Mohon tunggu...
R.A. Vita Astuti
R.A. Vita Astuti Mohon Tunggu... Dosen - IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

Edukator dan penulis #uajy

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Perempuan dalam "High Society"

2 Juli 2022   23:39 Diperbarui: 2 Juli 2022   23:40 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oh Soo-Yeon, sumber: Netflix

Perempuan dalam Film

Film Korea yang mulai tayang tahun 2018 ini bergenre drama tentang cinta segitiga. Oh Soo-Yeon seorang kurator lukisan adalah istri Jang Tae-Joon, dosen yang ambisius untuk berpolitik. Orang ketiganya adalah Shin Ji-Ho, seorang seniman, dancer dan pelukis. Cakep ini ... hihi.

Soo-Yeon menjadi tokoh utama perempuan. Scene awal dibuka seperti dalam foto ilustrasi di atas. Dibuka oleh Soo-Yeon yang berlari pagi di taman yang sepi. Adegan ini sangat simbolis menunjukkan Soo-Yeon yang percaya diri, tetap berlari - dengan kecepatan stabil dan stamina yang bagus, menandai kualitas fisik, psikologis dan hidupnya yang baik.

Lalu bagaimana posisi para perempuan di film ini walau ada bumbu cinta segitiga?

1. Saling bersaing

Soo-Yeon adalah seorang kurator sebuah galeri besar. Karirnya sudah sampai pada wakil direktur dan berambisi menjadi direkturnya. Direktur incumbent juga perempuan yang sudah mencium ambisi Soo-Yeon. Mereka tidak akur dan saling berebut kekuasaan.

Sebagai kurator, Soo-Yeon berkawan dengan para pembeli kaya. Dalam film ini, para perempuan adalah pembelinya, walau duitnya dari para suami. Persaingan antar pembeli menjadi keuntungan buat Soo-Yeon untuk mendapatkan profit. Siapa yang mendekatinya atau siapa yang bisa dia dekati adalah pembeli yang memberi keuntungan terbesar bagi Soo-Yeon.

Persaingan tidak sehat berujung pada saling mengancam. Min Hyun-A musuh bebuyutan Soo-Yeon di galeri memakai video perselingkuhan Soo-Yeon dengan Ji-Ho untuk menjebak Soo-Yeon. Lee Hwa-Ran direktur yang tidak mau digantikan juga memakai foto-foto Soo-Yeon dengan pimpinan sebagai jebakan demi keuntungan pribadi. 

2. Siap berkorban

Di scene awal Soo-Yeon sudah menunjukkan kalau menunda punya anak. Kondisi tubuhnya cukup sehat dan siap hamil. Dokternya pun mengingatkan dia bisa menopause di usia 37 yang langsung dibantah oleh Soo-Yeon.

Takdirnya sebagai perempuan yang bisa hamil dan mempunyai anak di perkawinannya diputuskan ditunda karena kesibukan pekerjaannya. Punya anak pun tidak dianggap penting.

Mungkin dia tidak merasa berkorban, namun memutuskan untuk menunda kehamilan padahal mampu bisa dianggap mengorbankan kesempatan untuk mempergunakan hak dan kemampuannya.

Pengorbanan yang sangat disadari oleh Soo-Yeon supaya bisa mencapai tujuannya adalah harga dirinya. Dia mau diperbudak oleh Ji-Ho si seniman supaya pria itu mau menjadi tamu event galerinya. Dia juga menurut apapun yang diinginkan Han Yong-Seok, pimpinan utama pemilik galeri, supaya diangkat menjadi direktur.

3. Punya Kuasa

Tokoh perempuan kuat di film ini tidak hanya Soo-Yeon tapi ada juga jaksa perempuan, Cho Yeong-Seon. Keduanya berhadapan ketika Soo-Yeon dituduh melakukan pencucian uang dengan membeli lukisan di sebuah lelang di Paris.

Yeong-Seon terkenal sebagai jaksa yang gila kerja dan ambisius. Persis sama dengan Soo-Yeon!

4. Harus Setara

Beberapa adegan menunjukkan bahwa Soo-Yeon ingin selalu setara dengan laki-laki, terutama suaminya, Tae-Joon. Satu contoh, Tae-Joon punya ambisi untuk menjadi kandidat partai, dan Soo-Yeon merasa berhak punya ambisi menjadi direktur galeri juga. Dengan cara yang sama, yaitu menghalalkan segala cara.

Ketika Tae-Joon merokok, Soo-Yeon juga minta sebatang rokok dan mereka merokok bersama. Adegan ini sangat simbolis. Rokok adalah penanda maskulinitas. Soo-Yeon sebagai perempuan ingin diakui maskulinitasnya.

Sebagai suami istri mereka saling mendukung, tapi bila bicara hak, Soo-Yeon terlihat memaksa mendapatkan kesempatan yang setara.

5. Kemiripan

Perempuan terkenal lain juga disebutkan dalam film ini. Contohnya Hillary Clinton. Tindakan Soo-Yeon pada Tae-Joon, suaminya, dianggap seperti yang dilakukan Hillary pada Clinton.

Film ini terdiri dari orang-orang yang putus asa, terjebak dan tidak punya pilihan karena tidak mau memilih menjadi orang baik yang tersingkir dan tidak punya kuasa. Di saat seperti itu, perempuan dan laki-laki memilih tindakan yang sama. Secara insting, mereka melakukan hal yang sama.

+++

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun