Mohon tunggu...
R.A. Vita Astuti
R.A. Vita Astuti Mohon Tunggu... Dosen - IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

Edukator dan penulis #uajy

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sumpah Pemuda, Mau Dibawa ke Mana Pemuda Kita?

28 Oktober 2019   12:13 Diperbarui: 27 Oktober 2020   21:41 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Momen 28 Oktober sangat tepat sebagai refleksi yang berhubungan dengan 'pemuda'. Selain semangat nasionalisme, Sumpah Pemuda juga mengingatkan kita akan keberadaan pemuda yang berkonstribusi terhadap kemerdekaan Indonesia. Mereka menduduki peran penting dalam keberlangsungan bangsa: rasa memiliki tanah air, bangsa dan bahasa. 

Pentingnya peran mereka membuat penting juga proses mereka berperan sekarang ini, menjadi tanggung jawab seluruh warga negara. Bidang terdekat adalah yang mengarahkan mereka berkembang sebagai generasi harapan bangsa, yaitu bidang pendidikan.

Saya menemukan kutipan yang disampaikan oleh Jack Ma, sangat cocok dengan suasana Sumpah Pemuda ini:

Sumber: Twitter @rezoomo_com
Sumber: Twitter @rezoomo_com
Dalam kutipan tersebut: "They will change the world" - adalah pesan bahwa generasi mudalah yang akan menguasai dunia. Akan kita bawa ke mana mereka? Kita bukan berperan sebagai suatu otoritas tapi memberi arahan dan didikan sehingga mereka mendapat pengetahuan, akhirnya mereka dibebaskan untuk memilih dengan dasar pengetahuan yang baik dan lengkap.

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana kita memberikan pendidikan yang tepat?

Kita harus mengenal anak didik dengan baik untuk menyampaikan sesuatu yang sesuai dan bisa diterima dengan baik. Para 'young people' kita adalah generasi digital. 

Kita ketahui mereka sudah sangat familiar dengan Google search dan internet. Mereka bisa belajar apapun dari segala sumber di internet. Tidak tergantung pada guru atau dosen di sekolah atau kampus. 

Lalu bagaimana peran pendidik di generasi ini? Apakah membiarkan diri tergantikan oleh internet? Atau bagaimana supaya tetap eksis di peran pendidikan dan tidak tergantikan oleh internet?

Sudah lama pemerintah memasukkan Pendidikan Karakter dalam setiap kurikulum sekolah dan pendidikan tinggi, dalam bentuk mata pelajaran ataupun kegiatan ekstrakurikuler. Menurut saya, poin pendidikan ini yang tidak akan pernah tergantikan oleh internet - bila dilakukan dengan relasi interpersonal.  

Saya senang sekali ketika menemukan kutipan Jack Ma (lagi) dari salah satu postingan teman di Facebook: "Do not teach our students something that machines can do it better; teach them humanity, empathy (characters), art and innovation."

Pendidikan Karakter bisa menjadi salah satu jawaban untuk kegelisahan pendidik yang merasa tergantikan oleh internet. Jadi selaras dengan kutipan dari Jack Ma, janganlah kita mengajar apa yang sudah diberikan di dunia maya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun