Mohon tunggu...
Uzlifatul Jannah
Uzlifatul Jannah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa IAIN Jember

وَا للّٰهُ يَعْلَمُ وَاَ نْـتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ Allah knows and you don't (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 216)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pesan Ayah tentang Ridho dan Barokah Seorang Guru

29 Maret 2020   20:56 Diperbarui: 29 Maret 2020   21:05 1625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillahirrohmanirrohim..

Al-Allamah Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas Al-Maliki berkata: "kokohnya ilmu itu dengan mudzakaroh (mengulang-ulang), keberhakan ilmu itu dengan pengabdian, dan manfaat ilmu dengan menggapai ridho guru."

Kesukesan bukan semata-mata hanya karena seseorang pintar dalam semua mata pelajaran, kesusksesan bukan semata-mata hanya karena seseorang cerdas dalam menghadapin segala permasalahan di meja pembelajaran, tetapi kesuksesan itu bisa didapat dengan mengagungkan ilmu juga dengan  "ridho" dari seorang guru. Tanpa keduanya apalah arti kepintaran dan kecerdasan yang dimiliki seseorang. 

Dipembahasan kali ini akan lebih fokus membahas tentang barokah seorang guru yang hanya akan didapat jika kita mengagungkan seorang guru dan menghormatinya. Seperti yang telah dijelaskan dalam kitab Ta'lim Muta'alim fasal ke 4 bab mengagungkan ilmu dan ahli ilmu:

:

Termasuk arti mengagungkan ilmu, yaitu menghormati pada sang guru. Ali ra berkata: "Sayalah menjadi hamba sahaya orang yang telah mengajariku satu huruf. Terserah padanya, saya mau dijual, di merdekakan ataupun tetap menjadi hambanya."

: [ ]

Qodli Imam Fakhruddin Al-Arsyabandiy yang menjabat kepala para imam di Marwa lagi pula sangat di hormati sultan itu berkata : "Saya bisa menduduki derajat ini, hanyalah berkah saya menghormati guruku. Saya menjadi tukang masak makanan beliau, yaitu beliau Abi Yazid Ad-Dabbusiy, sedang kami tidak turut memakannya."

Dalam kitab ini jelasakan bahwa dari saking hormatnya Sayyidina Ali r.a kepada gurunya sampai beliau rela menjadi seorang hamba seseorang yang mengajarinya walau pun satu huruf, dan beliau memasrahkan dirinya kepada gurunya terserah akan dijual, dimerdekakan atau menjadi hambanya. Dan didalam bab ini juga dijelaskan cerita dari Qodri Imam Fakhruddin Al-Arsyabandiy yangmana beliau menjabat menjadi kepala para imam di Marwa serta sangat dihormati oleh sultan, beliau berkata bahwa beliau menduduki derajat yang mulia itu atas berkah beliau menghormati gurunya, yang mana dahulu beliau menjadi tukang masak makanan gurunya.

Ada sebuah kisah dari seorang ayah tentang "Ridho Dan Barokah Seorang Guru",  dahulu setelah beliau lulus dari pesantren Lirboyo dijawa tengah sana, beliau mengabdi di dalam satu pesantren yang ada di kotanya, kebutulan pesantren itu yang menjadi tempatnya menuntut ilmu dari kecil hingga di madrasah Aliyah. Lalu seorang kyai (pengasuh) berpesan kepadanya "kamu gak usah khawatir dengan nasibmu nanti, cukup kamu mengabdi disini nanti kamu pasti akan sama dengan yang lain."

 Lambat laun beliau menikmati pengabdiannya disana sebagai bentuk ta'dim dan rasa hormat kepada sang kyai. Beliau sempat kebingungan harus dengan apa beliau bisa menafkahi keluarganya jika melihat minimnya penghasilan diwaktu itu. Jika di logikakan penghasilannya tidak cukup untuk membiayai perekonomian dalam waktu sebulan. Dengan ikhlas beliau menjalankan amanah gurunya sebagai rasa ta'dim kepada sang guru, suatu ketika beliau di panggil oleh seorang yang menjabat sebagai seorang Camat di Kecamatan kotanya waktu itu, anehnya Camat tersebut menyuruh beliau untuk membuat surat lamaran pekerjaan untuk menjadi seorang polisi, ayah kebingungan dalam membuat surat lamaran kerja tersebut karena memang sejak kecil hidup beliau di pesantren dan hanya fokus mempelajari ilmu-ilmu agama. "Buat surat lamaran kerja terserah kamu sudah pokoknya ada nama dan alamat" kata Camat itu kepada beliau, setelah surat itu sampai pada tangan pimpinan, ternyata keesokan harinya ayah mendapat pemberitahuan bahwa beliau telah diterima menjadi seorang polisi. Beliau terkejut karena dirinya belum sama sekali mengikuti tes yang biasanya menjadi persyaratan untuk dijadikan seorang polisi, sedangkan riwayat pendidikannya juga di sekolah-sekolah formal yang berbasis Pesantren.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun