Mohon tunggu...
R.A. Vita Astuti
R.A. Vita Astuti Mohon Tunggu... Dosen - IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

Edukator dan penulis #uajy

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Psikoanalisis dalam "Colombiana" (2011)

26 September 2021   10:20 Diperbarui: 26 September 2021   10:36 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cataleya Kecil, foto imdb.com

Dengan adanya layanan nonton film streaming legal berbayar, kita bisa memilih film apapun yang tersedia. Ada banyak alasan mengapa kita memilih film tertentu, bisa karena rekomendasi teman atau situs tersebut, genre, baru trend ataupun karena tidak sengaja. Saya memilih Colombiana karena ada Zoe Saldana yang saya kenal pertama di film Mission Impossible III (2006) dan pertemuan kedua di manusia biru Avatar (2009).

Foto di atas bukan Zoe kecil, tapi peran Zoe sebagai Cataleya Kecil di Colombiana. Ini juga menarik. Pertemuan saya dengan Cataleya Kecil yaitu Amandla Stenberg di film The Hate U Give (2018) memang bolak balik ini urutan saya menonton film. Menarik yang kedua, Colombiana merupakan film awal dari Amandla.

Sebenarnya saya bingung mau menganalisis apa dari film ini. Menurut saya, film ini menarik saja untuk ditonton. Sangat menghibur dengan wajah eksotis Cataleya Kecil dan Dewasa. Kekejian dari film ini juga cukup memuaskan. Kalau kita punya dendam, sangat terhibur dengan keputusan-keputusan Cataleya. 

Adegan awal paling nge-twist adalah ketika Cataleya Kecil menusukkan pisau kepada orang yang membunuh kedua orang tuanya. Keputusan itu sangat tidak terduga. Di awal Cataleya digambarkan sebagai anak yang penurut dan pendiam. Dia terpaku melihat kedua orang tuanya tertembak di depan matanya. Tapi kalau direfleksikan, ayahnya sudah mempersiapkan hidup Cataleya sebagai anak anggota mafia.

Cataleya Dewasa, foto imdb.com
Cataleya Dewasa, foto imdb.com

Psikoanalisis

Saya coba cari ide di google scholar. Ternyata film Colombiana ini sudah banyak dianalisis, kecenderungannya memakai psikoanalisis. Tokoh Cataleya memang menarik kejiwaannya untuk diteliti. Inti pesan film ini adalah 'revenge' atau balas dendam. Bahkan dalam salah satu posternya bertuliskan 'Revenge is beautiful.'

Berikut saya paparkan rangkuman analisis psikologi dari film Colombiana. Ada berbagai sudut psikoanalisis yang dipakai, termasuk teori Freud. 

1. Risa Wardani (2013) mengangkat analisis dengan pendekatan psikologi individualnya Alfred Alder. Tiga elemen yang diangkat adalah superioritas, kreativitas dan inferioritas. 

Dari olahan tiga konsep ini bisa dipahami kalau Cataleya awalnya merasa inferior karena dia anak kecil dan kedua orang tuanya sudah tidak ada untuk melindunginya. Namun karena kreativitasnya, dia bisa menguasai bagaimana bisa membunuh dengan rapi dan terorganisir, bahkan rekornya sudah mencapai 23 pembunuhan. Akhirnya dia menjadi superior dan mencapai tujuan balas dendamnya.

2. Dewi Yuliastuti (2013) memakai teori psikoanalisis milik Sigmund Freud. Tiga konsep yang dipakai id, ego dan superego. 

Cataleya ditunjukkan mempunyai konflik pada id dan superegonya. Lalu akhirnya egonya menurut pada superego. Lalu id-nya berkuasa atas egonya.

3. Khairun Nisa (2017) melihat dari sisi lain, simbol nama Cataleya. 

Nama tersebut adalah nama bunga anggrek asli dari Columbia. Memakai teori semiotika Roland Barthes, bunga anggrek ini ditemukan sebagai simbol identitas Cataleya. Dari awal memang ayah Cataleya menyebutkan bahwa namanyad diambil dari nama anggrek yang cantik. Kemudian anggrek ini berkembang tidak hanya berhenti pada nama, tapi juga ilustrasi sebagai simbol pembunuh. Cataleya selalu meninggalkan gambar anggrek ini di tubuh orang yang dibunuhnya, sebagai tanda dan petanda. Selain sebagai identitas pembunuh, gambar anggrek juga sebagai pesan pada pembunuh orang tuanya bahwa dia masih hidup.

Rating film ini di IMDb hanya 6.4/10 mungkin karena bicara tentang lokal, budaya Columbia. Berlawanan dengan genre dan pakem Hollywood, Colombiana adalah film Eropa yang mengangkat trauma dan dampak dari mafia. 

Padahal menurut saya, sinematografinya bagus. Akting dan plot twist yang tak terduga. Adegan di kipas angin, penjara dan kolam hiu sangat fantastik. Detilnya pun wajar. Bangunan cerita cukup normal ketika kesalahan dilakukan karena adanya cinta yang membebaskan. Gegara pacar Cataleya memotretnya, semua yang diatur rapi dan terorganisir oleh Cataleya pun lenyap. Di situlah keramaian film ini dimulai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun