Â
Plastik adalah barang yang tak bisa lepas dari kehidupan manusia. Bahkan dapat dikatakan bahwa plastik adalah barang kebutuhan manusia. Banyak dari kegiatan manusia menggunakan plastik. Lihat saja contohnya seperti botol kemasan air mineral, bungkus nasi, kantong kresek dan masih banyak barang lainnya yang bahan bakunya terbuat dari plastik.
Tapi taukah kamu, ternyata dibalik keistimewaan tersebut plastik ternyata berbahaya untuk lingkungan dan makhluk hidup. Pencemaran lingkungan akibat dari limbah plastik kian bertambah dari tahun ketahun. Limpah plastik adalah limbah sampah yang sukar untuk diuraikan. Butuh ratusan tahun untuk dapat menghancurkan limbah plastik tersebut.
Plastik dapat dihancurkan dengan ditimbun atau dibakar namun akibatnya akan menimbulka pencemaran lingkungan lainnya yaitu polusi udara. Ketika plastik tersebut dibakar akan menghasilkan lelehan plastik dan akan berubah menjadi mikroplastik yaitu bagian-bagian plastik yang lebih kecil (mikro).
Mikroplastik inilah yang berbahaya bagi makhluk hidup, baik manusia, hewan dan tumbuhan. Jika mikroplastik ini masuk kedalam tubuh manusia maka akan mengurangi kekebalan tubuh. Â Mikroplastik ini juga bisa terdapat diperairan karena banyaknya limbah plastik yang berada diperairan sehingga mikroplastik ini dapat dimakan oleh hewan-hewan laut. Jangankan mikroplastik, limbah plastik yang masih utuh dapat dimakan oleh hewan laut.
Contoh kasus yang pernah terjadi adalah, seekor paus Sperma mati terdampar di Pantai Wakatobi. Setelah diidentifikasi ternyata ditemukan banyak sampah plastik yang terdapat didalam perut paus tersebut. Tak tanggung-tanggung terdapat sekitar 5,5 kg. Tentu sangat miris jika kita melihat fakta ini.
Indonesia sebagai negara dengan populasi penduduk terbesar didunia berpotensi sebagai negara dengan penghasil sampah terbesar pula. Indonesia menempati peringkat ke 2 sebagai negara penghasil limbah sampah plastik didunia berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jenna Jambeck, seorang peneliti asal Universitas Georgia, Amerika Serikat. Peringkat pertama ditempati oleh Tiongkok.
Namun penelitian ini sempat dibantah oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) karena penelitian ini dianggap tidak menyertai parameter yang jelas. Walupun kabar ini belum jelas, namun banyak pihak yang terlanjur percaya akan berita tersebut baik lembaga swasta maupun pemerintah.
Sampah-sampah tersebut berasal dari industri ritel dan rumah tangga. Survei dari Aprindo menyatakan bahwa perusahaan ritel dapat menyumbah sebesar 10,97 juta kantong plastik setiap harinya. Jika sampah-sampah ini dibentangkan maka akan menutupi 65,7 ha lahan di Indonesia atau setara dengan 60 kali luas lapangan sepak bola.
Menurut Dini Trisyanti selaku direktur  Sustainable Waste Indonesia menyatakan bahwa 69% sampah akan berakhir di pembuangan akhir, 7% adalah sampah yang didaur ulang, dan sisanya adalah sampah yang mencemari lingkungan.