Ketua RT dan RW, Bangunlah!
Di balik seragam dan jabatan,
Tersembunyi rasa takut dan keraguan.
Memilih diam saat kemungkaran terjadi,
Melindungi diri dari amarah dan konsekuensi.
Wahai Ketua RT dan RW,
Apakah kalian telah lupa tugasmu?
Menjaga keharmonisan dan keadilan,
Bukan bersekongkol dengan kebatilan.
Kemungkaran di depan mata,
Terlihat jelas bagai bulan purnama.
Namun kalian memilih untuk berpaling,
Membiarkan rakyat terbungkam dalam nestapa.
Apa gunanya jabatan yang kalian pegang,
Jika hanya menjadi pajangan semata?
Rakyat membutuhkan pemimpin yang berani,
Berpihak pada kebenaran tanpa rasa gentar.
Jangan biarkan rasa takut menguasaimu,
Bangkitlah dan tunjukkan keberanianmu.
Lindungi rakyatmu dari kemungkaran,
Dan jadilah pemimpin yang patut dihormati.
Ingatlah, sejarah akan mencatat namamu,
Sebagai pemimpin yang berani atau pengecut.
Pilihan ada di tanganmu,
Untuk menjadi pahlawan atau pengkhianat.
Diam Bagai Patung Batu
Di sudut desa, terbentang kisah pilu,
Kemungkaran merajalela, tak tersentuh malu.
Ketua RT dan RW, diam bagai patung batu,
Membiarkan rakyat tertindas, tanpa rasa malu.
Wahai, pemimpin yang terhormat,
Bukankah tugasmu menjaga rakyat?
Mengawal kebenaran, menegakkan keadilan?
Mengapa kau diam, saat kemungkaran di depan mata?
Suara rakyat dibungkam, hak dirampas,
Kezaliman merajalela, hati nurani terpasung.
Dimana nuranimu, wahai pemimpin?
Apakah kau buta, tuli, dan kehilangan rasa malu?
Bangunlah dari tidur lelapmu,
Lihatlah rakyatmu yang menjerit pilu.
Kobarkan semangatmu, tunjukkan keberanianmu,
Lawanlah kemungkaran, demi masa depan yang cerah.
Ingatlah, kau bukan raja, tapi pelayan rakyat,
Tugasmu melindungi, bukan menindas dan merampas hak.
Jangan biarkan sejarah kelam terulang kembali,
Bangkitlah, wahai pemimpin, tunjukkan jati dirimu!
Rakyatmu menanti, pemimpin yang berani,
Yang mampu menegakkan keadilan dan kebenaran.
Bersatu padulah, lawanlah kemungkaran ini,
Demi desa yang sejahtera dan penuh kedamaian.