3. TEKSTUR
Kata ini sempat terlupakan di memori saya, sebelumnya selalu terngiang kata 'kontur' yang jelas tidak cocok.Â
Kalau kita sedang sakit, kadang kita disuguhi sup atau bubur. Keduanya mempunyai tekstur yang berbeda, cair, kuah dan lembut.Â
Masing-masing dari kita mempunyai tekstur favorit. Misalnya yang suka mie ayam, sangat menikmati seruputan mie dan kuahnya. Atau yang suka daging sapi akan berbeda rasa makannya dengan daging ayam ataupun ikan.
Bahkan menu sarapan pun bisa berbeda. Ada yang suka makan roti oles, toast atau roti bakar, atau cereal dengan susu. Ada teman yang sarapan hanya dengan kopi dan satu pisang. Semuanya teksturnya beda.
4. SUASANA
Banyak resto-resto yang menjual suasana. Ada yang vintage untuk mempersembahkan makanan elegan. Atau warna merah dan kuning cerah untuk menawarkan fast food yang ceria.Â
Apalagi yang ingin candle light dinner, suasana romantis harus diperhitungkan. Menu makanan menjadi pilihan utama yang mendukung suasana tersebut. Dengan suasana yang tepat, rasa semakin nikmat.
Termasuk suasana hati kita sebagai orang yang akan mengonsumsi. Suasana senang akan membuat makanan apapun menjadi enak. Kalau sedang sedih dan marah, nafsunya habis ke perasaan negatif tersebut.
5. SENSASI
Faktor ini mirip-mirip dengan tekstur tapi perbedaannya di cara penyajian makanan. Misal, kita yang suka sate akan lebih nikmat kalau daging ayam atau kambingnya masih ditusuk bambu. Bahkan saking sukanya model sate, buah-buahan pun ditusuk.