Mohon tunggu...
Uweis AlQorni
Uweis AlQorni Mohon Tunggu... -

Berhenti ketika langkah kaki berhenti melangkah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Sepeda Baru dari Bapak"

14 Desember 2011   11:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:18 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namaku Nuniek, aku anak Pertama dari 4 bersaudara. Saat ini aku duduk dibangku kelas 4 disebuah Sekolah Dasar (SD) di kota Banyumas. Aku termasuk siswa yang berprestasi disekolahku. Dari semenjak aku baru saja duduk dibangku kelas 1 SD sampai aku duduk dibangku kelas 4, aku selalu mendapat rangking Pertama. Aku sangat bersyukur sekali karena disayangi oleh orang-orang disekelilingku. Walaupun aku berasal dari keluarga yang kurang mampu, namun aku tetap optimis, kalau aku bisa mewujudkan cita-citaku sebagai seorang Guru. Aku memilih cita-cita menjadi seorang Guru, karena bagiku menjadi seorang Guru itu adalah pekerjaan yang sangat mulia. GURU adalah PAHLAWAN TANPA JASA. Tanpa ada didikan dan bimbingan dari seorang Guru, mana mungkin adanya Presiden, atau mana mungkin banyak orang-orang yang sukses di bidang pekerjaannya. Pak Sudjono kepala sekolahku, selalu saja memotivasiku agar aku tetap sekolah dan belajar yang rajin. Agar nanti, apabila aku melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Lanjutan Pertama (SLTP), aku bisa mendapatkan beasiswa. Namun kadangkala aku selalu menjadi pesimis, apakah aku bisa mewujudkan cita-citaku tersebut ??? Sedangkan aku berasal dari keluarga yang kurang mampu. Bapakku bekerja merantau ke Jakarta menjadi seorang buruh bangunan disana, sedangkan Ibuku sekarang berada di Arab menjadi seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW), tepatnya menjadi seorang pembantu rumah tangga disana. Sedangkan aku saat ini tinggal bersama Eyang dan adik-adikku yang masih saja kecil. Sebelum aku berangkat sekolah, terlebih dahulu aku mempersiapkan sarapan pagi untuk eyangku yang sudah tua renta dan sakit-sakitan dan juga sarapan pagi untuk adik-adiku. Semenjak kedua orang tuaku merantau ke Jakarta dan juga Arab, aku sudah hidup mandiri. Masak, cuci pakaianku, pakaian eyang dan adik-adik, serta membersihkan rumah eyangku yang sudah tidak layak huni.

