beberapa hari terakhir. Dia tidak sengaja membocorkan pertaruhan Kimaya dan Adian di pertemuan klub fotografi selanjutnya.
Waktu itu Adian sedang dikerjain teman-teman cowok di klub karena hanya dia yang belum dapat cewek ataupun PDKT sama seseorang. Sama sekali belum padahal mereka sudah kelas dua SMA. Waktu berlalu dengan cepat, bro, kata cowok-cowok itu.