Maaf, tulisan saya yang Episode 1 (baca klik saja) ternyata keblabasan. Emily menikmati St Tropez di episode ini. Ini salahnya serial pendek Emily, hanya 25-30 menit doang. Jadi saya nggak sadar kalau sudah ganti episode.
Jadi, episode 2 ini didominasi keindahan St. Tropez dan keglamouran fashion Emily, Mindy dan Camille. Mata kita dihibur dengan warna-warna cerah dan arsitektur kota pinggir pantai.
Season 2 Episode 2: Do you know the way to St. Tropez?
Selain keindahan warna dan lokasi, episode ini mulai mengambil konflik di dunia fashion dan media sosial. Satu stereotip orang Perancis juga diangkat, yaitu tentang weekend adalah liburan, tabu untuk bekerja.
Ingat, Emily adalah representasi orang Amerika yang ada di Perancis. Dia melawan hal tabu tersebut. Kapanpun harus bekerja, dia tetap melakukannya walaupun di lokasi liburan dan waktu weekend.Â
Wajar saja sih ketika Emily masih mengurusi pekerjaan. Karena dia melakukan kesalahan fatal dengan melibatkan musuh fashion kliennya. Karena dia tidak tahu medan dan konteks Paris, Emily memberi peluang pesaing kliennya untuk menginjak-injak produk yang dikiranya akan menyukseskan produk iklan terbarunya.
Kesalahan fatal di media sosial harus segera diselesaikan dengan kecepatan dan ketepatan. Media sosial tidak mengenal libur dan weekend. Apalagi Instagram yang hanya memberi peluang 24 jam untuk posting story dan meresponnya.Â
Sekali terlewat, pupus sudah apa pun misi kita.
Emily terlalu polos sebagai agen marketing. Dia seperti tidak tahu politik di dunia iklan. Orang bisa bicara apa saja dan semua harus dicekricek kalau mau aman.
Gregory Elliot Dupree, pesaing Pierre (klien Emily), memakai kata-kata, "It's divine" yang dianggap Emily sebagai respon positif, kekaguman. Lantas kata Dupree selanjutnya, "Pierre will die" tertutup oleh antusiasme dan pesona Dupree.Â