Aku pun mengikuti Bram dari belakang. Tapi kenapa Bram justru membawaku ke atap kantor ???
"Kalau kamu mau teriak, teriaklah.... agar semua beban kamu lepas." kata Bram yang melepas tanganku.
Selama aku bekerja di Radio ini, aku tidak pernah menyentuh lantai atap kantor. Ini adalah pengalaman pertamaku.
Tanpa harus dikomandoi dan di paksa, akhirnya aku pun mencoba untuk berteriak dengan kerasnya. Aku pun akhirnya menangis. Semua bebanku hilang. Bram mencoba memeluk sambil menenangkanku dan ikut merasakan kesedihanku. Hujan turun dengan sejenak. membuat suasana menjadi khidmat saat ini.
----- ***** -----
Setelah perpisahanku dengan Yoga, aku menjadi tenang dan lebih enjoy dengan kerjaanku menjadi seorang penyiar. Karena bagiku, menjadi seorang penyiar itu adalah pekerjaan yang sangat mulia. Karena seorang penyiar itu harus bisa menghibur orang yang sedang berduka lara, walaupun dirinya juga sedang terluka. Namun dia harus bisa bersikap profesional.
Aku pun bangga, karena Bram selalu dengan setia menemaniku dan menghiburku disaatku sedang bersedih dan capek setelah siaran.
Dan tanpa diduga, ternyata Bram adalah jodohku yang sudah dipersiapkan Tuhan untukku. Dan akhir aku dan Bram pun menikah. Setelah kita menikah, Bram mendapat tawaran kerja yang sangat layak menjadi seorang Dosen disebuah Universitas ternama di kota Bandung. Dan aku tetap menjadi seorang penyiar senior.
Setelah perpisahanku dengan Yoga, Yoga menjadi sangat terpukul. Dan yang kudengar Yoga mati bunuh diri.
----- tHe EnD -----
Bandung, 25 Desember 2006