Mohon tunggu...
LKPIndonesia
LKPIndonesia Mohon Tunggu... Human Resources - Peneliti

LKPI

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sang Pencundang

29 Juni 2024   23:34 Diperbarui: 29 Juni 2024   23:34 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

I


Di relung jiwa, terukir luka,
Jejak langkah yang penuh dusta.
Terpaku dalam bayang kelam,
Menyesali mimpi yang sirna.

Sang pecundang, terbelenggu ragu,
Memendam rasa, tak berani maju.
Terjebak dalam lingkaran kelabu,
Tak mampu bangkit dari pilu.

Terbayang indah masa silam,
Mimpi yang tinggi, semangat membara.
Kini sirna ditelan malam,
Tinggal keputus asaan yang menyiksa.

Sang pecundang, terlena dalam nestapa,
Menyalahkan takdir, mencaci diri.
Lupa bahwa masih ada harapan,
Untuk bangkit dan meraih mimpi.

Dengarlah bisikan di lubuk hati,
Yang selalu setia menemani.
Bangkitlah, hai sang pecundang,
Kuatkan tekad, kobarkan semangatmu.

Keluarlah dari zona nyaman,
Hadapi ketakutan, lawan keraguan.
Percayalah pada diri sendiri,
Kau mampu meraih kemenangan.

Jangan biarkan diri terpuruk,
Teruslah melangkah, pantang menyerah.
Buktikan bahwa kau bukan pecundang,
Tapi pemenang yang tangguh dan perkasa.

Bersinarlah terang di masa depan,
Ukirlah kisah inspiratif yang gemilang.
Tunjukkan pada dunia, bahwa kau mampu,
Menjadi yang terbaik, dan bersinar terang.

Jalan Kebenaran, 2024

II

Di batas bayangan keraguan, aku terpaku
Menatap mimpi yang kian pudar, bagai debu ditiup angin kaku
Terbelenggu rasa takut, melangkah pun terasa kelu
Sang pecundang dalam diri, merajalela tanpa malu

Langkahku terseret ragu, terperosok ke jurang kelam
Terjebak dalam lingkaran kegagalan, tak kunjung bangkit berdiri tegak
Suara cemooh menggema, bagai bisikan iblis yang terkutuk
Menjerumuskan aku ke jurang keputus asaan, tanpa henti, tanpa jeda

Jiwa yang rapuh, terluka oleh setiap luka
Hati yang hampa, diselimuti rasa pilu dan duka
Terjebak dalam narasi kebohongan, ciptaan sang pecundang yang gila
Menyakinkan diri bahwa aku tak berguna, takkan pernah melompat ke puncak cita-cita

Namun, di lubuk hati kecil, secercah harapan masih bersemi
Cahaya redup yang berbisik, "Bangkitlah, hai sang pecundang, masih ada mimpi yang menanti!"
Aku genggam erat secercah harapan itu, sebagai pelita di kala kelam
Bertekad untuk melawan sang pecundang, merebut kembali hidup yang terbuang hampa

Langkah demi langkah, aku mulai melangkah maju
Melawan rasa takut dan keraguan, yang selama ini membelenggu
Air mata penyesalan dan kekecewaan, aku jadikan kekuatan baru
Untuk bangkit dari keterpurukan, dan meraih mimpi yang kian redup

Aku tahu, perjalanan ini takkan mudah
Penuh rintangan dan godaan, yang siap mengantarku kembali ke jurang kelam
Namun, aku takkan gentar, aku takkan menyerah
Aku akan terus melangkah maju, demi masa depan yang cerah

Aku bukan pecundang, aku adalah pemenang
Telah mengalahkan rasa takut dan keraguan, yang selama ini membelenggu
Aku akan bangkit dari keterpurukan, dan meraih mimpi yang kian redup
Aku akan buktikan pada dunia, bahwa aku adalah pemenang yang sejati

Kelok S, 2024

III


Di relung jiwa yang kelam,
Bersemayam nestapa pilu nan kelam.
Akulah sang pecundang, terbelenggu dalam hampa,
Terjerat rasa takut, tak berani melangkah.

Mimpiku terkubur dalam pasir keraguan,
Semangat patah, terhempas badai kenyataan.
Langkahku terpaku, ragu melangkah ke depan,
Terjebak dalam bayang-bayang kegagalan.

Oh, bisakah aku bebas dari belenggu ini?
Melawan rasa takut, meraih mimpi yang tertunda?
Mungkinkah aku bangkit dari keterpurukan ini?
Menjadi pemenang, bukan lagi pecundang nestapa?

Aku ingin sekali merasakan mentari mentari kemenangan,
Merasakan kebahagiaan dari hasil jerih payahku.
Namun, rasa takut selalu menghantui, membelenggu langkahku,
Menjadikan aku sang pecundang yang selalu kalah.

Tapi, aku takkan menyerah, aku ingin mencoba lagi,
Sekali lagi, aku ingin bangkit dan melawan rasa takut ini.
Aku ingin menjadi pemenang, bukan lagi pecundang yang terhina,
Aku ingin meraih mimpiku, meskipun jalannya penuh rintangan.

Aku tahu, aku tak sendirian dalam perjalanan ini,
Ada banyak orang yang pernah merasakan hal yang sama.
Mereka bangkit dari keterpurukan, dan menjadi pemenang yang sejati,
Memberikan aku harapan untuk bangkit dan meraih mimpi.

Aku akan belajar dari mereka, dari kisah perjuangan mereka,
Meneladani semangat pantang menyerah dan kegigihan mereka.
Aku yakin, aku pun bisa menjadi pemenang, suatu saat nanti,
Dan meninggalkan julukan sang pecundang yang selama ini melekat pada diriku.

Aku akan terus melangkah, meskipun dengan langkah yang ragu,
Aku akan terus berjuang, meskipun dengan semangat yang sayu.
Aku yakin, pada akhirnya aku akan sampai pada tujuan,
Menjadi pemenang, dan meraih mimpiku yang tertunda.

Tanah Merah, 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun