"Adian sih lebih sering dikejar cewek, jadi dia udah capek berlari, hahaha," kata salah satu cowok itu.
"Taruhan dah, sebelum semester ini berakhir, Adian sudah dapat pacar!" kata Nishi nyeletuk karena risih dengan godaan teman-teman cowoknya pada Adian. Walau Adian hanya senyum-senyum saja.
Semua terbahak dan setuju dengan pendapat Nishi. Namun, ketika Nishi sendirian, Adian mendekatinya dan mempertanyakan taruhan itu. Katanya karena Nishi terlihat begitu yakin.
"Kamu mau jodohin aku sama sepupumu?" tanya Adian dingin. Nishi kelabakan.
"Enggak jodohin, aku juga nggak ada sepupu cewek. Cuma ...," karena panik, Nishi salah memilih kata, lalu dia memilih berhenti.
"Cuma, apa?"
"Nggak papa, Adi," suara Nichi menjadi mencicit. Adian semakin curiga. Dia lalu mendesak lagi.
"Emm, ini baru musim taruhan. Salah satunya kamu dijadikan taruhan," suara Nishi bergetar. Semoga aku tidak mengkhianati Kimaya, batinnya. "Aku dan temanku bertaruh kamu akan suka sama Kimaya, teman sekelasku. Itu aja sih, kamu nggak rugi apa-apa."
"Kimaya?"
Nah, kan, batin Nishi. Adian tidak tahu Kimaya siapa. Eh, tapi Kimaya juga belum tahu Adian yang mana. Akan seru pertaruhan ini.
"Tapi kamu jangan menunjukkan kalau tahu tentang pertaruhan Kimaya, ya?" Nishi merengek. Dia merasa bersalah pada keduanya, Kimaya dan Adian. Pertaruhan ini sudah tidak murni lagi. Salah satu pihak sudah tahu.