----- ***** -----

Suatu hari Bapakku mengirimkan surat dari Jakarta untukku. Bapak mengatakan kalau beliau akan pulang kekampung disaat aku liburan sekolah nanti. Dan Bapakku juga berjanji akan membelikanku sepeda baru kalau seandainya aku masih tetap mendapatkan rangking Pertama disekolah. Mendengar itu pun aku langsung semakin termotivasi untuk mempertahankan juara pertama yang selama ini aku dapatkan. Walaupun aku sambil masak untuk makan kami, atau sedang mencuci pakaian ataupun juga sedang membersihkan rumah, aku tak pernah lepas memegang buku. Aku begitu semangat sekali. Aku pun juga menceritakan hal gembira dari Bapakku, pada Ibu Sonya wali kelasku dan juga Pak Sudjono. Mendengar berita tersebut, Ibu Sonya dan Pak Sudjono pun terus membantuku untuk mempertahankan rangking pertama yang selama ini telah kuraih. Ibu Sonya dan Pak Sudjono pun terus memberikanku Les-les belajar secara gratis dirumahku. "Nuniek, Bapak sangat bangga dengan kamu. Walaupun tiap hari kamu harus mengurusi eyang dan adik-adikmu dan walaupun kamu berasal dari keluarga kurang mampu, kamu itu memiliki semangat yang sangat tinggi. Seharusnya teman-teman kamu itu mencontohi kamu." ujar Pak Sudjono sambil tersenyum dan mengusap-ngusap rambutku. "Bapak harap kamu harus mewujudkan cita-cita kamu sebagai seorang guru. Karena cobalah kita bayangkan kalau saja suatu saat tidak ada yang melanjutkan perjuangan kami para guru-guru ini, mau jadi apa Negara kita ini nantinya? " "Baik, pak. Saya akan belajar yang rajin dan saya tidak akan mengecewakan kedua orang tua saya yang telah bersusah payah menyekolahkan saya dan saya tidak mengecewakan eyang dan adik-adik saya, serta saya juga tidak akan mengecewakan Bapak dan juga para Guru-guru yang selama ini terus memotovasi saya. " jawabku sambil menunduk hormat. Perkataan Pak Sudjono selalu saja kuingat dan kusimpan didalam hatiku. Memang benar, kalau saja tidak ada generasi penerus yang melanjutkan perjuangan guru-guru saat ini, mau apa Negara Indonesia ini? Tapi untuk mewujudkan itu semua, kita harus belajar serajin mungkin dan lebih berprestasi serta kita juga harus lebih menghargai dan menyayangi guru-guru kita. Karena bagaimana pun guru-guru kita itu adalah orang tua kita disekolah. Mereka tidak bosan dan patah semangat untuk terus membimbing dan mendidik kita para muridnya. Tapi kenapa kita selalu melawan Orang tua dan Guru-guru kita? Ujian kenaikan kelas pun sudah semakin dekat, hanya tinggal 2 hari lagi. Aku terus berusaha mempersiapkan diriku dengan belajar yang rajin dan selalu meminta pertolongan ALLAH SWT dengan menjalankan seluruh Perintah NYA dan meninggalkan seluruh Larangan NYA. Agar kita selalu disayangi oleh ALLAH SWT. "Kamu sudah siap untuk menghadapi ujian kenaikan kelas, Nuniek?" tanya Bu Sonya lembut dan tersenyum. "Insyaallah saya sudah siap, Bu." jawabku dengan rendah hati. "Baiklah kalau kamu benar-benar sudah siap, Ibu sangat senang mendengarnya. Tapi ingat walaupun kamu tiap hari belajar siang dan malam untuk menghadapi ujian kenaikan kelas ini, Ibu harap kamu untuk tidak lupa pada Gusti ALLAH. Karena DIA lah tempat kita mengadu dan meminta." sambung Bu Sonya yang kembali mengingatkanku untuk selalu menjalankan Perintah ALLAH SWT. Akhirnya ujian semester akhir atau pun ujian kenaikan kelas pun tiba. Aku sudah sangat siap menghadapinya. InsyaALLAH perjuanganku selama ini yang selalu belajar siang dan malam akan berbuah hasil nantinya. Di hari pertama ujian hingga dihari terakhir ujian, Alhamdulillah aku bisa mengikutinya dan menjawab seluruh pertanyaan dengan baik. Aku sangat yakin kalau semua jawaban-jawabanku disetiap mata pelajaran, benar semuanya.

----- ***** -----

Sepertinya aku sudah tidak sabar menunggu waktunya untuk terima Raport sekolah dan melihat hasilnya. Serta aku juga sudah tidak sabar untuk menerima sepeda baru dari Bapakku. Akhirnya waktu pembagian raport sekolah pun tiba, seluruh murid dibariskan ditengah lapangan upacara. Aku berdiri tepat dibarisan depan. Karena memang badanku kecil. Murid-murid tampaknya sudah tidak sabar ingin mendengar pengumuman siapa saja yang menjadi juara kelas. Termasuk aku, yang dari kemaren sudah tidak sabar menunggu pengumuman itu. "Baiklah seluruh anak-anakku, kalian sudah melewati ujian kenaikan kelas. Kalau kalian semua belajar dengan rajin dan tekun serta bersungguh-sungguh, pasti kalian akan naik kelas dan mendapatkan rangking kelas. Oke.... Karena kalian semua sudah tidak sabar, setelah ini Ibu Rasti akan mengumumkan Para juara kelas disekolah kita ini" kata Pak Sudjono sebagai kepala sekolah yang sangat bijaksana. Segera benar-benar kupasang telinga ini, agar aku bisa mendengar apakah aku berhasil mendapatkan rangking pertama di kelasku atau tidak. Namun hari ini aku sedikit sedih, karena kedua orang tuaku tidak dapat menghadiri penerimaan raport murid-murid disekolahku. "Huuuft... Bukankah Bapakku telah berjanji akan pulang dan menghadiri penyerahan raport murid hari ini" tanyaku dalam hati sambil menarik nafas. Satu-satu persatu murid yang mendapatkan juara, diumumkan oleh Ibu Rasti guru Bahasa Indonesia. Mulai dari kelas 1 hingga kals 6, semuanya akan diumumkan. Tiba akhirnya Ibu Rasti mengumumkan murid-murid kelas 4 yang mendapatkan juara kelas. "Baik lah... Sekarang Ibu umumkan untuk murid-murid yang berprestasi dari kelas 4. Ibu mulai dari kelas 4 A, Juara 3 diraih oleh, Handoko Budi Utomo, Juara 2 diraih oleh Sari Fitrianingsih..... Dan Untuk Juara 1, diraih oleh Nuniek Hartuti Prawijaya" Alhamdulillah, aku begitu senang sekali ketika mendengar, kalau akhirnya aku berhasil mempertahankan Juara 1 yang selama ini telah aku raih. Bu Rasti menyuruh murid-murid yang telah mendapatkan juara untuk maju kedepan. Setelah itu Bu Rasti kembali mengumumkan Juara kelas 4 berikutnya. Setelah itu barulah tiba Ibu Rasti mengumumkan, siapakah diantara murid-murid kelas 4 berprestasi tersebut yang berhasil menjadi Juara Umum. "Sekarang tiba saatnya, Ibu mengumumkan siapa diantara murid-murid kelas 4 berprestasi tersebut yang berhasil mendapatkan posisi Juara Umum ??" Aku semakin deg-degan menanti pengumuman siapakah anak kelas 4 yang berhasil mendapatkan Posisi sebagai Juara Umum. "Juara Umum untuk murid-murid kelas 4 diraih oleh teman kita.... Nuniek Hartuti Prawijaya" sahut Ibu Rasti dengan girang. Alhamdulillah, akhirnya aku pun berhasil mendapatkan Juara Umum. Berarti selama ini tidak sia-sia perjuanganku untuk terus belajar siang dan malam. "Oh ya, anak-anak.... Saat ini salah satu dari teman kalian yang telah berprestasi, sedang berulang tahun yang 10 tahun. Mari rayakan kebahagian teman kita... Nuniek Hartuti Prawijaya." sambung Ibu Rasti dengan antusias. Wah aku begitu terkejut ketika mendengarkan ucapan Ibu Rasti yang telah mengumumkan kalau hari ini aku sedang berulang tahun yang ke 10 tahun. Dan aku lebih terkejut lagi dimana ternyata Bapakku hadir diantara Wali-wali murid. Dan disaat itu Ibu Rasti langsung memintaku untuk naik keatas Podium untuk menerima hadiah yang telah disiapkan oleh sekolah untukku. Dan disaat yang sama, Bapakku menepati janjinya untuk membelikanku sepeda baru, karena telah berhasil mendapat Rangking 1 dan berhasil meraih Juara Umum.

Inilah hasil kerja kerasku yang selalu tekun dan rajin serta bersungguh-sungguh untuk belajar demi meraih prestasi-prestasi yang gemilang. Tapi semua itu aku lakukan bukan hanya demi sepeda baru yang telah dijanjikan Bapak padaku, tapi aku belajar dengan rajin dan bersunggu-sungguh itu tidak lain hanya untuk masa depanku agar lebih baik dan bisa menjadi kebanggaan kedua orang tua dan juga keluarga.

----- tHe eNd -----

By: Lembayung Jeiwa. Banyumas, 14 Desember 2011; Pukul 18.00 WIB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun