3. Supper atau makan malam kedua bersama saudara
Mi-jeong diceritakan tinggal jauh dari Seoul, yaitu di desa Sanpo yang tidak semua orang Seoul mengerti. Dia harus naik bis untuk ke stasiun. Lalu naik kereta api atau MRT untuk sampai ke kantornya. Sampai di rumah selalu malam. Bersama kedua saudaranya yang sama-sama bekerja di Seoul, biasanya mereka berkumpul untuk pulang bareng.
Kumpulnya itu sambil makan-makan lagi. Menunggu bertiga berkumpul sambil makan. Adegan pertama di sini mengungkap kejenuhan saudara-saudara Mi-jeong karena tidak punya pasangan, atau gagal, dan hidup mereka terasa membosankan.
4. Makan siang di perkebunan
Sanpo adalah pedesaan di area pegunungan yang sangat subur. Ketika tidak bekerja di kantor, Mi-jeong membantu orang tuanya memanen hasil kebun. Dalam episode pertama ini, daun bawang yang dipanen. Menarik dan indah pemandangannya. Termasukcara 'rolasan' kalau orang Jawa bilang, yaitu makan siang, entah jam berapa kalau di serial ini. Me-jeong bersama kedua orang tuanya dan saudara laki-lakinya dengan enak makan di tengah-tengah kebun daun bawang yang belum selesai dipanen.
Makna penting pada adegan makan ini adalah pertama kali serial ini memperkenalkan keberadaan Mr Gu, orang asing yang membantu orang tua Mi-jeong serabutan, memanen hasil kebun dan bekerja di pabrik kitchen kabinet.
5. Makan malam di depan rumah
"My Liberation Notes" memakai setting waktu musim panas. Hawa digambarkan selalu sangat lembab dan orang-orang mengeluh berkeringat dan tidak nyaman. Jadi wajar ketika malam hari makan bersama dan hari masih terang, keluarga Mi-jeong bersama Mr Gu makan bersama di luar rumah.Â
Di adegan ini, kakak laki-laki Mi-jeong sangat ketakutan ingin minta ijin beli mobil pada ayahnya. Percakapan mereka selalu hening dan menurut saya suasana ini membuat kita menikmati proses makan. Tapi dilanggar oleh kakak Mi-jeong. Hasilnya bisa ditebak, berantakan.
Menonton "My Liberation Notes" membuat arti penting makan semakin nyata.
+