Mohon tunggu...
R.A. Vita Astuti
R.A. Vita Astuti Mohon Tunggu... Dosen - IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

Edukator dan penulis #uajy

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ada Malioboro di New Zealand?

16 September 2012   11:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:23 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang dibilang belum ke Australia kalau belum mengunjungi Sydney Opera House. Belum ke Inggris kalau belum ke Big Ben di London. Tak lengkap ke Medan kalau belum ke Danau Toba. Atau belum ke Jogja kalau belum ke Malioboro. Yang terakhir itu membuat saya bisa menulis pengalaman ini.

Ketika mengikuti konferensi di Victoria University di kota Wellington, New Zealand pada bulan Juli lalu, saya bertemu dengan orang Indonesia yang juga presentasi di situ. Begitu kami kenalan dan tahu saya asalnya dari Jogja, langsung teman baru saya nyeletuk, “Mbak Vita, harus ke Cuba Street. Itu Malioboro-nya New Zealand!” Jadi belum ke Malioboro-nya New Zealand kalau belum ke Cuba Street. Haha kesimpulan yang brilian!

[caption id="attachment_199316" align="aligncenter" width="225" caption="Mari kita ikuti pentunjuk ini, foto: v4vita"][/caption] Setelah menyelesaikan presentasi saya tentang ‘Women in the City’, saya bersiap mengelilingi kota Wellington dengan berbekal peta. Untung saya sudah beberapa kali membaca peta sehingga dengan mudah saya bisa mengenali jalan dan landmark kota ini. Tapi tetap saja saya terkaget-kaget dengan dekatnya semua lokasi di kota ini. Wellington ternyata kota kecil. Baru jalan sebentar saja saya sudah menemukan Cuba Street yang saya pikir jauh dari kampus tempat saya seminar.

[caption id="attachment_199317" align="aligncenter" width="300" caption="Mari memasuki Cuba Street, foto: v4vita"]

13477947971110702659
13477947971110702659
[/caption] Cuba Street ternyata sangat spesial. Tidak ada kendaraan yang boleh melewati trotoar merah dan lebar tersebut. Di mana-mana banyak peringatan: No dogs. No bikes. No skateboards. Semua jalan ya!

[caption id="attachment_199318" align="aligncenter" width="300" caption="Ingat peringatan tersebut, foto: v4vita"]

13477948461921444712
13477948461921444712
[/caption] Jalan sepanjang sekitar 1 km ini lengkap dengan toko-toko kecil dan rumah makan. Ada toko buku, beberapa toko souvenir dan resto berbagai menu makanan dari India, Asia dan Eropa. Namun tidak ada yang menjual di emperan toko atau di atas trotoar seperti di Jalan Malioboro. Lalu bagaimana teman saya bisa bilang Cuba Street seperti Malioboro ya? Kemudian mata saya berkeliling mencermati situasi sekitar. Akhirnya saya melihat beberapa pengamen di sepanjang jalan itu. Ini gara-garanya!

[caption id="attachment_199319" align="aligncenter" width="300" caption="Tuh, pengamen muda! Foto: v4vita"]

1347794937557693671
1347794937557693671
[/caption] Ada beberapa jenis pengamen. Banyak juga yang mengamen di bawah umur. Mestinya mereka bukan anak orang miskin karena peralatan musiknya canggih dan baju yang dipakai  cukup mengikuti fashion. Lalu saya ingat bulan Juli waktu itu adalah waktu liburan sekolah untuk siswa Primary School (SD) sampai Secondary College (SMP-SMA). Mereka pasti anak-anak yang mencoba cari duit di sela-sela liburan sekolah.

Sebenarnya pengamen yang menjadi salah satu ciri khas Malioboro ini ada di mana-mana.  Berikut hasil kumpulan beberapa foto koleksi saya tentang pengamen di Australia.

[caption id="attachment_199321" align="aligncenter" width="329" caption="Dengan didgeridoo di Vic Market, foto: v4vita"]

13477950561746448710
13477950561746448710
[/caption] Orang cari duit di jantung kota atau pun di keramaian seperti pasar-pasar tradisional: Victorian Market atau Dandenong Market yang hanya buka di hari-hari tertentu. [caption id="attachment_199323" align="aligncenter" width="220" caption="Di George Street, Sydney, foto: v4vita"]
1347795200669007803
1347795200669007803
[/caption] [caption id="attachment_199324" align="aligncenter" width="233" caption="Di Southbank, Melbourne, foto: v4vita"]
1347795270191071446
1347795270191071446
[/caption] [caption id="attachment_199325" align="aligncenter" width="266" caption="Kopi Dangdut di Dandenong Market, foto: v4vita"]
1347795317838399571
1347795317838399571
[/caption] Pengamen di Dandenong Market itu sempat mengejutkan saya. Waktu memasuki pasarnya saya disambut dengan musik bernada lagu Kopi Dangdut, lengkap dengan 'pipe flute'-nya. Jadi ingat kalau lagu itu adaptasi dari lagu negara lain. Maaf saya lupa dari mana. Harusnya saya langsung nanya pengamennya saat itu ya? Maaf lagi, saya terlena dengan musiknya. Hihi. Cara cari duitnya bermacam-macam juga, salah satunya ‘street artist’ atau seniman jalanan yang menyamar jadi patung semen ini. Saya sudah melihatnya sejak tahun 2001 waktu pertama kali saya mengunjungi Australia. Dia masih bertahan sampai sekarang. [caption id="attachment_199326" align="aligncenter" width="308" caption="Patung atau manusia? Foto: v4vita"]
1347795381184911772
1347795381184911772
[/caption] Apakah Anda bisa membedakan mana yang patung dan yang manusia betulan? Di foto berikutnya pasti Anda bisa mudah menebak.

[caption id="attachment_199328" align="aligncenter" width="308" caption="Tiga patung, satu manusia! Foto: v4vita"]

1347795584917399825
1347795584917399825
[/caption]

Sekarang, silakan menyimpulkan: apakah memang ada Malioboro di New Zealand?

Foto-foto: koleksi pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun