Mohon tunggu...
R.A. Vita Astuti
R.A. Vita Astuti Mohon Tunggu... Dosen - IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

Edukator dan penulis #uajy

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Memori

11 Mei 2022   21:24 Diperbarui: 16 Mei 2022   00:30 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Balik, Os," suara Lea terdengar serak. Wajahnya tidak beralih dari jendela kaca. Osa bisa melihat pantulan wajah Lea dan matanya yang terpejam. 

Osa menyentuh tangan Lea, kemudian terdengar cewek itu menghela napas cukup panjang. 

"Baik," jawab Osa pendek, suaranya ikutan serak. 

Mobil diarahkan kembali ke hotel tempat Lea menginap. Di perjalanan keduanya diam, Osa tidak berani mengatakan apapun karena takut Lea menangis lagi. Dia lihat sekilas barusan sudah tidak ada air mata mengalir. 

Lea memilih diam. Dia menikmati suara kendaraan di jalanan, menikmati sepinya di dalam mobil tanpa suaranya dan suara Osa. Entah kenapa dia mulai merasa nyaman dengan suasana ini. Bahwa akhirnya Osa setuju membawanya kembali ke hotel membuat hatinya hangat. 

Diamnya Osa tidak terasa aneh, malah bikin dia tenang. Matanya tetap terpejam.

Sampai di parkir hotel, Osa tetap tidak beranjak. Dia hanya mematikan mesin mobil. Dia tunggu Lea untuk bereaksi.

"Os," Lea masih serak. Kemudian dia berdehem, dia ingin ngomong lebih banyak. Dia merasa Osa siap mendengarkan apapun.

"Bagaimana kalau aku balik Jakarta besok?" perlahan Lea menoleh ke arah Osa. Sebenarnya dia tidak ingin mendapati reaksi Osa yang negatif. Perasaannya masih belum stabil. Tapi Osa penting, salah satu orang terpenting di hidupnya.

Dia lihat genggaman tangan Osa di setir menegang. Buku-buku jarinya terlihat jelas menggenggam erat, emosi yang tertahan. Wajahnya masih netral dan mau memandang balik ke Lea.

"Aku antar?" Osa menjawab singkat. Lea terkejut, bukan ini yang dia harapkan. Tapi Lea memutuskan untuk mengangguk saja. Dia sudah lelah untuk berdebat dan mengingatkan Osa pada tanggung jawabnya pada syuting penting ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun