"Dance like nobody's dancing!"
Menarilah seperti tidak ada orang lain yang menari lebih baik dari kita. Kita menjadi penari terhebat karena tidak ada yang lain. Ciptakan gerakan sendiri sesuai emosi dan kelenturan tangan dan kaki kita. Bahkan satu jari pun bisa mewakili tarian kita pada suatu musik.
Menarilah seperti Didik Nini Thowok!
Kebetulan beliau guru tari saya di SD sekitar tahun 1980an. Bahkan saya pernah tampil menjadi Nini Thowok di acara TVRI Jogja segmen Nusantara.Â
Waktu itu saya sempat menangis karena wajah saya tidak dikenal, dicat hitam sebagai Nini Thowok. Mas Didik menggabungkan tarian tradisional dan modern. Kepopulerannya karena unik dengan humor dan menciptakan musik khusus tariannya yang lemah gemulai, dan lucu.Â
Menarilah seperti Eko Pece (Eko Supriyanto)!
Mas Eko menjadi koreografer level internasional. Pernah menjadi penata tari konser Madonna dan pertunjukan di Broadway! Ini mungkin cita-cita saya dulu.Â
Menjadi penari dan bisa keliling dunia. Mas Eko menjadi contoh bahwa tari adalah bahasa universal. Orang Indonesia pun bisa menjadi koreografer pertunjukan artis Amerika.
Walaupun penari akhirnya bukan profesi saya, saya cukup puas sudah terlibat banyak membantu koreografi di drama musikal Mary Poppins di waktu kuliah dan penari di pertunjukan Mas Landung dan Mas Jujuk Prabowo (dan mas Whan Dharmawan) di drama Emaus.Â
Selain itu di rumah, saya bergabung dengan teman-teman sekampung membuat Sanggar Sacramento yang mementaskan berbagai drama musikal: Ande-Ande Lumut (bahkan pernah pentas lintas kabupaten) dan drama Natal. Waktu itu saya merasa sangat sehat dan langsing.
Ya, menari itu membahagiakan, membantu melepaskan segala kepenatan hidup dan kita mendapat bonus sehat!
Selamat Hari Tari Sedunia! Menarilah selagi bisa! Jangan lupa bahagia? No, tidak itu saja. Jangan lupa menari karena kita tak akan lupa bahagia!+++
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H