Saat ini sudah banyak warga terdampak yang pindah untuk bertahan hidup, akan tetapi masih ada juga yang tetap bertahan, hal tersebut dikarenakan mereka sudah tidak mempunyai modal untuk pindah ke tempat lain karena harta yang mereka miliki hanya tempat tinggal yang mereka tempati sampai sekarang ini.Â
Dampak tersebut tentunya bukan main-main, banyak warga yang kehilangan satu-satunya tempat tinggal mereka, kehilangan mata pencarian mereka, dan masih banyak lagi dampak buruk lainnya. Jalur pantura yang merupakan jalur utama bagi kelancaran roda perekonomian juga sering terkena dampaknya, sering terkena banjir rob yang menyebabkan kemacetan parah tentu akan menghambat laju perekonomian bangsa. Selain itu jalan juga menjadi mudah rusak akibat tergerus banjir rob, dan tentunya akan membutuhkan perbaikan yang tentunya juga butuh uang negara.
Saya sendiri yang tinggal kurang lebih 9,7 km dari bibir pantai di Sayung juga merasa was-was. Tentu saja prihatin dengan kelangsungan hidup saya dan keluarga saya kedepannya. Meskipun belum merasakan dampak langsung seperti terkena banjir rob dan lainnya, tetapi tetap saja dampak kecil lain sudah mulai saya rasakan. Beberapa tahun terakhir daerah saya seperti menjadi langganan banjir tahunan, yang saya amati adalah kualitas tanah di daerah saya menurun, sehingga sewaktu musim hujan tiba daya serap tanah terhadap air hujan menurun.
Sawah-sawah yang dulunya tidak pernah terkena banjir, beberapa tahun terakhir selalu berubah layaknya tambak saat musim hujan tiba, akibatnya gagal panen tentu saja menjadi pil pahit bagi para petani. Hal tersebut mungkin merupakan pengaruh dari penurunan muka tanah. Selain itu yang lebih memprihatinkan adalah sawah disekitar pabrik industri di daerah Sayung, beberapa telah kehilangan kesuburannya, padahal beberapa tahun lalu saya masih melihat bagaimana sawah tersebut selalu hijau, tapi sekarang bahkan sudah seperti tambak di tepi laut, hanya air yang dapat terlihat.Â
Padahal sawah tersebut posisinya di sebelah selatan jalur pantura. Tentu hal tersebut membuat tanda tanya besar bagaimana analisis dampak lingkingan di sekitar kawasan industri tersebut, apakah pabrik-pabrik industri turut menyumbang laju penurunan muka tanah dan yang lainnya, sehingga berbagai dampak buruk menjadi semakin banyak dirasakan oleh warga sekitar.
Tol tanggul laut Semarang-Demak yang digadang-gadang oleh pemerintah sebagai solusi menanggulangi anacaman tenggelamnya daerah tersebut masih menimbulkan berbagai pro dan kontra.
 Bosman juga menyoroti langkah tersebut, Bosman menyayangkan langkah penanggulangan yang diambil adalah langsung meloncat ke solusi infrastruktur, padahal proyek infrastruktur raksasa justru berpotensi menambah beban lingkungan. Tentuya sebagai warga dan kaum awam saya hanya berharap solusi tersebut dapat menanggulangi sebagaimana yang telah dijanjikan, dan semoga di masa mendatang tidak akan menjadi beban yang memperparah keadaan. Satu hal yang bisa terus kita lakukan sebagai solusi yang paling ramah lingkungan dan tentunya akan berdampak baik adalah terus tanam pohon-pohon mangrove di daerah pesisir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H