Mohon tunggu...
R.A. Vita Astuti
R.A. Vita Astuti Mohon Tunggu... Dosen - IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

Edukator dan penulis #uajy

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Last Resort

18 Januari 2022   23:09 Diperbarui: 20 Januari 2022   16:03 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Iko sengaja membelakangi pintu masuk ke cafe hotel itu. Entah kenapa, dia sendiri tidak tahu alasannya. Tapi dia merasa nyaman dengan menghadap ke jendela besar yang mengarah ke perbukitan Bogor yang sudah gelap dan hanya diliputi sinar-sinar lampu jalan yang berkedip-kedip di kejauhan.

Namun, kaca besar yang menggelap itu tidak bisa menutupi bayangan Arimbi yang mendekat. Wajahnya tersenyum mengenali sosok punggung Iko walau dari belakang. Tangan Arimbi melayang ringan menepuk pundaknya.

"Tumben kamu menyusul ke sini tanpa aku minta. Biasanya sampai aku pusing cari cara membujukmu dan mencari pancingan menu resto yang kamu suka. Jujurly, aku nggak ketemu sesuatu yang menarik di sini. So, what's up?"

Berondongan kalimat Arimbi membuatnya sadar bahwa hubungan mereka sudah sedekat ini. Bahkan cewek itu mengingatkan akan kebutuhannya supaya Iko menemaninya kalau ada tugas keluar kota. Secercah harapan muncul di hatinya. Hangat.

"Deadline-ku sudah tiba, Rim," suara Iko ditahan supaya tidak seperti mengeluh tapi memang itu tujuannya ke sini.
"Deadline?"
"Deadline dari ayahku."
"Oh, itu ...," suara Arimbi terdengar mengambang ragu. "Lalu kenapa ke sini?"
"Maukah kamu menikah denganku, menjadi istriku, Arimbi?"

Keheningan yang aneh muncul selama beberapa detik. Suara Iko meninggalkan aura dingin dan menusuk tapi ada kehangatan di sekitar yang ragu-ragu masuk.

"Semua calon ibumu gagal?" Iko tidak menduga Arimbi membalas dengan ketenangan sempurna seperti di telpon tadi. Iko hanya bisa mengangguk, tenggorokannya terasa sangat kering.

"Jadi aku your last resort?"

"Rimbi, kamu sebenarnya yang paling tepat untuk menjadi partnerku di Octantis. Hanya saja selama ini kita berteman dan berpartner dalam tim. Aku susah untuk mengajak kamu kencan selain kerja lembur menyelesaikan proyek. Tidak, you're not my last resort. You're my first priority, hanya saja alasan itu tadi ..."

"Oke, kalau orang tua kamu setuju."
"Rimbi, kamu jangan main-main dong. Dipikir betulan."
"Aku single, kita nggak punya masalah, kamu butuh bantuanku dan aku yang paling tepat, so what?"
"Jadi kamu mau kalau selamanya kerja lembur bareng aku?"

Arimbi menjawab dengan tertawa renyah yang sudah dirindukan Iko beberapa hari ini. Tangannya terentang yang memancing cowok itu untuk memeluknya dengan hangat. Mereka sudah sering berpelukan sebagai sahabat, saat ini masih sama, hanya saja mereka akan bersahabat selamanya, berdua saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun