Mohon tunggu...
Lyra Vetra
Lyra Vetra Mohon Tunggu... -

Lahir tanggal 28 Maret 1995 di Yogyakarta. Ayahnya peneliti tenaga nuklir dan ibunya seorang guru. Keduanya mantan guru dan yang sekarang pengajar Biologi STTN.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sri Mulyani Hanya Pembantu! Jangan Copot!

29 Januari 2010   12:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:11 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_64080" align="alignleft" width="300" caption="Ibu Sri Mulyani Indrawati, mirip dengan ibu guru PKN SMP Immaculata Yogyakarta, yang bernama Bu Agnes Erni Setiyati"][/caption]

Masih berkaitan dengan aksi 28 Januari 2010 lalu. Saya sendiri sebenarnya mendukung aksi ini, aksi yang menuntut kegagalan program 100 hari KIB ini. Ribuan massa yang menggeruduk, yang datang dari berbagai elemen. Tidak hanya dari mahasiswa, tapi juga buruh, petani, dan nelayan.

Petisi 28 yang mengaku cukup puas, masih akan melanjutkan aksinya hingga SBY, Boediono, dan Sri Mulyani mengundurkan diri. Tetapi saya tidak sependapat dengan tuntutan pengunduran diri tokoh yang namanya di sini disebutkan terakhir, yaitu Sri Mulyani.

Saya memiliki opini tersendiri untuk tidak memberatkan Sri Mulyani. Yang malah mungkin opini saya ini memberatkan SBY.

Sebenarnya sederhana opini itu. Anda tahu kan, siapa itu menteri? Menteri adalah pembantu presiden. Menteri menjalankan tugas pembantuan, suatu tugas yang dipercayakan karena presiden memiliki banyak tugas lain untuk mengatur negara ini. Umpamakanlah kita seorang tamu, rakyat adalah tamu dalam sebuah rumah. Majikannyamenyuruh pembantu untuk menyajikan makanan pada tamu. Jika makanan itu enak, bersyukurlah majikan karena tamu senang. Sebaliknya, jika tidak enak, maka bisa terjadi majikan yang akan ‘dirasani’ oleh si tamu.

Sudah seharusnya majikan-lah yang menjadi penanggung jawab. Dalam dunia nyata, presiden-lah yang seharusnya menjadi penanggung jawab. Harus berani mengatakan ‘Saya bersalah.’ Sikap yang jantan ini mungkin akan menimbulkan pro-kontra lagi. Tetapi paling tidak, Presiden kita sudah menunjukkan keberanian menghadapi resiko sebagai seorang presiden. Katanya militer, kok tidak jantan?

Oh iya, tidak beralih dari judul artikel ini, saya ingatkan lagi bahwa menteri hanyalah pembantu presiden. Tidak sepantasnya seorang pembantu presiden yang bertanggung jawab atas Century…

Tanggung jawab, dikemanakan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun