Saya akhirnya menonton "Business Proposal" (2022) setelah mahasiswa saya memakai serial drama Korea ini sebagai materi penelitiannya. Tadinya sama sekali tidak tertarik karena aktornya tidak saya kenal dan wajahnya bukan type saya haha. Namun, karena hanya 12 episode, saya tonton sampai habis.
Lalu salah satu adegan dengan kutipan dialog yang menggelitik saya posting di whatsapp status. Ada komentar dari teman yang juga penonton drakor, "Ceritanya klise." Waktu itu saya baru menonton episode awal. Belum bisa menilai.
Saya tetap melanjutkan menonton karena ceritanya bikin penasaran. Tapi saya setuju kalau klise banget alurnya. Lalu saya temukan ternyata drakor ini genrenya romantic comedy, romcom. Ya jelas klise banget, ringan dan buat lucu-lucuan saja.
Namun, ratingnya sangat bagus, bahkan menempati Top Three bahkan bertengger di Top 10 cukup lama di Netflix. Mungkin penonton, tidak hanya di Indonesia tapi juga terjadi di Hong Kong, suka cerita yang ringan.
Ada yang baru di "Business Proposal"
1. memasukkan tontonan drama lain sebagai salah satu adegan
2. food researcher bisa menjadi profesi yahud > ini luar biasa, melibatkan sesuatu yang ilmiah, yaitu riset
3. kayaknya itu saja wkwk ...
Yang klise banyak:
1. Cowok kaya jatuh cinta pada cewek miskin
2. Cewek susah cari jodoh
3. Cowok anak yatim piatu diasuh oleh kakek kaya
4. Blind dates
5. Orang tua cewek punya rumah makan fried chicken
6. Pakai tipu-tipuan yang menggemaskan
7. Friendzone
Yang saya suka adalah akting banyak peran di sini. Aktor-aktornya adorable. Mr Gye yang sangat dramatis. Fashion ketika blind dates dan persaingan sepupu yang sangat bisa dinikmati. Banyak juga kejadian yang sangat logis, misalnya memaafkan itu gampang.
Dialog-dialognya juga masuk akal. Misal, bagaimana bisa seorang karyawan bisa membuat CEOnya jatuh cinta? Lalu nilai-nilai perusahaan juga penting, tentang memberi Award bagi karyawan yang berprestasi. Ada juga lomba antar tim dan divisi. Salah satu contoh budaya organisasi yang baik.
Hal-hal itu yang membuat saya bertahan menonton sampai akhir. Walau endingnya tidak seperti yang saya harapkan, kurang greget. Lagian saya sangat paham kalau bikin ending memang susah, saya sering mengalami sendiri setiap kali saya menulis. Entah wagu atau terlalu cepat penyelesaiannya.