Semester 6 untuk mahasiswa strata 1 memang waktu yang menentukan, mau ambil paket atau mengulang? Mau ngejar cumlaude atau IPK bagus? Semua karena semester 6 adalah semester terakhir untuk teori dan mata kuliah di kelas. Selanjutnya KKN, magang atau skripsi.
Supaya bisa membimbing angkatan 2018 dengan baik, saya mengadakan polling di Instagram saya (followers sekitar 1,5K lumayanlah) untuk melihat kenyataan di dunia kerja. Kebetulan followers saya sudah banyak yang kerja, bahkan jadi bos atau branch manager.
Hasilnya bisa dilihat di foto di atas. IPK tinggi lebih penting daripada cumlaude. Apalagi syarat cumlaude cukup banyak, misalnya minimal IPK 3,51 dan nilai terendah B serta maksimal ditempuh selama 9 semester.Â
Ada kasus mahasiswa yang IPK 3,7 tapi ada nilai B-. Saya harus membantu memutuskan apakah nilai tersebut diulang atau maju terus. Pertanyaan saya ke dia hanya satu, mau cumlaude atau IPK tinggi? Skenarionya dan strateginya bisa beda.
Yang menarik, banyak teman yang japri karena mereka protes dengan hanya dua pilihan tersebut. Nama saya samarkan.
1. Tidak dua-duanya
Satu teman di Twitter (karena saya bikin polling juga di akun saya di sana) namanya Ian mengatakan tidak pilih dua-duanya. Alasannya tidak pengaruh buat dia. Mungkin dia IPKnya tidak tinggi hihi.Â
Lalu teman lain lagi, Brian, tidak pilih keduanya karena, "Yang rasional di dunia nyata hanya dua: IPK Bagus atau Punya Skill." Buat dia, kalau Cumlaude logikanya IPK pasti bagus. Tandingannya adalah punya skill atau tidak, katanya.
Satu mahasiswa bilang tidak dua-duanya, waktu saya bilang, kan belum kerja, ternyata dia ngaku saya sudah kerja bahkan sebelum kuliah. Cerita dia luar biasa.
Namanya Brio, masih mahasiswa, makanya dia bilang begitu. Walau sebenarnya dia punya tips yang luar biasa, nanti di subjudul yang berbeda akan saya rangkum.